XIV [Fleuve (4)]

8.6K 1.2K 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Artinya dia punya tujuan lain. Gak mungkin kita bertahan dengan dua orang itu, harus diperluas lagi. Misalnya cari daftar yang ada di ekskulnya," ucap Aludra.

"Daritadi harusnya otak lo dipake," cibir Keenan membuat Aludra mendengkus. "Ace udah suruh gue cari daftar anggota yang masih ada sampe sekarang," jawabnya.

"Terus mana datanya?" Tidak hanya Kai, mereka juga kebingungan karena biasanya Keenan menyerahkan kertas dengan data yang ia cari.

Keenan tersenyum tipis. "Daripada pusingin itu, lebih baik kalian harus liat ini," pintanya.

Ia kembali lagi dengan komputer yang selalu menjadi tempat bercengkeramanya. Diikuti pula oleh mereka yang penasaran.

Di layar komputernya sudah terlihat sebuah biodata dua orang, sengaja Keenan tampilkan agar mereka melihatnya lebih jelas.

"Reza Manendra. Anggota ekskul voli kelas X IPS 4. Iya, dia sekelas sama gue." Dalam hatinya, ia berharap bukan dirinya yang akan ditunjuk oleh Ace. "Adik kandung dari Resha Mayunda." Itu yang ingin ia sampaikan. Saat mendengar nama Resha, rasanya sedikit tidak asing dengan nama anggota ekstrakurikuler. Cukup mudah untuk mencocokkannya, tinggal melihat nama orang tuanya.

"Dia juga punya hubungan dengan Kak Runa pasti kenal Reza sih," terka Rio.

"Gak perlu telepon Runa lagi, kita cuma butuh bicara sama Resha sama Reza. Nan, lo ke Reza-"

"Kak, jangan gue," mohon Keenan.

Perlu digaris bawahi, Keenan selalu memakai kekuatan wajahnya supaya keinginannya terkabul. Tapi tidak untuk mereka. Tidak mempan sama sekali, justru Ace menyentil keningnya supaya berhenti bersikap manis.

"Sekali-kali lo yang turun lapangan. Lagian sama anak kelas sendiri." Ace tidak akan merevisi ucapannya. "Dan Kai-"

"Tau gue. Gak usah lo suruh lagi," sewot Kai. Rusak sudah reputasinya di sekolah.

Kehadiran Kai sangat mempermudah mereka untuk berbicara, berbeda jika Rio. Orang tidak akan mau diwawancara olehnya.

"Nah sekarang lo, Al." Ace hampir lupa jika Aludra menemukan sesuatu. "Apa yang lo temuin?" tanyanya.

Aludra lebih memilih untuk mengirimi semua fotonya ke grup, layar ponselnya masih tidak layak untuk dilihat. "Sama aja dengan ciri-ciri yang dikasih Kak Runa. Letaknya gak terlalu jauh dari sini, di hutan. Yang gue dapet cuma sidik jari doang," jawabnya.

"Gak bisa gue dapet sidik jarinya. Cuma anak kelas sepuluh yang belum kita dapat sidik jarinya," jawab Keenan.

"Makin tambah ya kecurigaan kita ke Reza," timpal Rio.

Layar komputer satunya sudah menampilkan foto yang dikirim Aludra. Sekitar ada delapan foto yang difotonya dari beberapa sisi, termasuk luar rumah itu.

"Coba lo besarin, Nan," pinta Kai.

Sesuai perintahnya, satu foto diperbesar olehnya setelah ditunjuk Kai. Mereka juga mengamati apa yang dilihat Kai.

"Itu jaketnya gak sih? Mirip sama yang kita lihat di CCTV."

"Bener. Itu jaketnya, gue masih ingat." Aludra baru tersadar yang difotonya adalah sebuah tumpukkan barang yang sudah terbakar. Tapi masih terlihat sedikit bagian yang tidak terbakar, mirip sekali dengan jaketnya.

"Mulai paham gue," gumam Rio membuat mereka mengalihkan pandangannya. "Gini. Kalian pada gak penasaran, kenapa sebelum dia culik Kak Runa, dia munculin diri? Setelah culik Kak Runa, tiba-tiba dia hilang? Itu karena si pelaku ini mau buktiin kalo sang pemilik jaket lah yang menculik Kak Runa. Jaket itu, bukan milik dia. Makanya Atha bilang kalo jaketnya ilang waktu dia latian, dan Reza termasuk anggotanya. Dia mau limpahin kesalahannya ke Atha, seolah-olah Atha yang culik Kak Runa," jelasnya.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang