XXIII [La Pittura (4)]

7.4K 1K 1
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Bagus, datengnya telat."

Yang ditunggu oleh mereka bertiga akhirnya datang juga setelah sekian lamanya. Mereka berdua yang baru sampai itu turun dari mobil sambil cengengesan tidak berdosa. Kini mereka berkumpul lagi di titik awal.

"Ya maap. Ganti baju dulu tadi, bau banget anjir di tempat pembuangan sampah," ujar Kai yang tidak sengaja berkeluh kesah di saat teman-temannya yang jengkel.

"Kalo wangi, itu kantor ayah gue," celetuk Ace.

Ingin Kai balas, tapi ucapan Ace ada benarnya juga. Salah jika ia berurusan dengan Ace yang sedang mengalami kenaikan hormon.

"Itu kenapa?" Aludra menunjuk kening Rio yang terlihat merah. Padahal sebelumnya ia tidak melihat itu disana.

Rio memegang keningnya, lupa bahwa keningnya baru saja dilempari bola. "Ah ... ini, kelempar bola kasti," jawabnya singkat.

"Nanti gue ceritain," sela Kai. "Terus kita mau diskusi dimana?"

"Sebelum diskusi, kita cek TKP dulu. Kita belum cek di sana," ajak Ace.

Bahkan mereka sampai lupa untuk mengunjungi tempat lukisan itu berada karena sibuk mencari bukti dan orang yang menyamar. Dari kejauhan, terlihat sekumpulan orang berpakaian bebas sedang melihat area TKP. Sedikit aneh karena museum itu ditutup untuk umum.

"Kalian siapa?" tanya Kai terlebih dahulu.

Otomatis mereka langsung menoleh ke arah suaranya. Terdiri dari 5 orang seperti mereka, hanya saja ada dua orang perempuan. Raut wajah bingungnya hampir sama dengan mereka.

"Seharusnya saya yang tanya kalian, kalian siapa? Museum ini kan ditutup untuk umum. Seharusnya anak-anak seperti kalian tidak masuk kesini," remeh salah satu laki-laki yang memakai kacamata.

"Siapa yang kalian bilang anak-anak?" Aludra maju satu langkah, mencoba mengintimidasi mereka. "Harusnya orang biasa kayak kalian juga gak bisa masuk kesini." Aludra membalikkan pertanyaannya.

Justru ada yang merasa tertantang dengan majunya Aludra, seorang wanita yang rambutnya dikepang menghampirinya. "Sepertinya kalian tidak tahu ya siapa kami? Wajar sih untuk ukuran anak-anak yang hanya tahu main saja," remehnya.

"Emang penting banget untuk tau siapa kalian?" tanya Ace.

"Sangat penting supaya kalian tidak menganggap kami sebagai orang biasa." Wanita itu mengulurkan tangannya ke Aludra. "Kenalkan saya Freya, ketua dari tim detektif swasta yang bernama Gherse." Wanita itu memperkenalkan namanya yaitu Freya.

Aludra meniup tangan Freya supaya menjauh dari pandangannya. "Nama gue gak penting. Tapi kita dari tim detektif yang membantu kepolisian yang bernama Rugasa," karangnya.

"Itu bukannya nama toko es krim ya?" Seingat Rio, mereka pernah berkunjung untuk memakan es krim yang terkena jadul di luar kota, sengaja untuk menghindari anak sekolah yang melihat mereka.

"Lagi laper dia. Biarin aja," ucap Ace tersenyum tipis. Mengingat ia belum memberinya makan sejak tadi.

"Jadi kalian ingin menyelidiki kasus pencurian lukisan?" tanya Kai kepada Freya.

"Yaps. Kita tertarik saat melihat artikel yang diberitakan oleh media," jawab Freya. "Tapi kami yakin bahwa tim kami akan cepat menyelesaikan ini," remehnya.

"Maksud lo?"

"Maksud saya, kami lebih berpengalaman dalam hal ini. Jadi kami yakin menyelidiki ini dengan cepat dibandingkan kalian."

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang