[75] Pertemuan Dua Keluarga

4 1 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Sudah berapa minggu semenjak kejadian memalukan itu di mana Aqila salah paham dengan Abian dan kakak sepupu pria itu, gadis yang kini tengah membaca novel di kamarnya enggan untuk keluar bertemu dengan ketiga sahabatnya. Jangankan keluar Aqila juga memutus jaringan komunikasi dengan mereka semua.

Berapa kali Umi Rahma memberitahu jika ketiga sahabatnya bahkan Nara yang sekarang sudah menjadi sosok ibu pun mengunjungi Aqila dengan tujuan ingin bertemu dengan Aqila. Namun bukan Aqila yang datang menemui mereka melainkan Umi Rahma yang kembali dengan wajah yang sulit dideskripsikan. Setiap mereka ingin bertemu, Aqila selalu meminta sang umi untuk memberitahu jikalau dia tidak sedang di rumah melainkan di rumah orang tua angkatnya.

"Nak, itu Nara sama Dek Dinda pengin ketemu kamu di bawah. Kasian tadi Dinda nangis terus mau sama kamu. Mau sampai kapan kamu sembunyi?" tanya Umi Rahma lembut.

"Ih gak mau, Mi. Aqila udah terlanjur malu. Bahkan kalau perlu Aqila mau ngilang aja di bumi. Asalkan gak ketemu mereka," ucap Aqila malu.

"Udah-udah, mau sampai kapan nih? Masa umi suruh mereka pergi lagi. Ayolah kamu jangan berlebihan. Mereka juga pasti udah lupain kok. Yok temui mereka."

"Mi..." ucap Aqila merengek.

"Stt, udah. Percaya sama umi yah. Mereka ga mungkin kok ledekin kamu. Yok, kita keluar."

"Ya udah lah kalau gitu. Aqila nurut sama umi. Tapi umi yakin kan nggak bakalan diledekin?" tanyanya masih ragu.

"Yakin kok. Udah jangan banyak tanya yah. Kita ke ruang tamu sekarang."

Akhirnya keduanya ke ruang tamu. Namun, saat mereka dekat dengan ruang tamu, bukan hanya suara Nara ataupun suara balita yang dia dengar. Semakin Aqila dekat dengan ruang tamu, justru semakin bising suara yang dia dengar. Mendadak perasaannya tidak karuan. Karena di sana dia juga mendengar suara yang sangat familiar.

"Mi, ini beneran cuma Nara sama anaknya? Kok kayak rame banget sih?" tanya Aqila curiga.

"Udah deh. Nggak usah gugup gitu. Ayok ke sana buruan. Abi udah nunggu. Enggak enak nunggu lama."

Abi? Tapi ngapain abi nunggu sih? ucapnya membatin.

Tak berselang lama sampailah Aqila di ruang tamu. Lidahnya kelu dan jatungnya berpacu dengan kencang. Dunianya seolah berhenti. Mungkin terkesan berlebihan ya. Tapi begitulah yang Aqila rasakan sekarang. Sejak kapan Nara dan Dinda jadi banyak seperti itu? Anehnya kenapa mereka bisa berubah jadi satu keluarga besar. Mendadak otak Aqila seolah berhenti dan loading.

"Assalamualaikum calon zaujati."

Aqila menatap Abian yang tersenyum dengan manis. Tatapan itu yang membuatnya jatuh cinta. Teduh memenangkan. Mata teduh itu yang membuatnya nyaman dan merasa paling dicintai dengan tulus selain dari orang tuanya.

"A-abian? K-kamu kenapa bisa..."

"Dijawab dulu salamnya cantik," ucap Abian lembut.

"Waalaikumsalam. Tapi kenapa..."

"UDAH LO DUDUK AJA DULU. SUMPAH NGAKAK BANGET SAMA KOMUKNYA AQILA BWAHAHA," ucap Talita ngegas.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang