Happy reading
.
.
.
.
.
."Bangun, Bang!!" teriak Devan.
"Apa sih, lo? Ganggu aja. Ada apa?"
Abian bangun dari tidur lelapnya dengan kondisi telanjang dada dan rambut acak-acakan. Devan yang melihat tubuh atletis Abian hanya bisa melongo dan kagum.
"Heh, matanya dijaga. Nanti gue bisa mati kena 'ain," tegur Abian.
"Bang, kok bisa sebagus itu sih? Gue ada tapi nggak sebanyak itu. Cuma empat," ucap Devan masih terkagum dengan Abian.
"Apa sih, lo? Ngapain diperjelas juga. Kasihan yang baca nanti jadi kebayang."
"Emang, kita ada di fiksi ya?"
"Tanya aja sama yang nulis."
Abian segera memakai kaos hitam dan merapikan tempat tidurnya. Devan yang melihatnya hanya diam dan dengan polosnya mengikuti ke mana Abian bergerak. Entah kenapa, pagi ini Devan banyak loading. Padahal, dia selalu minum air putih jika bangun tidur.
"Ngapain bangunin gue? Tumbenan banget, sih? Buruan ngomong, gue mau cuci baju lo pada," ucap Abian.
Tumpukan baju kotor yang biasa Abian cuci makin bertambah. Jika biasanya hanya dia dan kedua sepupunya, namun hari ini bertambah satu karena Bayu juga ikut menginap di rumahnya. Butuh tenaga ekstra untuk mencuci semua itu. Biarpun ada mesin cuci, tetapi Abian lebih memilih menggunakan kedua tangannya.
"Lo lupa, ya? Hari ini katanya mau ke pondok tempat Adnan, 'kan? Memang tua. Gitu aja lupa, lo."
"Berarti gue dewasa. Nggak kayak lo masih bocil. Sok-sokan mau dijodohin," ucapnya.
"Lo nggak setuju ya, gue sama Aqila?" tanya Devan .
Bukan gitu. Tapi, gimana sama hati gue kalau nantinya lihat kalian di pelaminan? batin Abian.
"Apaan sih? Lo bangunin gue cuma buat ingetin itu? Ya udah, gue mau cuci dulu. Kalian mandi aja. Sekalian tuh, Adnan sama Bayu jangan lupa dibangunin," ucap Abian dan berjalan ke kamar mandi.
Tersisa Devan yang masih berdiri melihat punggung Abian yang sudah hilang di balik pintu kamar mandi. Kemudian, dia menepuk dahinya.
"Woy, kalian! Bangun, siap-siap!" teriaknya.
Selang beberapa detik, dua pintu kamar terbuka dan menampilkan dua pria dengan penampilan yang kacau. Adnan menggunakan boxer dengan tangan yang memegang pasta gigi. Sementara Bayu, pria itu berdiri di depan pintu mengenakan baju OSIS dan memeluk guling.
Devan yang melihat tingkah mereka hanya tertawa hingga membuat air matanya jatuh saking lucunya mereka. Tak kuasa menahan tawa, Devan duduk di lantai masih tertawa.
"Adnan, woy! Semenjak kapan di kamar ada pasta gigi, hah?" tanyanya.
"Lo juga, Bayu. Ngapain pakai OSIS? Ini libur, woy."
Kedua pria itu hanya saling menatap dan mengingat kebodohannya saat ini, hingga ada satu pintu lagi yang terbuka. Abian muncul dari kamar mandi sambil menenteng celana boxer gambar Sofia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVENIENCE (Kenyamanan)
Teen FictionBerada di antara sesuatu yang membuat hati dihujam sebuah delima adalah hal yang mampu mengubah hati. Sebuah lambaian yang menyapa hanya datang untuk bersinggah sesaat tanpa dipungkiri jika sang bunga sudah mendapatkan titik terakhirnya. Kenyamanan...