Terus menggulir hp miliknya, Adit juga menghapus satu persatu foto dirinya dan Azura. Niat hati ingin mengingat kenangan berasama Azura malah membuat Adit sadar akan perasaannya sendiri. Mungkin, terlalu cepat jika mengatakan Adit sudah move on dari Azura dan menyukai Sahara untuk saat ini. Tapi, jika kenyataannya memang begitu, bagaimana? Apa Adit termasuk laki-laki brengsek yang dengan mudahnya menjatuhkan rasa pada gadis lain?
"Udah seratus persen move on?" tanya Rayan yang mengintip kegiatan Adit dengan hpnya.
Adit hanya mengangguk, tanpa perlu memberi jawaban dengan kalimat yang ia lontarkan dengan bibirnya.
Rayan ikut mengangguk, percaya dengan jawaban Adit. "Cewek mana yang bisa bikin lo yang bucin Azura garis keras bisa move on secepat ini?"
"Sahara." Adit menjawab pertanyaan Rayan sambil tersenyum tipis menatap layar hpnya.
"Sahara?" Rayan sedikit memiringkan kepalanya sembari mengingat nama yang rasanya pernah ia dengar sebelumnya.
"Kenapa? Lo kenal?"
"Nggak," jawab Rayan dengan cepat.
Ia sebenarnya juga tidak yakin pernah mendengar nama itu semagai nama manusia. Setau Rayan, Sahara itu nama gurun. Mungkin karena itu juga Rayan merasa nama itu terdengar familiar di telinganya.
"Gila, gue baru tau kalau ada cewek modelan kayak dia," ucap Adit.
Rayan memutar matanya, pasti selalu tipe yang sama. Gadis cantik kalem dan pendiam, tenang, dan bisa diajak deep talk. Pasti tipe yang seperti itu, Rayan sangat yakin pada spekulasinya saat ini. Bahkan, sebelum mengenal Azura pun, tipe cewek Adit selalu yang seperti itu.
"Bisa-bisanya gue malah suka cewek berisik kaya dia."
Rayan tersedak lidahnya sendiri. Tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Cewek berisik? Mustahil Adit jatuh hati dengan cewek yang sangat berkebalikan dengan tipenya.
"Gue salah denger barusan?" tanya Rayan mencoba memastikan.
"Nggak."
Rayan langsung meraih hpnya dan mencari sosial media Azura dan menunjukkan salah satu foto Azura telat di depan mata Adit. "Yakin lo udah nggak cinta dia?"
Adit mengangguk lagi. Bahkan, sekarang ia sudah tidak merasa sedih lagi saat melihat foto Azura. Adit sudah merasa ini hal biasa dan tidak ada yang membuat jantungnya berdebar karena nama Azura lagi.
"Dia cantik, Yan," ucap Adit memejamkan matanya sembari mengingat sosok Sahara. "Dia ceria, berisik, manja, nggak tau kenapa gue malah suka dia."
"Lo yakin suka dia?"
Adit tersenyum, "Nggak tau kenapa, kalau sama dia, gue merasa lebih hidup aja. Emosi gue naik turun, gue kadang kesel sama dia, dan kadang di satu waktu dia berhasil bikin gue merasa kalau hidup gue selama ini terlalu lurus."
Rayan mengangguk mengerti. Dari cerita Adit, sepertinya gadis itu sudah berhasil membuat Adit merasa lebih hidup. Adit yang selama ini hidup dengan tenang dan lurus-lurus saja, malah berubah setelah kedatangan gadia yang diceritakannya. Gadis ini membawa warna-warna mencolok ke dalam hidup Adit yang hanya mengenal warna hitam dan putih di hidupnya.
"Ini pertama kalinya gue ngerasa beda. Gue yang nggam suka kebisingan, malah suka dia yang berisik. Gue yang nggak suka cewek manja, malah suka dia yang manjanya bikin orang lain eneg. Intinya, gue sekarang suka sama apa yang dulu gue nggak suka."
Mendengar cerita Adit, Rayan jadi penasaran siapa orangnya. Seperti apa aslinya gadis itu. Rayan hanya ingin memastikan Adit tidak melebih-lebihkan ceritanya karena ia sedang jatuh cinta. Penyakit orang jatuh cinta kan memang seperti itu, sering melebih-lebihkan hal yang sebenarnya biasa saja.
"Gue bahkan ngajak dia nonton konser."
Kali ini Rayan benar-benar terkejut mendengar cerita Adit. Ini benar-benar bukan Adit yang biasanya. Bahkan Rayan curiga bahwa Adit yang bersamanya saat ini bukan sahabat yang dikenalnya.
"Sesuka itu lo sama dia?" tanya Rayan.
Adit hanya mengangguk dengan mata yang masih terpejam. Bayangan Sahara yang menari-nari dibenaknya membuat Adit enggan membuka matanya.
Walaupun sedikit terkejut dengan pemaparan Adit, Rayan juha ikut senang mendengar cerita Adit. Rayan sangat tahu apa yang sudah dilalui sahabatnya ini saat bersama Azura. Selain restu orang tua, Azura yang tidak suportif juga membuat hubungan Adit dan Azura terus diiringi kabut tebal.
Walaupun Azura orang yang baik, sayangnya gadis itu mudah merasa rendah diri. Disaat Adit didesak untuk meninggalkan Azura, gadis itu bahkan tidak mencoba mempertahankan Adit untuk berada di sisinya. Azura hanya pasrah. Bayangkan betapa frustasinya Adit dulu, ia ingin memlertahankan semuanya, tapi Azura malah sebaliknya.
"Ah iya, kemarin gue liat Lila sama cowok," ucap Adit.
"Lo nggak usah ceritain dia lagi, nggak usah nyebut nama dia lagi."
Adit langsung dibuat bungkam. Peringatan dari Rayan sepertinya sangat serius. Entah apa yang membuat Rayan tiba-tiba tidak mau membahas Lila. Tapi, yang jelas, sama seperti dirinya, Rayan juga sudah menambatkan hatinya pada orang yang baru.
"Kenapa?" Adit malah mencoba membuat Rayan bercerita.
"Gue udah sadar, sia-sia aja berjuang buat orang yang jelas-jelas hatinya buat orang lain."
Adit menepuk pundak Rayan pelan, mencoba menyalurkan semangat untuk sahabatnya itu. Bukan perkara mudah untuk Rayan memperjuangkan rasa untuk Lila. Bukan waktu yang sebentar pula Rayan terus menerus mengejar Lila. Baguslah, jika Rayan sudah sadar.
"Terus dia gimana?" tanya Adit tanpa menyebut nama Lila lagi.
"Nggak tau, semua akses buat komunikasi udah gue blokir," jawab Rayan sambil mengangkat bahunya.
Adit bertepuk tangan bangga pada Rayan. Akhirnya, setelah sekian lama bersikap bodoh dan terus mengejar Lila, akhirnya dia sadar walaupun membutuhkan waktu yang lama.
Rayan tertawa dan merapikan rambutnya dengan bangga. Ini memang satu hal yang harus dibanggakan dari dirinya. Move on dari Lila, satu hal yang akhirnya terucap oleh Rayan setelah bertahun-tahun terus berharap seperti orang bodoh.
"Gue terlalu baik buat dia," ucap Rayan.
Adit yang mendengarnya merasa sedikit ngeri-ngeri sedap. Nyatanya, setelah pernah jatuh cinta, Rayan bisa mengatakan hal itu juga. Rayan pernah jatuh, sejatuh-jatuhnya pada Lila yang tidak pernah menganggapnya ada. Ini merupakan sebuah kemajuan besar.
"Terus sekarang cewek mana?" tanya Adit.
Rayan menghela napasnya. Karena kebodohannya beberapa hari lalu, ia bahkan tak bertanya siapa nama gadis yang ditemuinya hari itu. Setelah sampai rumah, saat ingin mencari tahu tentang gadis itu di sosial media, Rayan baru sadar saat ia ingin mengetik nama gadis itu di kolom pencarian. Rayan lupa menanyakan siapa nama gadis itu.
"Nggak ada," jawab Rayan berbohong.
Jelas Rayan tidak mau bercerita saat ia sendiri tidak tahu siapa gadis yang menarik perhatiannya hari itu. Rayan cukup memendamnya sendiri, sampai ia bertemu gadis itu lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/302643107-288-k26178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Novela JuvenilAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022