*********
"Untuk tugas menyanyi kenapa belum ada yang mengirim? Apa tugasnya terlalu berat?" tanya Pak Ibnu.
Rasanya baru kemarin mapel SBK masuk, sekarang sudah ada lagi. Aqila mendengus kesal. Kelompoknya sangat susah diatur. Banyak alasan yang menyebabkan mereka terus menunda untuk mengerjakannya. Sudah bisa dihitung, berapa kali mereka membatalkan niatnya untuk mengerjakan satu tugas itu.
"Ini gimana jadinya, guys? Masa ditunda terus?" kesal Aqila pada kelompoknya. "Udah mau ngerjain terus aja ditunda sampai Upin Ipin ada rambutnya. Kayaknya baru kelar itu tugas."
"Besok aja. Nggak papa ngerjain di sekolah." Nara bergabung dengan Aqila yang tengah kesal. Dari tadi, Nara hanya menyimak. "Lo nggak keberatan, kalau misal ngerjain di sekolah?" tanyanya.
"Serius di sekolah? Yang bener aja, nggak aestetik," ucap Aqila.
"Mending kayak gitu lah. Aqila, kalau misal mau yang kayak bikin video klip bakalan lama, yang penting kirim tugas. Gue nggak mau jadi beban pikiran mulu gara-gara nggak ngerjain," sahut Alinda.
"Ya udah, besok kerjain di sekolah. Datang lebih awal, ya." Nara menjauh dari Aqila dan Alinda. "Oh iya, Aqila. Lo yang biasanya paling lambat. Nggak mau tau pokoknya besok berangkat pagi." Nara kembali berbalik dan menatap tajam ke arah Aqila.
"Denger tuh. Kupingnya dibuka lebar-lebar," sahut Alinda.
"Kan, gue lagi yang kena. Orang paling muda diam," ucap Aqila kesal.
Talita dari tadi hanya diam tak ikut menyahut perbincangan ketiga temannya. Jangan salah, selama berbincang tadi Talita tidak pernah luput dari lirikan Nara. Gadis itu seperti tengah menyembunyikan sesuatu yang membuatnya mungkin merasa tidak enak untuk mengatakannya pada ketiga temannya.
"Kenapa itu orang? Biarlah, besok palingan dia ngomong," ucap Nara.
*******Sesuai dengan rencana keempat gadis itu, mereka sudah datang ke sekolah lebih awal, minus Aqila. Gadis itu masih saja bebal jika diberitahu. Nara sudah mulai cemas saat lama kelamaan semua siswa di kelasnya masuk. Dalam hatinya dia menyumpah serapah Aqila. Dari ketiga temannya, Aqila yang menurutnya sangat lambat melebihi siput jika berkaitan dengan datang.
"Sumpah, itu anak lama banget. Perasaan udah gue bilangin kemarin," sungut Nara.
"Sabar, ngapa. Macet kali?" ucap Alinda.
"Kalau gini, bakalan diundur terus. Ini yang bikin gue males misal kerja kelompok," ucap Nara frustasi.
Tiba-tiba Aqila datang dengan wajah biasa saja tanpa ada rasa gelisah atau salah sama sekali. Nara memincingkan matanya sembari menelisik kenapa teman yang satunya itu paling santai. Sudah cukup ia menunggu, Nara akhirnya masuk tanpa bicara karena jam sudah menunjukkan mata pelajaran pertama.
"Talita, lo nggak gelisah gitu? Itu tugas belum tau," ucap Nara.
"Gu..."
Nara menghentikan ucapannya kemudian membaca pesan yang masuk. Matanya berbinar dan sedikit tersenyum tipis membuat ketiga temannya bingung. Alinda menepuk bahu Nara untuk menanyakan sesuatu yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVENIENCE (Kenyamanan)
TeenfikceBerada di antara sesuatu yang membuat hati dihujam sebuah delima adalah hal yang mampu mengubah hati. Sebuah lambaian yang menyapa hanya datang untuk bersinggah sesaat tanpa dipungkiri jika sang bunga sudah mendapatkan titik terakhirnya. Kenyamanan...