[16] Guru SBK Meresahkan

33 23 9
                                    

Assalamu'alaikum semua...
Buat yang puasa gimana? Aman kan?
Jangan lupa vote sama komen yah
.
.
.
.
.
.

Hal yang sangat membuat Aqila harus benar-benar sabar, adalah saat Galih yang merengek padanya karena tidak ingin ditinggal. Hal itu membuatnya bingung bagaimana caranya agar Galih membiarkannya sekolah. Bibi pergi ke pasar, sementara paman masih tertidur. Merasa tidak enak, akhirnya Aqila membiarkan pamannya tidur.

"Sayang, Kak Aqila mau sekolah dulu. Kakak janji, nanti pulang sekolah kita main, ya."

"Tapi, Galih maunya sekarang. Mau main pokoknya," jawabnya seraya memanyunkan bibir lucu. "Ayo, Kak. Kita main bersama. Galih ada iron man di kamar Galih," ucapnya merengek.

"Nggak usah, Sayang. Ayahnya Galih lagi tidur. Galih mau, buat ayah marah?" tanya Aqila. "Nggak mau, Kak. Ayah kalau marah, galak," ujarnya lucu.

"Galih nggak sekolah?" tanya Aqila sabar.

"Daring, Kak. Ayo, temenin Galih main," rengeknya. "Ayo, Kak Aqila! Nanti, Galih marah kalau kakak nggak mau," jawabnya.

Aqila mendesah panjang. Entah apa yang dilakukan Bi Ningsih di pasar, hingga sangat lama tidak seperti biasanya. Paman juga tidak bangun saat mendengar Galih yang terus saja merengek. Jam sudah menunjukkan pukul 06. 45, Aqila masih saja belum berangkat.

"Aduh, Bi Ningsih ke mana sih? Kalau gini, gue bakal telat," ucapnya menatap ke arah jendela. "Apa gue bangunin paman aja, ya? Kira-kira, dia ngerti nggak ya?" gumamnya.

"Aqila, Sayang! Kamu di mana?"

"Bi, Aqila di kamar!" teriaknya.

"Ya Allah, Aqila. Maafin bibi ya. Tadi, di pasar rame banget, susah mau ambil bahan yang mau dibeli."

"Nggak papa, Bi. Ya udah, Aqila berangkat dulu," ucapnya berpamitan.

"Nggak sarapan dulu?" tanya bibi.

"Nggak keburu, Bi. Udah mau jam setengah delapan 30 menit lagi," ucapnya sambil meraih tangan wanita paruh baya itu. "Assalamu'alaikum, Bi. Galih, kamu jangan bikin ibu kamu repot ya. Kak Aqila berangkat. Dadah," ucapnya.

Aqila mengambil sepeda motornya dan menggunakan helm serta kardigan hitam. Dia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tanpa takut sedikitpun. Itu karena dia dikejar oleh waktu masuk sekolah. Lama setelah itu, Aqila sampai di sekolah dengan napas yang memburu serta kerudung yang sudah tidak terbentuk di kepalanya.

"Assalamu'alaikum, semuanya."

"Waalaikumsalam, gila sih lo telatnya kebangetan. Untung gurunya belum masuk," ucap Nara sembari menyiapkan buku pelajaran pertama. "Ngapain sih, kok bisa gini? Mana itu jilbab udah nggak tau bentuknya kayak apa," ucapnya kembali sambil terkekeh pelan.

"Itu, Na. Mukanya Aqila kayak orang mau lahiran. Pucet banget," sahut Alinda.

"Sembarangan lo. Ini gue habis ngebut gara-gara dikejar sama waktu."

"Lah, lagian ngapain aja di rumah?" tanya Talita.

"Biasalah, anaknya bibi gue nggak mau lepas dari gue. Tadi juga, bibi ke pasar. Galih nggak dibawa. Ada paman sih, tapi nggak enak kalau bangunin dia." Aqila menceritakannya sambil merapikan jilbab dan berkaca dengan layar hp untuk melihat bentukan wajahnya. "Cakep ya, gue."

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang