IV

11.4K 1.5K 3
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"LO?" sentak mereka berempat.

Alis gadis itu tertaut, orang yang ia pikir tidak akan bertemu lagi, semuanya berkumpul di sini. Yang dikenalnya dengan nama Ace, Kai, penindas, dan penabrak. Tapi setelah melihat name tag yang terpasang, penindas bernama Rio dan penabrak bernama Keenan.

"Oh kalian sudah kenal dengan anak ini?" tanya Carlos.

Beberapa dari mereka mengangguk ragu. Memang ia baru bertemu sekali dengan mereka, jadi tidak terlalu kenal dekat. 

"Jadi tidak perlu ada perkenalan lagi. Sekarang Aludra akan bergabung dengan tim ini," beritahu Carlos.

"Sebab itu kami dipanggil kesini?" Pak Carlos menganggukkan pertanyaan Rio. "Masuk tim kita? Pak Carlos yakin dia masuk tim kita?" tanyanya yang sepertinya tidak menginginkan keberadaan Aludra disana.

"Gue juga gak mau. Lagian gue gak tau tim yang kalian maksud ini tuh apa." Aludra lebih menyewotinya. Pak Carlos sejak tadi tidak bicara apapun.

Mereka berdua saling beradu pandang mematikan, masih berpegang teguh dengan prinsip masing-masing.

"Rio, sini dulu."

Ace menarik Rio paksa menjauh dari Aludra. Agak sedikit merepotkan jika Aludra benar-benar bergabung di timnya. Mereka berempat berembuk mendiskusikan keputusan Pak Carlos.

"Jangan bilang lo setuju?" tanya Rio memperhatikan Ace yang begitu tenang mendapat respons dari Pak Carlos.

"Gue bakal setuju kalo lo gak bakal nyari ribut sama dia," jawab Ace.

"Ah ... pasti lo udah tau dari Pak Carlos."

Ace berdecak. "Rio, di tim ini bukan cuma lo doang anggotanya. Percuma lo gak setuju, tapi dari kita bertiga setuju," ujarnya kesal.

"Gue juga engga." Sahutan Keenan membuat mereka menatapnya balik. "Dia cewek. Nyusahin tim kita yang ada. Lagian kalo cuma kita, udah lebih dari cukup. Gak bakal ada drama," alasannya.

"Tapi adanya dia, mungkin ada sedikit perubahan di tim kita. Bosen juga gue lama-lama liat kalian terus," celetuk Kai.

Dengan refleks, Ace langsung menjitak kepalanya karena merasa kesal dengan ucapannya. Padahal mereka sedang berdiskusi cukup serius.

Ace sedikit melirik kembali Aludra yang sedang berbicara dengan Pak Carlos, mempertimbangkan keputusannya. Ia kembali ke dalam diskusinya.

"Kita lihat aja dulu kemampuan dia. Kalo emang kurang, kita ajuin pengeluaran dia," jawab Ace.

"Gila lo mainin anak orang," sahut Rio.

"Bukan mainin. Suara kita genap dan seri, mau gak mau harus ambil jalan tengah. Gak usah protes." Cibirannya itu membuat Rio bungkam. "Dan lo." Jari telunjuknya mengarah ke Rio. "Jangan nyari ribut," kecamnya.

Ace sempat mendengar gerutu yang dilontarkan Rio, tapi ia abaikan dan memilih berbicara dengan Pak Carlos. Menyetujui permintaan Pak Carlos untuk menerima Aludra walaupun tidak mengatakan bahwa mereka akan mengetesnya terlebih dahulu.

Pak Carlos lalu berpamitan, meninggalkan mereka berlima di dalam sana. Aludra bagaikan anak hilang di dalam sana. Tidak punya sekutu. Rio dan Keenan kembali memainkan game-nya yang sedikit tertunda dengan keberadaannya. Sedangkan kedua kakak kelasnya itu duduk di salah satu sofa.

"Sini. Ngapain lo berdiri disitu terus?"

Ajakan Kai membuatnya ia langsung menghampirinya. Duduk di antara kedua kakak kelasnya yang sepertinya memiliki sifat yang baik untuk menyambutnya. 

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang