Sahara mengomel tidak jelas seiring kakinya yang berjalan memasuki komplek perumahan yang ada di sebelah komplek rumahnya. Jangan tanya mau kemana, ngapelin ayang, dong. Sembari menendang-nendang tidak jelas, Sahara menggerutu sambil membulatkan tekad untuk memindahkan rumah sang pacar ke sebelah rumahnya. Biar kalau mau ketemu tinggal teriak aja. Soalnya, yang mau ketemu terus kan Sahara, jadi pacarnya mana peka.
"Ji, ke rumah gue kek, jarang amat lo ke sini. Pacar gue bukan, sih?!"
"Yang mau ketemu siapa?"
"Kampret emang! Putus aja hayuk!?"
"Ya udah, ntar kalau mau balikan ke sini aja. Minta restu lagi sama Mama."
"Sialan!"
Sahara mengacak rambutnya kesal karena mengingat percakapannya dengan sang pacar yang minim keromantisan. Kalau dikilas balik ke masa lalu, Sahara juga tidak mengerti kenapa ia bisa berakhir pacaran dengan Jiwa, cowok yang punya eye smile memabukkan itu. Tentu saja bukan Sahara yang ngejar-ngejar Jiwa kayak cerita di aplikasi oren. Nggak gitu, hidup Sahara nggak sereceh cerita itu.
Singkat cerita, Jiwa masuk ke hati Sahara dengan jalur cheat. Bisa-bisanya Jiwa nyelinap masuk ke hati Sahara setelah ia selesai baca cerita di aplikasi oren. You know lah, perasaan gimana ngebetnya mau punya pacar setelah baca cerita yang tokoh utama cowoknya bikin kobam. Saking ngebetnya punya pacar, Sahara malah nerima Jiwa tanpa pikir panjang. Dan hubungan nggak jelas mereka itu udah bertahan hampir dua tahun. Sahara juga tidak mengerti kenapa mereka bisa langgeng.
"Jiwa! Jiwa! Jiwa yang bikin sakit jiwa!" teriak Sahara di depan pagar hijau yang warna catnya mulai mengelupas.
Jiwa yang notabennya anak baik yang lagi bantuin mama nyiram tanaman, cuma menoleh sekilas ke arah Sahara yang berdiri di depan pagar rumah yang hanya sepundak Sahara. Jiwa kembali menyibukkan diri, mengabaikan Sahara yang berteriak semakin kencang.
"Jiwa! Lo nggak ada niat buat bukain pacar lo ini pagar?!" teriak Sahara seraya melambaikan tangannya melalui celah pagar.
"Punya tangan kan?"
"Sableng, kenapa juga gue bisa pacaran sama lo!" kesal Sahara sembari membuka pagar selebar-lebarnya.
"Ya, karena lo terima gue?"
Sahara berdecak kesal, bisa-bisanya Jiwa selalu menyahuti ucapannya. Sahara lebih kesal lagi kenapa pacarnya tidak romantis kayak di novel. Ini Sahara kayak cewek yang ngejar-ngejar Jiwa saking tergila-gilanya, padahal faktanya tidak seperti itu. Jiwa yang sudah tergila-gila pada Sahara, siapapun harus percaya ini.
"Ji, lo niat pacaran sama gue nggak, sih?" Sahara duduk di atas rumput tidak jauh dari posisi Jiwa sekarang.
Jiwa diam sebentar, menatap lama rumput yang ada di hadapannya seolah rumput itu lebih menarik dari Sahara, pacarnya. Jiwa menoleh pada Sahara saat ekor matanya menangkap pergerakan cepat Sahara. Tak menunggu jawaban dari pertanyaannya barusan, Sahara mengejar kucing kampung milik Jiwa.
"Sa! Kucing gue jangan disiksa mulu!" teriak Jiwa memperingati.
Sahara tidak peduli, ia tetap mengejar kucing yang berlari menjauhinya. Sahara gemas ingin menyiksa kucing yang berani-beraninya mengambil alih posisi Sahara. Yang pacarnya Jiwa itu kan Sahara, tapi kenapa malah kucing kampung itu yang dimanjain Jiwa?! Kan Sahara jadi keki.
Jiwa hanya memandangi Sahara yang mengejar kucingnya dengan dendam. Sampai saat dua hal yang paling dicintai Jiwa setelah mamanya itu keluar dari pekarangan rumah. Jiwa segera membuang selang yang ia pegang ke sembarang arah. Sahara dan kucingnya tidak boleh dibiarkan berkeliaran di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Ficção AdolescenteAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022