[5] Apa Yang Terjadi?

77 54 19
                                    

Assalamu'alaikum semuanya...
Aku update nih...
Jangan lupa vote sama komennya ya...
.
.
.
.
.
.
.
.

Entah mimpi apa, pagi ini Aqila dikejutkan dengan kedatangan mamah dan papah dengan posisi mamah yang menggendong Mike karena tertidur. Aqila yang masih belum terbiasa dengan kondisi pesantren, tersenyum. Secercah harapan muncul di binar mata dengan iris cokelat, saat melihat keluarganya ada di hadapannya.

Ada yang aneh. Wajah mamah seperti khawatir saat dia melihat Bu Rahma tengah menghampiri mereka bermaksud menyapanya. Aqila yang melihatnya mengernyitkan dahi bingung. Sebuah tangan bertengger di bahu milik gadis itu. Bu Rahma merangkul Aqila sembari tak hentinya menatap wajah dua orang di depannya.

"Assalamualaikum, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Waalaikumsalam, Bu. Saya Mansyur, papah Aqila. Wanita yang di samping saya Maria, mamahnya Aqila."

"Masyaallah, nggih. Mangga mlebet, ampun teng mriki, Pak." (Masyaallah, iya. Mari masuk, jangan di sini, Pak )

"Bu Rahma bilang apa?" tanya Aqila bingung.

"Eh, tidak. Yuk, ajak mamah sama papah kamu masuk!" ajak Bu Rahma.

Mereka masuk ke ndalem untuk bertemu dengan Abi. Mata dengan iris cokelat itu, tak hentinya menatap wajah wanita dengan jilbab warna peach yang tampak gelisah. Rasa penasaran muncul di lubuk hati Aqila. Mamah terlihat pucat dan tangannya gemetar, terlihat jelas saat mamah tak hentinya meremas baju Mike.

Biarpun Aqila diperlakukan berbeda dengan Mike beserta saudara-saudaranya, melihat mamah seperti itu tentu membuatnya bingung dan khawatir. Seburuk apa pun perlakuannya, tidak akan mengubah kedudukan Aqila sebagai anak dari Maria, mamahnya.

"Assalamualaikum, Mah."

"Waalaikumsalam, Nak. Kamu apa kabar?" tanya mamah lembut.

"Baik, Mah. Mamah sendiri, gimana?"

"Alhamdulillah, baik juga."

Perlakuan lembut? Bolehkah Aqila terbang saat ini? Perlakuan lembut, terakhir Aqila dapatkan dari mamah sewaktu ulang tahun Aqila ke 10 tahun. Untuk kadar setiap anak, itu sudah sangat lama bagi anak seperti Aqila. Tetap saja Aqila menjadikan hal ini tanda tanya besar. Mulai dari gerak-gerik aneh, tatapan mata mamah ke Bu Rahma, dan terakhir adalah sikap lembut yang mamahnya berikan.

Saat Aqila bingung, Mike terbangun dan membuat Maria berhenti untuk menurunkan Mike. Aqila melihat Mike terbangun segera memeluk Mike karena rasa rindu yang dia rasakan semenjak kepindahannya ke pesantren atas kehendak orang tuanya. Bu Rahma menatap dua kakak beradik itu dengan senyum yang tulus.

"Alhamdulillah, sampai. Silakan, masuk!"

"Wah, Mansyur. Apa kabar, Bro?" tanya Abi layaknya orang muda.

"Baik, Bro. Gimana sama anak saya?"

"Karena baru, Aqila mungkin masih perlu banyak adaptasi di sini. Banyak hal yang belum dia ketahui. Insyaallah, istri saya akan bantu Aqila selama di sini."

"Tidak perlu," sanggah Maria.

"Mah, apa maksudnya?" tanya Aqila.

"Maksudnya, kamu bisa belajar sama yang lain. Jangan bikin susah Bu Rahma. Kasihan, beliau."

"Nggak papa, Bu. Itu tugas saya sebagai ibu Aqila dan semua santri di sini," ucap Bu Rahma tersenyum.

"Melihat Aqila, saya teringat dengan anak saya yang pertama," lanjutnya.

Abi yang tahu betapa hancur hati istrinya menepuk pelan bahu Bu Rahma. Maria tersenyum tipis melihat kebersamaan mereka berdua. Spontan, dia menyenderkan bahunya kepada Mansyur, suaminya. Senyum indah terpatri di wajah dua pasangan suami istri itu dan membuat Aqila ikut senang.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang