XXIV [La Pittura (5)]

7.3K 1K 10
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Aludra mendesah kecil, ia melihat ponselnya kembali untuk melihat jam yang tertera di sana. Sudah pukul empat sore. Sangat terlambat untuk datang ke Museum tersebut. Ia sudah mengatakan kepada Rio bahwa kelasnya berakhir cukup lama dari pulang sekolah, mengingat bahwa guru yang mengajar pada jam terakhir – apalagi di hari senin – sering menambah waktunya.

Gadis itu memasuki mobil yang belum pernah ia naiki sebelumnya, dan sudah ada Rio yang sambil memegang kemudi setir. Hari ini, Ace memang menyuruh Rio mobil pribadinya karena tahu jika Aludra akan terlambat dan tidak sempat berganti baju. 

Rio menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Aludra merogoh tasnya dan mengeluarkan bajunya. Sebuah sweater dan celana jeans.

"Lo jangan lihat belakang!" peringati Aludra.

"Dih siapa juga yang mau lihat. Kagak nafsu gue," sindir Rio yang masih melihat jalan.

Aludra mulai berganti bajunya. Tidak semuanya ia lepas begitu saja, hanya mengganti kemeja putih dan roknya saja. Kemejanya berubah menjadi sweater panjang dan roknya berubah menjadi celana pendek di atas lutut yang tidak ketat. Rambutnya dibiarkan terikat kuda seperti biasa.

Setelah selesai berganti baju, ia memasukkan seragamnya ke dalam tas miliknya. Ia menoleh ke arah Rio yang masih menyetir, Rio benar-benar menepati janjinya untuk tidak menoleh saat dirinya berganti baju.

"Gue mau pindah depan."

Aludra yang awalnya berada di kursi belakang itu pun berusaha keras untuk pindah ke samping. Sepatunya dilemparkan dulu ke depan, lalu baru dirinya yang kesana.

"Ribet banget sih anjir." Jika bukan karena Ace, mungkin ia tidak mau antar jemput Aludra kemana pun. Salah gadis itu juga sudah memilih tempat tinggal berdekatan dengannya.

"Gak enak di belakang. Lo berasa supir gue," timpal Aludra. Ia bernafas lega karena sudah duduk di posisi yang diinginkannya. "Tadi temen gue cerita soal yang kemarin. Awalnya curiga, tapi gak curiga lagi. Katanya 'gak mungkin Al di peluk cowo. Sebelahan sama Kamal aja gak mau' gitu," ceritanya pasca di kelas tadi.

"Kamal siapa?"

"Yang pernah gue ceritain. Yang pernah gue bantu juga di kelas." Seingat Aludra, ia hanya bercerita tentang Kamal kepadanya.

Rio termangut. "Asal aja dia tau kalo lo selalu dikelilingi kita berempat." Ia terdiam sejenak. "Dia masih ganggu lo?" tanyanya.

"Masih, walaupun gak sesering dulu. Ya semoga aja dia gak sampe bikin gue benar-benar emosi." Gadis itu mengingat kembali apa saja yang selalu diperbuat Kamal.

"Jangan diem aja kalo lo digituin, orang kayak gitu harus lo bales."

"Udah cukup untuk di sekolah lama gue. Jangan sampe gue ngelakuin hal yang sama di sekolah ini."

Itu yang Rio tidak tahu. Semua tentang kehidupan sekolah di sekolah lamanya. Apakah dia keluar atau dikeluarkan? Apa yang diperbuatnya sampai pindah ke Arcthurus? Hanya bisa menunggu jika Aludra ingin bercerita lagi.

Selang beberapa menit, mereka sampai Museum Geschich. Memang tidak jauh dari sekolah mereka, tapi mereka harus rela menahan macet sebab Rio tidak bisa menyalip menggunakan mobilnya.

"Udah cek TKP nya?" tanya Rio menghampiri mereka bertiga yang sudah berkumpul satu sama lain.

Ace mengangguk. "Gak ada apa-apa. Gak ada jejak pelepasan lukisannya, semuanya rapi," jawabnya singkat.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang