XXII [La Pittura (3)]

7.4K 1K 10
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Kini giliran tim yang berada di tempat pembuangan sampah. Belum keluar mobil, bau-bau menyengat itu sudah menyerang penciuman mereka. 

"Lo aja deh yang turun, gak kuat gue nyium baunya," suruh Rio sambil menutup hidungnya.

"Enak banget lo nyuruh kakak kelas," cibir Kai.

"Biasanya juga gak mandang pangkat."

"Lo pikir gue kuat nyium baunya? Ya engga lah."

"Yaudah sekarang kita turun. Berdua." Malas sekali jika hanya Rio saja yang turun ke sana.

Mereka keluar bersamaan, akhirnya Rio dapat membuktikan bahwa Kai royal dengan timnya. Bau yang semakin menyengat itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk mencari seseorang untuk ditanyai. 

Terlihat ada dua polisi berada di sebuah tempat seperti gubuk terbuat rotan yang tidak kokoh. Sedikit bingung mengapa dua polisi itu terlihat seperti menghindari sesuatu. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghampiri polisi itu. 

Saat mereka sampai di tempat itu, mereka langsung disuguhi barang-barang yang beterbangan. Mereka sibuk menghindar dari barang-barang itu sampai belum bisa menanyakan sesuatu. Barang itu berupa sepatu bekas, sendal, vas bunga, buku, dan masih banyak lagi.

"Apes banget kita disuruh kesini," keluh Rio.

"Harusnya kita bawa Aludra kesini biar bisa lempar orang itu balik," cibir Kai.

Rio menahan tawanya saat mendengar ucapan Kai. Memang sepertinya harus membawa Aludra di saat seperti itu. Karena itu, Rio sampai tidak menghindar dan terkena bola kasti di keningnya.

"Argh ... gila ini siapa sih yang lempar!" ringis Rio sambil mengelus keningnya yang terkena bola kasti.

Kai tertawa saat melihat kening Rio mulai menampakkan benjolan. Rio menjitak kepalanya supaya mendapat yang setimpal.

"Bukan saya pelakunya, untuk apa saya mencuri lukisan yang tidak ada gunanya untuk saya!" sentak seorang pria.

Mereka segera menghampiri pria yang masih memegang sepatu yang sepertinya mengancam polisi.

"Pak, ini ada apa?" tanya Kai.

Polisi itu mengenali sosok Kai. "Saya sedang menginterogasinya, terus dia mengamuk," jelas polisi itu.

"Mungkin Bapak salah berbicara dengannya. Biar saya yang menanyakannya." Rio menghampiri pria itu yang masih melempari barang dengan asal. Berusaha ia menghindar, cukup keningnya saja yang menjadi korban. "Pak, boleh kita bicara baik-baik?" tanyanya setelah mendekati pria itu.

"Jelas-jelas polisi itu menuduh saya bahwa saya pelakunya," bentak pria itu.

"Bapak bisa bicara dengan saya. Tidak ada yang akan menuduh Bapak sebagai pelakunya," bujuk Rio.

"Apa kamu yakin?" tanya pria itu sambil meredakan emosinya.

"Iya saya yakin. Sekarang Bapak bisa berhenti."

Pria itu menghentikan aksinya, duduk di salah kursi di sana sambil menenangkan dirinya yang sudah emosi sejak tadi. Rio meminta untuk mereka untuk tetap di tempatnya agar pria itu tidak terintimidasi dengan keberadaan mereka. 

"Saya ingin bertanya sesuatu. Adakah mobil pengangkut sampah yang hilang?" tanya Rio.

"Tidak ada," jawab pria itu cepat.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang