XXV [La Pittura (6)]

7.2K 1K 3
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Memang tidak ada kata esok untuk mereka bertiga yang sibuk berada di markas, tepat di tengah malam.

Bedanya mereka sengaja tidak memberitahu Rio dan Aludra, membiarkan bagian berpikir yang bekerja sekarang. Keenan masih mencari informasi tentang Gherse Sedangkan Ace masih sibuk dengan videonya, Kai juga ikut membantunya walaupun sekarang sudah tidur.

"Nan."

"Hm?"

"Lo ada speaker gak? Gue denger suara di video ini, tapi selalu ketutup suara mobil yang lewat."

"Lo mau buat markas kita ketahuan? Penjaga sekolah suka keliling malem-malem anjir."

"Ngapain juga penjaga sekolah ke hutan? Lagian kalo denger juga, malah takut. Mana?" tagih Ace yang masih menadahkan tangannya untuk menerima speakernya.

"Kalo ada apa-apa, lo tanggung jawab."

"Iya."

Ace sudah merasa berat di satu tangannya, segera ia taruh di samping laptopnya. Setelah semua kabel terpasang, Ace menyalakan kembali videonya.

"EH GOBLOK! KECILIN!"

"Maaf kegedean."

Ace tidak sengaja telah memaksimalkan volumenya sampai suara itu benar-benar menggelegar di seluruh markas. Sampai Kai yang tadinya sudah tertidur pula, langsung bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Gue masih hidup 'kan ya? Kedengeran banget tadi suara mobil, gue pikir ketabrak," ucap Kai yang masih ngelindur.

"Saudara Kaiden. Sekarang Anda sedang didampingi oleh dua malaikat yang akan membawa Anda di jembatan pertengahan antara neraka dan surga." Keenan mengusilinya dengan menyatukan telapak tangannya di depan dada.

"Berarti tadi gue beneran ketabrak?" Kai menutupi wajahnya di samping senderan sofa. "Gue baru punya adik, gak mau mati sekarang," ujarnya menyesal.

Ace melempari satu sepatunya ke Keenan. "Anak orang baru bangun, malah dijailin," omelnya. Satu sepatunya lagi dilemparkan kepada Kai. "Bangun lo. Jangan kebanyakan ngayal," suruhnya.

Ia sama sekali tidak paham dengan tingkah kejahilan mereka yang semakin di luar nalar. Bahkan Kai yang lebih tua darinya saja – hanya beda satu bulan, masih bersikap anak-anak.

Sudah ia benarkan volumenya, kini ia bisa fokus mendengarkannya. Ace sudah duga ada percakapan di video itu. Sangat kecil, tapi ia bisa tahu ketika suara mobil mulai melanda percakapan itu.

"We've been through."

"Two days from now. 7 A.M."

"You can send the money now to me."

Ace mengulangi kalimatnya dengan cukup jelas. Tapi semakin ia ulang, rasanya ia tidak asing dengan suara ini.

"Freya," sahut Keenan.

Betul. Itu suara yang ia dengar. Tapi sedikit aneh bagi Ace. "Kalo dia pelakunya, untuk apa nyamar jadi detektif swasta?" tanyanya dengan mengernyitkan keningnya.

"Gue paham sekarang kenapa Kai gak asing dengar namanya." Keenan menyuruh mereka untuk menghampirinya di depan komputernya. Terbuka salah satu artikel dalam bahasa Inggris. "Mereka bukan detektif swasta, melainkan pencuri yang mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Pasti karena jumlah uang yang bakal mereka peroleh itu besar."

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang