LVII [Founder (4)]

3.6K 517 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Maafin Oni." Leoni menundukkan wajahnya, tidak kuat lagi menahan tangisnya.

"Aku gak butuh uang sebenarnya." Aludra tertawa miris. "Yang aku butuhin itu ... ada orang yang peduli sama aku. Itu aja. Tapi aku gak liat di keluarga aku sendiri. Kalian sama sekali gak peduli keadaan aku. Untuk apa aku percaya kalo Papa mau ambil hak asuhku? Toh kalian sama aja."

"Mama yang terlalu menutupi kejahatannya sampai kita berdua gak tau. Oni benar-benar minta maaf. Seharusnya dari awal, Oni udah akuin semuanya ke kamu. Oni gak punya banyak keberanian untuk akuin semuanya," isak Leoni.

"Kak Leoni aja gak punya banyak keberanian untuk ngaku, ngapain sekarang muncul di depan aku? Kalo waktu bisa diulang, aku lebih suka kalo Kak Leoni mengaku jadi Founder Cassiopeia daripada kakakku." Aludra masih mewajarkan sikapnya untuk berbicara kepada kakaknya.

"Yena ...."

"Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bisa ngerasain keberadaan Mama." Sejak dulu mamanya selalu menyebutnya nama belakang yang benar-benar tidak ia sukai. Ia semakin tidak suka setelah apa yang mama lakuin kepadanya.

"Mama gak bakal samperin kamu, Oni yakini itu." Leoni menangkupkan kedua tangannya di pipi Aludra. "Liat Oni. Mama gak ada disini, kamu aman. Jangan takut," tenangkannya setelah melihat Aludra sedikit panik.

Aludra menggeleng. "Mama selalu cariin aku. Dia gak pernah lepasin aku. Mama pasti ada disini," racaunya takut. Air matanya mulai jatuh kembali, menutup telinganya karena mulai tergiang suara mamanya di telinga.

"Engga. Cuma ada Oni disini, Mama ada di suatu tempat yang jauh. Mama gak bakal bisa nemuin kamu. Tenang ya." Leoni terus menenangkan dirinya. Salah berucap sedikit saja, membuat Aludra terkena trigger.

"Mama deketin aku. Mau siksa aku lagi dengan barang-barang di rumah." Aludra meringkuk, memeluk lututnya dengan tubuh yang bergetar. "Guci itu mau dipecahin ke arah aku," racaunya semakin tidak jelas.

"RIO MASUK. YANG LAIN DILUAR!" Leoni sudah tidak bisa lagi mengambil kendali Aludra jika begini.

Untunglah rumahnya itu tidak terlalu besar, jadi Rio bisa mendengarnya dengan baik dengan masuk ke dalam kamarnya. Leoni tahu jika Rio lah yang lebih sering bersamanya.

"Hei, lo kenapa? Denger gue 'kan, Al?" Rio sedikit menyibakkan rambut yang menghalangi pandangan Aludra. "Aludra," panggilnya lembut.

"Lo bawa obatnya?" tanya Leoni panik.

Kemana pun Rio selalu mengantonginya untuk berjaga-jaga. Obat penenang itu ditegukkannya secara paksa supaya Aludra menelannya. Sengaja ia lebihkan sedikit dosisnya agar Aludra sekalian tertidur di malam ini.

Perlahan Aludra mulai kehilangan kesadarannya. Dipindahkannya ke ranjang milik Leoni dan ditidurkan. Menarik selimut agar gadis itu tidak kedinginan.

"Lo disini, jagain dia bentar. Gue mau keluar." Leoni sangat butuh udara segar dari udara sumpek di kamarnya.

Saat Leoni sudah di luar kamarnya, semua pandangan langsung tertuju padanya. Tapi Leoni lebih merebut minuman yang ada di tangan Theo sejak tadi. Meneguknya dengan penuh kemarahan.

"Mak lampir gila. Entah udah berapa kali dia lakuin kekerasan sampe Aludra setrauma itu. Untung gue udah masukin rumah sakit jiwa yang jauh banget biar gak ganggu adek gue lagi. Gedeg banget gue liat tingkahnya," cerocos Leoni tanpa memedulikan orang yang baru bertemu dengannya malam itu juga.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang