[49] Liburan Bersama

46 27 121
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

"Lo tunggu gue dong. Enggak usah cepet-cepet kali, Qil!" seru Nara.

"Ish, buruan nanti mataharinya keburu hilang semua. Jadinya enggak aestetik."

Mereka masih di pantai dari sepulang acara pengambilan raport. Para orang tua melihat anak-anaknya di tepian pantai. Ada di antara mereka yang sibuk mengambil gambar matahari terbenam. Ada juga yang bermain pasir. Bahkan, ada juga yang sibuk menggambar pemandangan yang ada.

Kembali kepada gadis yang sibuk bergaya ke sana ke mari. Mereka adalah Aqila, Talita, dan Alinda. Baginya momen seperti ini sangat luar biasa. Mereka harus mengabadikannya dalam foto. Terhitung sudah berapa banyak foto mereka dengan gaya. Mulai dari yang kalem, abstrak, hingga ke gaya yang aestetik.

"Nara! Sini dong, kita foto bareng. Lo mah duduk mulu. Harusnya tuh kita seneng-seneng di sini!" teriak Alinda.

"Nanti ada pemberitahuan memori penuh, baru tau rasa kalian!" balas Nara.

"Nak, mainlah sepuas hati kalian! Nanti, kita di sini sampai azan isya. Habis itu pulang!" teriak ayah Nara.

Jika boleh jujur, Nara sudah tidak betah saat itu. Bayangkan saja, mereka ada di pantai sepulang sekolah hingga menjelang malam. Mereka belum mandi atau apa pun. Tetapi jika dipikir, kapan lagi bisa ke pantai bersama-sama? Sementara, mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Aqila menarik tangan Nara dan mengajaknya berfoto. Gadis itu sangat antusias. Tiba-tiba, terpikir olehnya saat jalan-jalan bersama guru sosiologi. Bu Dhika. Sebelumnya, Aqila dan Nara sudah pernah ke pantai, hanya saja saat itu tidak bersama Talita, Alinda, dan yang lainnya.

"Na, keinginan kita terkabul tau. Lo inget enggak?" tanya Aqila.

"Inget apaan?"

"Waktu itu lo sama gue juga diajak ke pantai sama Bu Dhika. Masa lupa sih? Nah, saat itu kita juga pengin bisa ke pantai bareng Alinda sama Talita. Lo liat sendiri hari ini, kan?"

"Owh iya. Bener banget. Bisa-bisanya gue lupa gitu," ucap Nara terkekeh.

Jika bertanya di mana Abian dan teman-teman, mereka sedang duduk melihat keempat gadis itu sedang menikmati senja. Tak jarang dari mereka diam-diam menggambil gambar dari masing-masing gadis pujaannya secara candid.  Jangan ragukan lagi keahlian mereka dalam membidik gambar.

Abian terpaku dengan satu gadis yang tengah bermain air. Dia menciptakan air laut dengan tubuh menghadap di mana matahari berada. Angin sejuk kini ikut berada di tengah kebahagiaan dua keluarga yang tengah berlibur. Jilbab yang mengukur panjang bergoyang seiring dengan tiupan angin sore.

"Suka banget sama senja ya?" tanya Abian yang entah dari kapan sudah ada di samping Aqila. "Banyak orang yang juga suka senja kayak lo," lanjutnya.

"Iya. Gue suka langit, gue suka senja. Tapi, gue enggak terlalu suka sama senja."

"Kenapa enggak suka? Bukannya cantik, ya?" tanya Abian.

"Iya, memang senja itu indah sama cantik. Tetapi, dia bisa pergi kapan aja. Hadirnya enggak buat menetap. Tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang," ucap Aqila.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang