"Sahara."
"Iyaaa Bentar!" pekik Sahara dari ruangan khusus miliknya yang berada di lantai dua.
Sahara segera mengunci ruangan itu sebelum Adit sampai ke sini. Tidak ada yang boleh melihat ruang privasinya, termasuk Adit yang sekarang menyandang status sebagai tunangannya. Jangankan Adit, Jiwa yang sangat Sahara cinta saja tak pernah ia izinkan untuk ke ruangan ini.
Sahara segera berlari menuruni anak tangga secepat yang ia bisa. Sesekali ia memutar bola matanya malas. Adit memang mengajaknya untuk pergi berkencan, tapi bukan berarti Sahara sangat senang dengan kencan ini. Ia hanya berpura-pura baik saat ini.
Tiba-tiba, terbesit dalam kepala Sahara untuk membatalkan kencan mereka. Ya, walaupun dengan cara yang sedikit ekstrim, tapi Sahara yakin ini akan berhasil. Tanpa pikir panjang, Sahara pura-pura tersandung kakinya sendiri.
Tenang, Sahara sudah menyusun rencananya dengan baik walaupun hanya dipikirkan hanya dalam beberapa saat. Sahara mulai beraksi saat berada di empat anak tangga terakhir.
"Ra!"
Cekatan, Adit segera menangkap Sahara yang hampir terjatuh. Dan yah, Sahara mendarat di dada bidang Adit. Untuk sesaat, tidak terjadi apa-apa. Adit masih berdiri menatap Sahara yang saat ini ada di hadapannya, begitu juga sebaliknya.
"Hati-hati, untung gue masih sempat ngejar lo," ucap Adit yang masih menatap Sahara.
Sontak Sahara langsung mendorong dada Adit untuk menjauh darinya. Sedikit salah tingkah, Sahara menyelipkan rambutnya yang tergerai ke belakang. Sial, bukan ini skenario yang ia harapkan.
"Lo ngapain di situ?!" tanya Sahara seolah tak terima.
"Kalau gue nggak di sini, lo udah jatuh tadi," jawab Adit enteng. "Seharusnya lo berterimakasih."
Sahara memutar bola matanya kesal sambil mendengus. "Oke, makasih!"
Makasih dari hongkong! Sahara sudah merutuk dalam hatinya. Andai tadi Sahara jatuh, tentu ia bisa berpura-pura kesakitan dan kencan mereka bisa batal. Sahara akan sangat-sangat berterimakasih jika tadi Adit tidak bertindak seolah dia pahlawan penyelamat bumi.
"Lo tunggu di depan!" Sahara lagi-lagi mendorong Adit dan berjalan ke kamarnya sambil menghentakkan kaki.
Adit hanya tersenyum dengan perlakuan Sahara. Ia menatap Sahara yang berjalan dengan menghentakkan kaki. Yang ada di pikiran Adit saat ini, akan sangat membahagiakan untuknya jika ia sudah memiliki hati Sahara seutuhnya. Adit pikir, ini hanya masalah waktu untuk ia bisa masuk ke hati Sahara.
"Ngapain lo disitu?!" tanya Sahara sambil merapikan rambutnya yang terimpit tali sling bag nya.
"Ngomongnya bisa baik-baik aja nggak?" protes Adit.
Sahara lagi-lagi memutar bola matanya sambil mendengus. Ia sedikit tidak terima saat Adit mulai mengatur-ngatur dirinya.
"Ck, lama!"
Sahara berjalan melewati Adit. Ia segera menghampiri ibunya yang duduk menonton televisi di ruang tengah untuk berpamitan. Tak berbicara sedikitpun, Sahara hanya meraih tangan ibu dan menciumnya. Tanpa Sahara beri tahu pun, sepertinya ibu tahu Sahara akan kemana dan dengan siapa.
"Tante, Adit pamit bawa Sahara, ya?" ucap Adit sambil menyalami ibunya Sahara.
"Iya, hati-hati kalian berdua," balas ibu sambil menepuk pelan pundak Adit.
Adit mengangguk sambil tersenyum mengiyakan ucapan ibu Sahara. Setelah selesai berpamitan, Adit segera menyusul Sahara yang sudah duluan darinya.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Adit sesaat setelah mereka berdua sudah duduk di mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/302643107-288-k26178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Roman pour AdolescentsAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022