Sahara duduk canggung sendirian di ruang tamu rumah Adit. Mau merutuk, tapi takut dosa. Soalnya ibu yang sudah membuat Sahara berada di sini. Mungkin karena terlalu bersemangat menjodohkan Sahara dengan Adit, baik ibunya dan Mama Adit seperti menghalalkan segala cara agar Sahara dan Adit benar-benar jadian, sekalian nikah kalau memang memjngkinkan.
"Dit! Lo masih lama?" teriak Sahara kesal karena Adit yang terlalu lama.
"Bentar! Bisa sabar nggak, sih?!"
"Nggak bisa!"
Tidak ada balasan dari Adit lagi. Sahara malah makin gondok. Ia diabaikan, seharusnya Adit terus merespon omelan Sahara, biar heboh.
"Dit! Gue mau ke toilet," teriak Sahara lagi.
"Iya!"
Sahara segera bangkit dari posisinya dan mencari toilet sambil melihat-lihat sekeliling rumah. Saat melewati sebuah lemari dengan cermin yang besar, Sahara berhenti di sana. Tak hanya merapikan dandanan, Sahara juga berpose aneh di depan cermin itu. Ya namanya juga cewek, kalau lagi di depan cermin jadi merasa paling cantik, snow white aja bisa mereka kalahkan rasanya saking percaya dirinya.
"Foto dulu, ah," ucap Sahara sambil berlari mengambil hp yang tergeletak di atas sofa.
"Mau kemana lo?" tanya Adit saat dirinya keluar dari kamar.
Sahara terdiam sejenak, memperhatikan Adit dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ganteng juga cowok ini, pikirnya. Nggak jauh beda dari Jiwa, bolehlah Sahara ajak untuk melakukan mirror selfie. Sekalian, saja Sahara posting di instastory, biar Jiwa panas.
"Wah, lo boleh juga, nih!" Sahara berucap sembari berjalan mendekati dengan wajah yang berbinar. "Foto, yuk! Gue mau manas-manasin Jiwa."
"Untungnya buat gue apa?" tolak Adit dengan sarkas.
"Perhitungan banget! Masa gitu aja nggak mau?" Sahara mencebik pertanda kesal karena penolakan Adit. "Ah, bodo amatlah, mau nggak mau, lo harus mau!"
Tanpa meminta persetujuan Adit, Sahara langsung menarik cowok itu untuk berdiri di depan cermin tadi. Tanpa merasa canggung, Sahara mendekatkan tubuhnya dengan Adit dan berpose sebagus mungkin.
Sahara sih, biasa saja dengan ini. Tapi, lain cerita dengan Adit. Cowok itu malah gelagapan karena Sahara terlalu dekat dengan dirinya. Bayangkan saja, Sahara mengalungkan lengannya ke leher Adit yang jauh lebih tinggi darinya. Tak sampai di situ, Sahara juga menarik leher Adit agar tinggi mereka sejajar dan menempelkan pipi mereka.
Sayangnya, Adit tak bisa menolak. Entah kenapa, Adit juga tidak tahu. Ia patuh-patuh saja saat ditarik Sahara, kali ini tanpa bantahan sedikitpun.
"Nah, kalau gini kan gue bisa manasin Jiwa," ucap Sahara sambil melihat-lihat foto yang ia ambil setelah melepaskan Adit dari kungkungannya.
"Alay lo!" cibir Adit.
"Nggak alay, nggak hidup," balas Sahara bangga.
Kali ini Adit hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir kenapa ia bisa bertemu dengan gadi yang seperti Sahara. Punya dosa apa ia di masa lalu sampai dikasih cobaan berupa seorang gadis bernama Sahara yang sialnya berwujud cantik.
"Dit, toiletnya dimana, deh?" tanya Sahara saat kemvali merasakan ada sesuatu yang mendesak keluar dari tubuhnya.
"Ini toiletnya," jawab Adit.
Sahara memgedarkan pandangan ke sekelilingnya. Mencoba mencari pintu toilet yang dimaksud oleh Adit yang notabennya adalah pemilik rumah.
Sadar akan kebingungan Sahara, Adit berinisiatif untjk membukakan pintu toiletnya untum Sahara. "Ini toiletnya, silakan," ucap Adit.
Sahara melongo untuk sesaat. Tidak menyangka dengan apa yang baru ia lihat. Ini benar-benar out of the box. Layaknya film Narnia, lemari yang sedari tadi ada di hadapannya ternyata bukan lemari biasa. Melainkan lemari yang terhubung dengan toilet.
"Mukanya nggak usah gitu banget," ucap Adit kemudian terkekeh dengan komuk Sahara.
"Bentar dulu, gue masih shock."
Adit malah tertawa melihat Sahara yang masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Dari semua orang yang bertamu ke rumahnya, hanya Sahara yang bereaksi berlebihan seperti ini.
"Udah, nggak usah norak gitu."
Sahara langsung tersadar dan segera masuk ke dalam toilet. Menilik interior toilet yang unik ini. Setelah menyelesaikan hajatnya, Sahara keluar sambil tertawa tidak jelas.
"Gila! Receh banget gue, lihat toilet gini aja langsung ketawa," kata Sahara yang masih memperhatikan toilet yang ada di hadapannya.
"Jadi, dari tadi lo nggak sadar kalau itu toilet?"
"Nggak, malah gue nggak kepikiran sampai ke sana," ucap Sahara sambil tertawa receh.
"Harusnya tadi gue foto ekspresi lo, ngakak banget sumpah!"
Sahara dan Adit sama-sama tertawa. Menertawakan toilet unik yang ada di rumah Adit. Benar-benar sebuah hiburan untuk Sahara dan Adit yang sama-sama lagi galau.
"Sederhana banget bahagianya gue, lihat toilet aja bisa ketawa-ketawa gini." Sahara menghapus air mata yang keluar di sudut matanya.
"Udah ah, masa bahas toilet satu jam nggak kelar-kelar, ayo!" ucap Adit sambil menaruk tangan Sahara untuk keluar rumah.
"Lucu tau, Dit!" Sahara masih tertawa sambil menyeka air mata yang keluardari sudut matanya.
"Nih, pake," titah Adit sambil menyodorkan helm pada Sahara.
Bukan Sahara namanya jika tidak merepotkan orang lain. Dengan lancang, ia mendorong helm yang disodorkan Adit.
"Pakein, kan ceritanya lagi pendekatan," pinta Sahara. Walaupun ucapannya tidak serius, setidaknya ini masih bisa menghalau rasa ngenesnya setelah putus dari Jiwa.
Lagi-lagi, Adit patuh saja pada perintah Sahara. Ia memasangkan helm yang ia pegang ke kepala Sahara. Tak hanya sampai di situ, Adit juga merapikan rambut Sahara yang menutupi wajahnya.
"Telaten banget, lo udah biasa makein helm buat mantan, lo ya?" tuding Sahara.
"Azura gue itu mandiri, nggak kayak lo!" Adit mendorong dahi Sahara dengan jari telunjukkan.
"Nyenyenye." Sahara mencibir karena tidak terima dibanding-bandingkan dengan mantan Adit yang tidak jelas wujud, keberadaan, dan asal usulnya itu.
Sahara naik ke boncengan motor Adit saat cowok itu sudah siap. Sekali lagi, dengan lancangnya, Sahara memasukkan tangannya ke saku jaket Adit. Sahara melakukan hal yang biasanya ia lakukan pada Jiwa.
"Lo ngapain?"
"Apa?"
"Tangan lo."
"Panas, Dit. Tangan gue nebeng di jaket lo, ya! Tenang, dompet sama uang lo yang ada di saku nggak bakal gue curi, kok."
Lagi-lagi Adit dibuat gelagapan karena Sahara yang bertingkah seenaknya. Bukannya apa, Adit hanya tidak terbiasa dengan ini. Saat pacara dengan Azura dulu pun, ia tak melakukan skinship seperti ini.
Tak mau meladeni Sahara lagi, Adit langsung tancap gas dan membelah jalanan dengan motor maticnya.
"Adit! Lo nggak mau pelanin dikit?" teriak Sahara yang termakan oleh suara angin.
"Apa?!"
"Pelan-pelan!" Kali ini Sahara berteriak tepat di telinga Adit.
Untuk kesekian kalinya hari ini Adit dibuat gelagapan. Itupun hanya karena hal-hal sepele yang dilakukan Sahara. Adit pikir, ini mungkin terjadi karena ia tidak terbiasa dengan semua yang dilakukan Sahara.
"Dit! Pelan-pelan aja!"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Fiksi RemajaAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022