Happy reading
.
.
.
.
.
.
.Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu kupu
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupuAqila bersenandung kecil sembari melipat tumpukan baju yang tidak terlalu banyak. Sesekali dia melihat fotonya dan ketiga sahabatnya serta keempat pria yang ada di dalamnya juga. Foto yang saat itu mereka ambil masa-masa MA dengan latar pantai yang indah dan langit orange yang sangat menawan.
Entah sudah berapa lama foto itu mereka ambil dan saat ini semua sudah ke jalan masing-masing walaupun pada akhirnya Nara tidak jadi dengan Devan. Padahal dulu Aqila sendiri ikut masuk dalam kisah mereka dan yah menurutnya sangat pelik.
"Kayaknya gue paling kesepian apa ya? Mereka udah ada keluarga lah gue masih sendiri aja."
Kenapa Aqila tidak kuliah? Karena dia diminta oleh umi dan abi untuk mengelola pesantren karena hanya dialah penerus yang bisa mereka andalkan dan mereka sangat yakin Aqila bisa memegang amanah tersebut.
Tatapan mata gadis itu menerawang jauh ke arah luar jendela kamarnya. Entahlah, namun akan ada saatnya manusia merasa jenuh dan tidak ada pandangan ke depan karena merasa hanya seperti itu saja hidupnya. Mungkin, Aqila sedang berada dalam fase tersebut.
"Nak...."
"Eh astaghfirullah, Umi. Aqila kira siapa."
"Udah selesai belum?"
"Udah, Mi. Kenapa?"
"Kamu ke kelas ibtidaiyah dulu. Sanum kemarin izin pulang karena mau lamaran. Jadi, umi minta kamu gantiin dia ya," ucap Umi Rahma seraya mengusap lembut kepala anak gadisnya yang tertutup khimar hitam.
"Lamaran? Sama siapa, Mi?"
"Sama Rahsya. Tangan kanan umi sama abi. Yang biasa jadi qori ituloh, kalau ada acara pondok atau area sekitar pondok."
"Owalah, maa syaa allah. Cepet juga dapat jodoh si Sanum. Perasaan orang pada cepet banget nikah deh."
"Eh, kamu yang ke mana aja. Kelahiran 2004 ngapain kamu? Nikah dong," ucap Umi Rahma.
Kesannya hanya sebuah candaan tetapi bagi Aqila itu sama seperti sindiran halus untuk dirinya. Sanum kelahiran 2006 dua tahun lebih muda dari dirinya yang 2004. Selain itu, ketiga sahabat Aqila sudah menikah sisa dia saja.
"Sakit banget tau, Mi," balas Aqila cemberut dan membuat umi terkekeh.
"Enggak kok. Umi bercanda. Menikah bukan perihal cepat tapi tepat apa enggaknya. Karena menikah adalah ibadah yang panjang. Kamu tahu ibadah terpanjang selain pernikahan?" tanya umi.
"Emang ada ya?"
"Ada, Nak. Itu adalah tauhid. Manusia berjalan dengan tauhid yang melekat di dalam hatinya. Pernikahan, bisa saja kandas suatu saat sesuai takdir Allah, tapi tauhid tidak. Dia akan tetap melekat dalam diri kamu sampai mati. Jadi, menikahlah jangan karena cepat. Selagi belum menikah, kamu perbaiki dulu tauhid kamu, akhlak kamu. Kamu ubah diri kamu untuk jadi lebih baik lagi. Masalah jodoh sudah diatur."
"Maa syaa allah. Tapi, Mi. Aqila maunya sama Abian."
"Kamu boleh meminta untuk bisa bersama dengan Abian, tapi jangan paksa agar bisa berjodoh dengannya. Mintalah yang terbaik pada Allah. Abian baik di mata kamu, di mata umi, dan orang yang kenal dengannya, tapi belum tentu terbaik untukmu menurut Allah."
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVENIENCE (Kenyamanan)
Genç KurguBerada di antara sesuatu yang membuat hati dihujam sebuah delima adalah hal yang mampu mengubah hati. Sebuah lambaian yang menyapa hanya datang untuk bersinggah sesaat tanpa dipungkiri jika sang bunga sudah mendapatkan titik terakhirnya. Kenyamanan...