Happy Reading
.
.
.
.
.Suara air wastafel terdengar di dapur. Cukup untuk mengawali pagi Aqila yang barusan kembali dari dunia mimpi. Mamah sibuk mencuci sayuran yang akan dimasak sebagai sarapan. Sebenarnya Aqila bisa saja membantunya setelah bangun tadi, tetapi mamah tidak mengizinkannya. Bukan dengan alasan ragu karena Aqila tidak bisa mencuci piring, tetapi karena wanita paruh baya itu tidak mau Aqila kenapa-kenapa, setelah melihat bagaimana kondisinya sekarang. Mata seperti panda dan tubuh sempoyongan. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi Maria, mamahnya.
"Mah, yakin nih nggak mau dibantu masak?" tanyanya hampir terpejam.
"Nggak usah, Sayang. Kamu ngantuk banget itu. Semalam kamu tidur jam berapa sih?" tanya mamah dengan tangan yang sibuk mencuci sayuran. "Liat tuh, kamu kayak nggak tidur berapa hari," ucap mamah melihat Aqila.
"Tapi, Mah..."
"Udah sana, cukup ambil wudu. Habis itu solat ya..." ucap mamah.
Iya seperti biasanya, Maria akan bangun sebelum subuh lalu ke pasar untuk membeli sayur. Pada hari-hari biasa, stok sayuran sudah ada di kulkas tetapi kebetulan untuk hari ini, stok sayur menipis. Maria ke pasar lebih awal karena letak pasar yang agak jauh jadi, harus datang lebih awal atau jika tidak akan kehabisan sayuran untuk sarapan.
Tanpa sadar, Aqila menemani mamah hingga adzan subuh. Alhasil, saat ini Aqila belum solat subuh. "Ingat, ya. Habis subuh jangan tidur lagi. Nanti, kamu telat." Aqila hanya mengangkat jempolnya tanda mengerti. Bisa saja supaya mamah percaya jika Aqila tidak tidur lagi. Katakan saja sebagai alibi. "Pokoknya, nanti mamah cek kamu," ucapnya.
"Iya....iya," jawab Aqila.
"Gagal deh, mau tidur lagi," gumamnya.
Aqila menuruti mau Maria. Dia mengambil wudu lalu menjalankan kewajibannya sebagai orang Islam, yakni salat. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk menyelesaikan salatnya. Gadis itu diam karena bingung ingin apa. Kalau mandi...Aqila rasa masih terlalu dingin.
"Gue ngapain ya?" tanyanya mencari kesibukan. Aqila memang tipikal orang yang gampang bosan. Sedikit saja menganggur, Aqila tidak bisa diam. "Eh...apa gue gangguin Mike aja, ya? Iya deh, nggak papa. Dia juga belum salat." Tubuh Aqila beranjak dari kasur. Sebelumnya, dia melipat mukena yang habis dipakai salat tadi.
Terlihat Mike yang sedang nyaman memeluk guling dan dengan selimut yang menutupi bagian tubuh hingga ke leher. Aqila merasa gemas dan mulai melancarkan aksi menganggu. Walaupun diganggu, masih saja Mike tidur tanpa bangun sedikitpun. Lama-kelamaan, Aqila kesal.
"Ini bocil tidur apa mati, sih? Masa nggak gerak sama sekali. Gue doang yang capek ganggu."
"Aqila, keluar! Ada yang cariin di sini!" teriak mamah dari dapur.
"Hah, cariin? Sepagi ini? Siapa coba?"
"Aqila! Sini, Nak!" panggil mamah lagi.
"Iya, Mah... Aqila ke sana!" sahut Aqila.
Awalnya memang biasa saja. Sesaat setelah itu, matanya terbelakak. Devan ada di sana lengkap dengan seragam sekolah. Jam masih menunjukkan pukul lima. Aqila belum mandi karena barusan ia salat.
Kaki Aqila melangkah dengan otak yang sedikit melambat, memikirkan alasan apa Devan bertamu sepagi ini. Aneh saja gitu, semenjak tahu soal rumah Aqila yang dekat dengannya, Devan semakin sering datang ke rumah walaupun hanya sekedar minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVENIENCE (Kenyamanan)
Novela JuvenilBerada di antara sesuatu yang membuat hati dihujam sebuah delima adalah hal yang mampu mengubah hati. Sebuah lambaian yang menyapa hanya datang untuk bersinggah sesaat tanpa dipungkiri jika sang bunga sudah mendapatkan titik terakhirnya. Kenyamanan...