[39] Pulang

83 42 169
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.


Maria dan Mansyur. Sepasang suami istri itu mengajak Mike ke rumah sakit. Kabar soal Aqila dibawa rumah sakit, belum mereka berikan pada Mike. Mereka tidak ingin Mike terus kepikiran. Berhubung libur, Mansyur mengajak Mike membesuk Aqila sekaligus memberitahu soal kepindahan Aqila dalam waktu dekat ke pesantren.

"Pah, Mike mau dibawa ke mana?"

"Kita jenguk kakak kamu, Sayang."

"Loh, buat apa? Bukanya Kak Aqila lagi liburan?" tanyanya polos. "Waktu itu Kak Aqila bilang gitu 'kan? Papah lupa, ya?" lanjutnya.

"Nggak, Mike. Kakak kamu emang lagi di rumah sakit. Maafin mamah sama papah karena baru kasih tahu."

"Kenapa sama Kak Aqila?"

"Kakakmu sakit, Nak. Jadi, doakan semoga cepet sembuh biar nanti bisa main sama  Mike lagi," ucap Maria.

Itupun kalau sempat, Mike. Kakakmu sebentar lagi mau pergi kembali ke orang tua kandungnya, batin Maria bersedih.

Lama dalam perjalanan, mereka sampai di halaman Rumah Sakit Citra Bakti. Keluarga itu segera masuk dengan rasa rindu yang membuncah. Terlebih lagi Mike. Bocah itu sangat girang seolah tidak pernah bertemu dengan Aqila. Maria dan Mansyur hanya menggelengkan kepala melihatnya.

Sampai sudah di ruang inap Aqila. Di sana sudah ada Bu Rahma dan suaminya. Semenjak tahu siapa Aqila, tak pernah mereka meninggalkan Aqila barang sedikitpun kecuali ingin membeli sesuatu ataupun pergi keluar untuk mengajak Aqila jalan-jalan. Sudah terhitung tiga hari gadis itu dirawat.

"Assalamu'alaikum, Kak Aqila!" seru Mike.

"Waalaikumsalam, Mike. Ya Allah, kakak kangen banget loh. Kamu apa kabar?"

"Kakak kok sakit sih? Bukanya seneng-seneng liburan sama teman-teman, malahan tiduran di rumah sakit. Mike sedih tau," oceh Mike memeluk Aqila.

"Kakak cuma_"

Dokter datang di tengah-tengah mereka. Aqila melepaskan pelukan Mike dan menyuruhnya duduk di tepi ranjang. Mike yang melihat dokter ketakutan dan khawatir. Dia tidak mau kalau Aqila kesakitan karena disuntik. Dengan polosnya, Mike menarik ujung jas dokter dan menyuruh sang dokter untuk menunduk. Di luar dugaan, Mike menarik stetoskop yang dikalungkan di leher dokter.

"Eh, Mike," tegur Maria.

"Umm... nggak mau. Mike nggak mau dokter ini cus Kak Aqila. Pasti sakit. Mamah tega ya?" tanyanya polos membuat semua orang tertawa termasuk dokter. "Dokter nggak boleh nakal sama Kak Aqila. Kalau Kak Aqila nangis, Mike bakalan cubit dokter."

"Mike, jangan gitu. Dokter nggak mau suntik kakak. Cuma mau periksa saja," ucap Aqila.

"Beneran?"

"Iya, Sayang."

"Aqila, adikmu lucu sekali. Ibu gemas melihatnya," ucap Bu Rahma.

"Dia emang gitu, Bu. Kadang bikin kesal juga. Bawaannya harus dituruti terus," sahut Aqila.

Semua orang tertawa mendengar ucapan Aqila barusan. Kebahagiaan itu sangat luar biasa. Semua orang tua Aqila ada di situ. Aqila hanya tersenyum melihat satu persatu dari mereka. Matanya entah kenapa tiba-tiba berkaca-kaca.

********
Sementara di pesantren, Talita dan Nara sangat khawatir dan merindukan Aqila. Begitu juga dengan Alinda. Mereka sudah bersahabat. Jika satu saja tidak kelihatan, rasanya akan aneh. Seperti ada yang hilang, karena keempat karakter itu sudah saling melengkapi.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang