4. Ada apa?

278 59 0
                                    

Silau, satu kata yang terlintas di benak Sahara saat menatap penuh damba kaktus pemberian Jiwa. Sembari berjemur, Sahara berlutut dan menumpukan dagu ke jendela. Tak lupa ia melemparkan senyum pada kaktus mungil itu. Seolah, dengan senyum miliknya, kaktus itu dapat tumbuh lebih sehat.

"Jadi, Jiwa cuma ngasih kaktus buat hadiah ultah lo?"

Sahara seolah mendengar suara kaca yang pecah. Imajinasi indahnya juga ikut pecah dan berserakan di atas lantai kamarnya. Sahara melirik tajam tamu tak diundang yang sudah bertandang ke kamarnya pagi-pagi. Sahara saja masih memakai piyama dan belum sempat cuci muka, tapi paginya nan indah ini sudah diporak-porandakan.

"Jomblo diem sih, kata gue," sinis Sahara sembari menatap tak santai pada lawan bicaranya.

Gadis yang sedang tidur-tiduran di atas kasur melempar sebuah bantal ke kepala Sahara. Ia sangat tidak terima dikatai jomblo. Dia akui, dirinya memang jomblo, tapi tidak perlu diperjelas juga. Cukup biarkan ia melalui masa jomblo ini tanpa cibiran.

"Sok iye bener, ntar galau nangis-nangisnya ke gue."

Bahu Sahara meluruh, diikuti semangatnya yang tadi sangat menggebu-gebu. Terpikirkan lagi soal Jiwa yang seolah tak peduli padanya. Sahara beranjak dari tempatnya sekarang dan ikut berbaring di sebelah sahabatnya itu.

"Na, Jiwa serius nggak sih pacaran sama gue?" Mendadak, rasa percaya diri Sahara menguap entah kemana.

Zanna menatap Sahara bingung. Tumben sekali terlihat putus asa. Biasanya juga maklum dengan sikap Jiwa yang kadang terlampau cuek. "Mana gue tau, tanya gih, biar jelas. Lagian, gunanya menduga-duga itu nggak ada."

"Gue capek." Sahara menghembuskan napasnya kasar. Rasa lelahnya benar-benar sudah tertumpuk terlalu banyak.

Kali ini Zanna bangun dari posisinya dan menatap Sahara dengan sangat tidak santai. Barusan Zanna tidak salah dengar kan? Sahara capek? Sama Jiwa? Kayaknya sahabatnya ini lagi kerasukan. Aneh aja gitu, biasanya juga fine-fine saja dengan apapun hal buruk tentang Jiwa.

"Jiwa ngapain lagi kali ini?"

"Nggak ngapa-ngapain. Dia baik-baik aja, tapi gue merasa hubungan ini ada ketimpangan."

"Maksud lo berat sebelah gitu?"

"Iya, gue terlalu berusaha buat deket sama Jiwa. Tapi Jiwa-nya enggak."

"Perasaan lo aja kali, mungkin karena udah lama pacaran. Pasti bosan lah," enteng Zanna. "Oh iya, hadiah dari Jiwa beneran kaktus doang?"

Sahara menggembungkan pipinya, matanya bergerak menghindari tatapan Zanna. Pertanyaan Zanna sontak membuat Sahara salah tingkah. Bayangan akan hadiah terakhir sebelum ia mengusir Jiwa kembali mengusik pikirannya.

"Kenapa lo?" curiga Zanna saat mendapati gelagat aneh Sahara.

"Hehe." Sahara hanya bisa tertawa kecil sambil mengontrol perasaannya. "Itu, jangan bilang orang lain, ya."

Zanna membulatkan mata dan menutup mulutnya tidak percaya. Pikirannya langsung mengarah kemana-mana. Jawaban Sahara benar-benar ambigu. Jangan bilang Sahara dan Jiwa benar-benar melakukan hal kotor yang sedang ia pikirkan.

"Lo!" Zanna bangkit dan sudah menyiapkan bantal untuk menggebuk Sahara jika hal yang ia pikirkan benar-benar dilakukan sahabatnya itu.

"Weh, apa nih?!" Sahara ikut bangkit dari posisinya dan memasang pertahanan.

"Semalam lo ngapain sama Jiwa?!"

"Nggak ngapa-ngapain! Sumpah!"

"Ngaku!"

"Jiwa nym gue," bisik Sahara malu-malu.

"Apa?! Nggak kedengeran!"

"Jiwa nym gue."

Katanya, Move On? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang