2. Perkara Hadiah Untuk Sahara

433 68 2
                                    

"Ji, lo mau bawa gue kemana?"

"Ji, sumpah ya, gue ini punya janji sama orang, gue lagi pendekatan ini!"

Jiwa berhenti berjalan dan menatap sahabatnya tajam. Ini Jiwa cuma minta tolong bantu nyari hadiah untuk Sahara, sahabatnya itu malah heboh sendiri. Cih, memang tidak mengenang budi, padahal Jiwa yang sudah mengenalkan perempuan pada sahabatnya itu.

"Jiwa! Raga sahabat lo ini mau kencan, ngedate, pacaran, atau apalah namanya. Jadi tolong pengertiannya wahai sahabatku, monyet!"

Raga tidak habis pikir, ini Jiwa kenapa malah kayak gini ya kalau menyangkut Sahara. Biasanya kan juga dingin, nggak peduli, bodo amat sama sekitar, Raga curiga Sahara udah masang pelet ke Jiwa. Sumpah ya, demi apapun, Sahara itu bukan tipe cewek baik, anggun, dan lemah lembut yang patut dibucinin. Ini seleranya Jiwa anjlok banget, Tuhan.

"Bantuin gue nyari hadiah dulu, hari ini Sahara ulang tahun," jelas Jiwa sambil melirik-lirik sekitarnya.

Secuek-cueknya Jiwa, ia akan tetap melakukan hal-hal manis untuk Sahara. Ya, walaupun kelihatannya Jiwa tidak seperti itu. Tapi percayalah, perasaan Jiwa untuk Sahara lebih besar dari pada kelihatannya.

Permasalahannya ada di love lenguage aja. Kalau Sahara lebih ke quality time dan word of affirmation. Sedangkan Jiwa, dia ini golongan kaum physical touch. Mau tidak mau, berakhirlah Jiwa seperti cowok cuek untuk menghargai Sahara sebagai perempuan. Karena nggak mungkin juga kan Jiwa terus-terusan melakukan skinship dengan Sahara?

"Lo pikir gue tau hadiah yang bagus buat cewek gitu?" tanya Raga masih betusaha untuk menolak ajakan Jiwa.

"Gue unfriend juga lo lama-lama, bacot!" kesal Jiwa. Bukannya membantu, Raga sedari tadi hanya mengikuti Jiwa sambil mengomel.

"Eh, jangan. Gue udah susah-susah nyari temen yang namanya couple sama gue."

Untuk kesekian kalinya Jiwa sangat jijik dengan ucapan Raga yang satu ini. Raga sering cerita ke orang-orang alasan kenapa ia bisa berteman dengan Jiwa yang berkepribadian sangat kontras dengannya. Simple sih ceritanya, Raga cuma mau nemuin temen yang punya nama sepaket sama namanya. Dimana ada jiwa, di situ ada Raga. Jiwa cuma bisa gentayangan tanpa Raga, sedangkan Raga nggak bisa gerak tanpa Jiwa. Nama couple? Sebenarnya ini lebih ke nama persahabatan, sih.

Hp Raga berdering, menampilkan nama seorang perempuan yang Jiwa kenal. Tanpa aba-aba, Jiwa langsung merebut paksa hp Raga dan berbicara melalui telepon.

"Lo punya janji sama Raga? Ke sini aja! Gue butuh bantuan lo, ntar kalau udah selesai, lo boleh deh kemana aja sama Raga. Mau lo bawa Raga ke Pluto, gue ikhlas, Ran."

Raga pasrah, tidak berguna juga ia menentang Jiwa. Karena Jiwa akan tetap jadi Jiwa yang keras kepala, susah dibilangin, dan selalu seenaknya. Cuma Sahara yang bisa bikin Jiwa jinak.

Setelah selesai berbicara dengan perempuan yang ada di seberang telfon, Jiwa melempar hp yang ada di tangannya pada pemiliknya. Untungnya, Raga punya refleks yang bagus hingga ia bisa menyelamatkan nyawa hp barunya.

"Kampret emang," decak Raga. "Lo kenapa nggak cari hadiah sama yang lain aja, sih? Padahal lo bisa ngajak Lila, pasti dia tau hadiah yang cocok buat Sahara."

Jiwa memandang layar hpnya sejenak, nama Sahara yang tertera disana diabaikan oleh Jiwa. Ia lantas mematikan hp dan memasukkannya ke dalam tas seolah benda itu tidak berharga sama sekali.

"Lo tau sendiri Lila punya perasaan lebih buat gue. Dan lo juga tau Sahara itu cemburuan. Dengan gue bawa Lila untuk nyari hadiah buat Sahara, gue udah nyakitin dua cewek sekaligus."

"Ya setidaknya lo nggak usah gangguin gue, jingan!" Raga kesal, benar-benar kesal. Waktunya untuk berdua dengan Kiran berkurang hanya karena Jiwa yang ingin berlagak jadi cowok yang nggak mau nyakitin perempuan.

Katanya, Move On? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang