[34] Rencana ke Pondok

40 26 67
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Baiklah, ada informasi buat kalian semua. Mohon perhatiannya."

Kelas yang tadinya ramai dengan segala tingkah murid di dalamnya, kini sunyi dalam sejenak. Aqila dan ketiga temannya menoleh ke depan untuk mendengarkan informasi apa yang akan disampaikan. Sama seperti yang lain, Aqila turut juga berbisik pada Alinda yang jadi teman sebangkunya.

"Kira-kira ada informasi apa, ya?" bisik Aqila.

"Kayaknya informasi nikah masal, deh."

Aqila sontak melihat ke arah Alinda dengan tatapan heran. Mau heran, tapi apa yang dia lihat adalah Alinda, sahabatnya. Aqila hanya menggeleng lemah. Sejujurnya, ada keinginan untuk menjitak kepala Alinda, tetapi dia takut terkena masalah.

"Untung, lo sahabat gue. Kalau bukan, gue jitak kepala lo pakai sapu," geramnya.

"Ya Allah, salahku apa? Kenapa mau dijitak sama sahabat sendiri?"

"Otak lo, Alinda. Ya Allah, mau heran tapi ini lo. Nikah mulu pikirannya. Kebelet atau kenapa sih?" tanya Aqila.

"Bisa diem, nggak? Berisik tau," tegur Nara.

Keduanya langsung diam. Kembali fokus ke Bu Reri, Aqila merasakan saku roknya bergetar. Segera gadis itu buka dan matanya sontak terbelalak saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa pikir panjang, Aqila mematikan ponselnya.

"Jadi, dalam satu pekan ke depan bapak sama ibu guru akan mengadakan study banding dengan guru-guru di kecamatan. Oleh karena itu, anak-anak semua belajar di rumah," ucap Bu Reri.

Suara riuh kembali menggema menggantikan kesunyian yang tadi. Berbeda dengan Aqila dan ketiga sahabatnya, mereka justru hanya diam tidak seheboh teman-teman yang lain. Mereka begitu, karena keseharian merek.a berbeda dengan teman-teman. Jikalau mereka libur bisa pergi liburan atau ke mana, Aqila dan sahabatnya justru memilih untuk tetap di rumah. Oleh karena itu, justru sangat bosan.

"Jadi, sekarang lanjut pelajaran?" tanya Alinda.

"Iya, persiapan dilakukan sekarang. Jadi, kalian pulang lebih awal. Baiklah, Nara siapkan berdoa sebelum pulang," ucap Bu Reri.

Nara menyiapkan doa dan setelahnya siswa kelas 11 IPS 2 pulang. Tersisa Aqila, Nara, Talita, dan Alinda. Entah kenapa mereka malas untuk pulang juga. Nara justru bersandar ke tembok dan memainkan ponselnya.

"Eh, kalian belum go home?" tanya Talita.

"Nggak tau kenapa mager aja. Gue nggak suka libur. Bosen di rumah, tau." Alinda ikut memainkan ponsel seperti Nara. "Kalian sendiri ngapain kalau libur?" tanyanya.

"Nggak tau juga. Gue kalau liburan palingan main hp terus. Bosen juga," ucap Aqila.

Entah apa yang ada di pikiran Talita sekarang. Dari tadi, Aqila memperhatikan Talita. Beberapa menit, dia senyum lalu sesudahnya cemberut. Bulu kuduk Aqila berdiri. Gadis itu meneguk ludah tak kala ia ingat jika Talita adalah satu di antara mereka yang gampang kerasukan.

Aqila menyikut bahu Nara. "Apa sih, Qila? Ngapain sikut bahu gue?" tegur Nara merasa terganggu. Dia kesal dengan Aqila.

"Na, itu. Talita kok gitu?" ucap Aqila. Alinda juga ikut tegang saat melihat raut takut Aqila. Sungguh, Aqila takut. "Dia nggak lagi kerasukan, 'kan? Gue ga mau," ucap Aqila.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang