XXXVIII

6.6K 986 19
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Jadi gue pernah sendirian di markas. Mungkin kejadiannya oktober tahun lalu. Tengah malam."

Rio memulai ceritanya. Jadwal malam itu memang mereka isi dengan cerita horor yang mereka punya. Dengan berbekal keberanian dua puluh lima persen, mereka memasang telinga mereka untuk mendengarnya. Mereka berkumpul di tenda Aludra dengan gaya tengkurap.

"Lo ngapain tengah malem di markas?" tanya Aludra heran.

"Gue nugas. Karena waktu itu rumah gue dijadiin tempat kumpul keluarga," jawab Rio. Wajahnya kembali serius, "Kira-kira jam sebelas. Ada bayangan yang gue liat dari pantulan layar komputer si boncel."

"Lo liat apa?" tanya Keenan penasaran.

"Seorang wanita yang wajahnya tertutup dengan rambutnya. Gue pikir gue halusinasi karena udah kecapean. Tapi setelah dia membuka rambutnya," ucap Rio hati-hati. Ia bersiap dengan senter yang dipegang olehnya sejak tadi. Dan saat sudah mencapai klimaks, ia menyalakan senternya di bawah wajahnya, "Wajah dia hancur, HUWAAA!!" pekiknya.

Mereka refleks menimpuknya dengan bantal yang berada di sekitarnya. Mereka tidak tahu bahwa Rio sedang memegang senter sejak tadi sampai harus mengagetkan mereka.

"ANJING BANGSAT SI RIO. GAK USAH NGANGETIN!" seru Aludra.

Rio terperengah dengan ucapan Aludra. Terkejut karena Aludra bisa berkata kasar kepada mereka. Selama ini ia jarang menunjukkan kata tersebut.

"Gue gak izinin lo tidur di tenda kalau lo kagetin kayak tadi," ucap Keenan.

"Gue bisa sama Aludra," celetuk Rio asal.

Aludra mengarahkan gunting ke Rio sambil tersenyum ngeri. "Ngomong apa tadi?" tanyanya.

Hawa menusuk pun dirasakan oleh Rio. Gadis itu sangat berbahaya dari perkiraannya.

Rio tertawa canggung. "Maksud gue, gue bisa tidur di luar. Ya di luar," ucapnya sambil menunjuk luar tenda. Ia melihat arah luar tenda, angin bertiup kencang saat itu sampai membuat bulu kuduknya merinding.

Aludra berdecih pelan. Diletakkan kembali gunting tersebut pada tempatnya. Tujuannya pun hanya menakut-nakutinya karena ia sudah membuatnya terkejut tadi.

"Gue cerita ya." Cerita pun diambil alih oleh Keenan.

Mereka menopang dagu sambil mendengarkan cerita selanjutnya dari Keenan.

Keenan berdeham dan memasang wajah serius. "Sebenarnya ini cerita dari kakek gue. Saat itu, kakek gue kebangun jam dua malam. Dan kebiasaan baginya pergi ke balkon untuk mencari cara bagaimana tidur lagi. Saat kakek gue di balkon, ia lihat di bawah, ada semak-semak yang bergoyang," jelasnya.

"Kakek gue sipitin matanya supaya bisa lihat dengan jelas. Setelah diperhatikan lama sama kakek gue, kakek gue kaget. Ternyata ada kepala yang bergelinding keluar semak-semak itu, wajahnya sambil tersenyum menyeringai gitu ke kakek gue," cerita Keenan sambil bergidik merinding.

"ASTAGA!" pekik Rio.

"Kenapa? Gue kan gak ngagetin lo." Keenan tidak ada niatan mengagetkan mereka berdua dengan ceritanya.

Rio terkejut ketika kepala yang terjatuh di depannya. Ia masih teringat dengan cerita Keenan yang baru saja ia ceritakan. Tetapi ia bernafas lega, rupanya itu Aludra. Ia tertidur sampai terjatuh dari topangan dagunya. Padahal kepalanya terjatuh, terdengar cukup keras bunyinya, namun Aludra sama sekali tidak terbangun. Ia berpikir bahwa Aludra sudah tertidur lelap.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang