Setelah menangis galau seharian, di sinilah Sahara sekarang. Di tengah lautan manusia yang sedang mengantre untuk menonton konser. Akhirnya, Sahara datang menonton konser ini bersama Adit yang sama galaunya dengan Sahara.
Adit berjinjit, melihat berapa banyak lagi antrean sebelum dirinya dan Sahara. Sesekali, ia melirik Sahara yang sangat-sangat tidak memiliki semangat. Selain galau karena Jiwa, Adiy yakin Sahara juga lelah karena sudah menangis seharian.
"Ra, lo yakin? Atau kita balik aja? Ntar lo malah sakit," ucap Adit sambil memegang dahi Sahara, untungnya suhu tubuh Sahara masih normal.
"Nggak perlu, lanjut aja," ucap Sahara dengan suaranya yang serak.
Hati Adit sebenarnya berat untuk terus berada di sini. Walaupun awalnya Adit yang mengajak Sahara, tapi melihat Sahara yang seperti ini Adit juga jadi kasihan.
Adit tahu betul, menangis dan galau seharian juga butuh tenaga. Apalagi ia menyaksikan sendiri bagaimana Sahara menangis. Gadis itu bercerita padanya sampai terisak. Dan setiap kalimat yang ia lontarkan, selalu terselip nama Jiwa.
"Ra, gue mau nanya. Tapi janji jangan nangis, ya?" ucap Adit sambil menyodorkan jari kelingkingnya untuk membuat janji jari kelingking.
Sahara langsung mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Adit. "Apa?"
"Sesayang itu lo sama Jiwa?"
Tak selang beberapa detik, Sahara sudah melanggar janjinya. Ia membuka kacamata dan mengusap matanya yang terasa perih. Lagi-lagi Sahara menangis, padahal ia sudah berusaha untuk menahannya.
"Udah, jangan nangis lagi, kan lo udah janji." Adit menggenggam tangan Sahara dan menurunkannya, kemudian membantu Sahara menghapus air mata dan memasangkan kacamatanya.
Sahara menggigit bibirnya sambil menatap Adit yang juga menatapnya. Adit tersenyum kecil karena ekspresi Sahara sedikit lucu di matanya. Sepertinya, Adit mulai tertarik dengan gadis berisik yang sedang berdiri di hadapannya ini.
"Dit, gue kayaknya emang sesayang itu deh sama Jiwa."
"Lo udah bicara baik-baik sama dia?"
"Belum, gue mau ngambek dulu, mau dibujuk-bujuk dulu, biar gue liat seberapa besar effort Jiwa untuk gue."
Adit menunduk menatap Sahara, tak peduli seberapa bisingnya tempat ini, Adit masih bisa mendengar Sahara. Melihat wajah gadis itu dari samping, ditambah dengan efek cahaya lampu membuat jantung Adit berdebar.
"Apa lo liat-liat?!" judes Sahara saat sudah sadar bahwa Adit sedang menatapnya.
"Lo ternyata cantik juga," ucap Adit random.
"Oh, jelas." Sahara dengan percaya diri mengibaskan rambutnya. "
Adit tersenyum saat rambut Sahara mengenai wajahnya. Adit suka Sahara yang sangat percaya diri seperti ini. Sangat berbeda dengan Azura yang cenderung mudah insecure.
Konser dimulai, Sahara dan Adit pun sudah bergabung bersama ribuan penonton lainnya. Sambil mendengarkan lagu, Adit terus memandang Sahara yang menggerak-gerakkan kepalanya sesuai dengan musik.
"Dit, gue malah inget Jiwa," adu Sahara saat Mahalini menyanyikan lagunya yang berjudul Sisa Rasa.
Adit hanya menepuk kecil puncak kepala Sahara untuk menenangkan Sahara yang sedang membersihkan ingusnya dengan tisu. Untuk malam ini, Adit akan memberi Sahara waktu untuk meluapkan semua rasa galaunya. Tapi, untuk besok dan seterusnya, jangan harap Adit akan membiarkan Sahara terus-terusan galau karena Jiwa.
"Beneran sedih gue, Dit." Air mata Sahara mulai mengalir lagi.
"Luapin aja."
Sahara dan Adit sama-sama kembali menikmati lagu yang ditampilkan musisi yang sedang hits saat ini. Masih mmterus memandang Sahara, Adit terus memperhatikan setiap inchi dari wajah gadis ini.
Entah mendapat dorongan dari mana, Adit mulai menggenggam tangan Sahara. Tentu saja Sahara langsung heran dan menatap tangan Adit yang menggenggam tangannya. Seolah tak sadar, Adit menatap ke depan, membiarkan Sahara menatapnya dengan bingung.
"Adit! Lo udah nggak kuat lagi, ya? Makanya pegang tangan gue? Lo emang lagi galau banget?" ucap Sahara di dekat telinga Adit agar suaranya terdengar di tengah penonton yang sedang bersorak.
Adit menoleh, menatap wajah Sahara yang kebingungan dengan lama. Beberapa saat kemudian, ia meletakkan tangannya ke bahu Sahara dan menarik Sahara agar mendekat padanya.
Sahara makin bingung, kali ini ia menatap tangan Adit yang sudah berada di bahunya. Tak mendapat jawaban dari Adit, Sahara hanya pasrah. Mungkin cowok ini memang sedang sangat galau pikirnya.
"Dit, pulang, yuk! Besok gue ada kuliah pagi," ajak Sahara.
Adit mengangguk kembali menggenggam tangan Sahara. Kemudian menerobos kerumunan penonton dan menjauh dari tempat konser.
"Dit? Tangan gue nggak mau dilepas?" tanya Sahara saat sudah berada di kuar kerumunan.
Adit berhenti melangkah, berbalik badan menghadap Sahara yang juga ikut berhenti berjalan. Untuk sesaat, Adit hanya bisa menatap Sahara, begitu juga sebaliknya. Setelah yakin dengan perasaannya sendiri, Adit mendekat pada Sahara dan memeluk Sahara.
"Dit?"
Sahara sedikit terkejut karena Adit yang memeluknya tiba-tiba. Tak kunjung bersuara, Sahara mengusap punggung Adit untuk menenangkan Adit yang galau karena Azura.
"Ra, gue kayaknya mulai suka sama lo," ucap Adit tanpa melepas pelukan mereka.
Sahara berhenti mengusap-usap punggung Adit dan segera mendorong Adit agar menjauh darinya. "Lo sakit, ya?" tanya Sahara sambil memegang dahi Adit.
"Nggak," jawab Adit tanoa mengenyahkan tangan Sahara dari keningnya.
"Ngadi-ngadi lo," ucap Sahara dengan tidak santai dan pergi meninggalkan Adit.
Tak menyerah begitu saja, Adit segera menyusul Sahara. Setidaknya, perasaannya untuk Sahara harus tersampaikan sebelum Sahara berbaikan dengan Jiwa. Sudah jelas Adit tidak akan mengungkapkan perasaan pada seseorang yang sudah memiliki pacar.
"Loh? Ngadi-ngadi apanya?" tanya Adit yang sudah berjalan mbndur di hadapan Sahara.
"Selera cewek lo turun drastis kalau yang lo bilang tadi itu beneran."
"Kenapa emangnya? Gue serius kok," jelas Adit.
Sahara mengernyitkan kening. Sepertinya selera cewek Adit sudah benar-benar menurun karena seribg bergaul dengan Sahara. Bisa-bisanya Adit yang punya mantan kayak Azura yang cantik dan kalem bisa suka sama Sahara yang masih kalah cantik dibanding Azura.
"Padahal Azura lebih cantik, mata lo mulai bermasalah, ya?" tanya Sahara sambil memegang kelopak mataAdit.
"Apa salahnya?"
"Bisa-bisanya lo suka sama gue yang berisik ini," ucap Sahara. "Tipe lo itu harusnya yang kayak Azura, Dit!" Sahara menggoyang-goyangkan bahu Adit agar cowok di hadapannya ini bisa sadar.
Adit tertawa kecil. Bisa-bisanya ada cewek yang ngomel-ngomel pas ada yang bilang suka. Harusnya kan Sahara tersipu kek, malu-malu kek, kaget kek. Ini malah jatuhin diri sendiri.
"Kata siapa tipe cewek gue yang kayak Azura?"
"Kata gue!" Entah kenapa Sahara malah jadi kesal. "Minggir!" Sengaja, Sahara mendorong Adit agar beranjak dari hadapannya.
"Ra! Lagian lo juga mau move on dari Jiwa, kan?"
Sahara berhenti melangkah. Kemudian berbalik badan menghadap Adit yang jaraknya lumayang jauh dari Sahara.
"Lo nggak mau coba jalan sama gue dulu?" tawar Adit.
Sahara berjalan mendekat ke arah Adit. Matanya menatap Adit lama, mencoba mencari kebohongan dari mata Adit. Tapi tetap saja, Sahara bukan ahli baca raut wajah. Jadi ia tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Adit.
"Sableng," ucap Sahara sambil mendorong dahi Adit dengan jari telunjuknya. "Sadar, lo!" Kali ini Sahara meninju lengan atas Adit.
![](https://img.wattpad.com/cover/302643107-288-k26178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Teen FictionAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022