[28] Mereka Saling Kenal?

25 11 9
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

"Kakak, temenin Mike ke rumah Kak Devan yuk!"

Mike bergelayut manja di lengan Aqila. Gadis itu sibuk chat dengan Nara. Seperti menjadi kebiasaan, Mike mengambil ponsel Aqila dan kemudian mematikannya hingga membuat Aqila memutar bola matanya malas. Jika saja Mike bukan adiknya, sudah dari lama Aqila lempar bocah laki-laki itu ke laut di pulau Bangka.

"Apa sih, Mike? Nggak usah jail. Sini, kembaliin hp kakak..." ucapnya.

"Ah, kakak... temenin Mike ke rumah Kak Devan. Kalau chat sama Kak Nara kan bisa nantian. Temenin Mike dulu." Mike memanyunkan bibirnya dengan mata yang mengerjap lucu. Bulu mata yang panjang membuat Mike terlihat menggemaskan. Kalau begini, bagaimana Aqila bisa marah? Yang ada akan gemas sendiri. "Kakak nggak sayang sama Mike, ya? Ya udah nggak papa kok. Ini hp kakak, Mike kembaliin. Maaf ya, Kak." Aqila mencubit pipi Mike.

"Nggak mungkin kakak nggak sayang sama kamu. Memangnya, Mike mau ngapain ke rumah Kak Devan? Mau main sama dia?"

"Bukan sama Kak Devan, kok. Mike mau main sama kelinci milik Kak Devan. Di sana juga ada keponakan Kak Devan. Cantik banget..." Mike tersenyum.

"Mau nggak ya?" tanya Aqila pura-pura berpikir.

"Ya udah nggak papa, Teh. Mike nggak maksa kok," ucapnya cemberut.

"Aww...kamu gemesin banget, Mike. Panggil sekali lagi dong," pinta Aqila.

"Mau ya, Teh?" jawab Mike polos.

Gila, adek gue lucu banget.

"Iya-iya, aku temenin. Tapi, jangan lama-lama ya..."

Mike yang terlanjur senang melompat dan memberikan ponsel Aqila. Sedari tadi, Mike tidak hentinya berjingkrak dan berputar-putar seperti pesawat terbang. Aqila mengikuti yang dilakukan oleh Mike. Yah, anggap saja mereka tengah bermain pesawat-pesawat terbang. Lamanya berputar-putar hingga semua yang ada di kamar Aqila terasa ikut berputar.

"Kak, ini kok atapnya pada muter sih?" tanya Mike polos.

"Iya, nggak tau. Tembok di sini juga kayak muter. Kayak mau deketin kakak. Kok bisa ya?" sahut Aqila berakhir dengan mereka tertawa bersama. Mike sempat mau terjatuh saat ingin keluar. "Hati-hati, Sayang. Kamu masih pusing itu," tegur Aqila.

"Iya, nggak papa Kak. Mike siap-siap dulu, ya. Nanti ke rumah Kak Devan."

Lah masih ingat. Gue kira lupa. Gimana lagi, emang gue harus ketemu sama Devan, batinnya

Sembari menunggu Mike, Aqila kembali mengambil ponselnya berharap ada yang menghubunginya. Dia rasa percuma juga untuk berharap seperti itu. Abian mungkin sibuk. Kalau Devan, yang ada Aqila dibuat darah tinggi mulu. Devan memang rese menurut Aqila. Berbeda dengan Abian yang rese tetapi bisa membuatnya salting, tidak seratus persen rese seperti Devan.

You have a massage

Abian
| Assalamu'alaikum, bidadariku
| Sibuk yah, lo?

Aqila
Waalaikumsalam, Abian |
Nggak kok, nggak sibuk. |

Abian
| Kok lo jawabnya gitu, sih?
| Kan, gue panggilnya nggak pakai nama.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang