Happy reading
.
.
.
.
.
.Suasana kelas cukup ramai karena tidak ada guru yang masuk sama sekali. Duduk dua orang dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan. Kedua wajah cantik itu tidak menunjukkan sedikit senyum untuk hari ini. Berbeda dengan satu gadis yang sudah asyik bergabung dengan teman-temannya yang lain. Tampaknya, kondisi kelas sebelah pun kosong. Jadilah Talita masuk ke kelas Aqila.
Sesampainya di dalam, Talita dibuat bingung dengan Nara dan Aqila. Dalam pikirannya, Talita menduga jika dua sahabatnya itu tengah bertengkar atau ada masalah yang belum mereka ceritakan. Menyadari kebingungan Talita, Adnan mendekat ke arah gadis itu dan berdeham pelan bermaksud memanggil Talita.
"Ehemm, lo lagi ngapain?" tanya Adnan.
"Eh, lo. Gue pikir siapa. Emm, enggak kok. Gue enggak lagi ngapa-ngapain. Cuma heran aja sama dua cewek itu. Lo tau enggak mereka kenapa?" tanya Talita.
"Enggak tau sih. Mereka kayak gitu semenjak masuk kelas pagi tadi. Enggak tau apa yang bikin mereka kek gitu. Masa iya, mereka lagi bertengkar?" tanya Adnan balik.
"Lah lo, Jamal. Ngapain tanya balik ke gue?" kesal Talita.
"Ya maaf atuh, Sayang."
"Sayang, kepala kau peyang. Udahlah minggir! Gue mau sama Alinda."
Adnan hanya menekuk wajahnya. Sekarang, Talita pun ikut kesal. Sebenarnya, bukan hanya Aqila dan Nara yang memasang wajah seperti itu. Dua sahabatnya, Abian dan Devan pun memasang muka yang sama dari tadi pagi. Entah hari ini keramat atau apa, Adnan tidak tahu apa yang membuat mereka seperti itu.
"Apa gue ajak Bayu aja ya, yang lagi waras. Sekalian deh, gue mau coba cari tahu kenapa mereka gitu. Apa mungkin sedang ada perselisihan?" monolognya pada diri sendiri.
Baru saja pria itu ingin menghampiri Bayu, Alinda sudah ada di depan Bayu. Tampaknya dia tengah menawarkan sesuatu pada Bayu. Dilihatnya jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 09.55. Saatnya untuk semua siswa istirahat.
"Lah nggak jadi. Nanti aja."
Talita dan Alinda saling pandang dan mendekati dua sahabatnya, Nara dan Aqila. Kedua gadis itu sedikit takut mendekat karena wajah yang begitu tidak bersahabat. Alhasil, Talita dan Alinda hanya bisa saling sikut sama saja meminta salah satu dari mereka untuk membuka percakapan.
"Lo aja lah, jangan gue," ucap Talita.
"Napa sih? Biasanya lo yang suka nyelonong," balas Alinda.
"Ih tapi sekarang enggak berani. Mereka nyeremin kalau kayak gitu. Lo aja lah, ya."
"Ngapain kalian sikut-sikutan?" tanya Nara dingin dan dengan tatapan yang tajam.
"Eh anu, itu apa ya. Oh iya, hari ini cuacanya cerah ya, hehe," ucap Alinda.
"Basi banget lo ngomong gitu. Beneran dikit kenapa sih," geram Talita.
"Makanya lo yang ngomong. Cuma nawarin jajan apa enggak doang kok. Gas," ucap Alinda.
"Enggak. Gini, maksudnya. Ini udah jam istirahat, kalian mau enggak ikut kita jajan. Kita makan di kantin sekalian. Gimana?" tawar Talita.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVENIENCE (Kenyamanan)
Teen FictionBerada di antara sesuatu yang membuat hati dihujam sebuah delima adalah hal yang mampu mengubah hati. Sebuah lambaian yang menyapa hanya datang untuk bersinggah sesaat tanpa dipungkiri jika sang bunga sudah mendapatkan titik terakhirnya. Kenyamanan...