XL [Roccia (2)]

6.8K 967 9
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Sialan Rio," gerutu Ace. Padahal Rio yang terlebih dulu menghubunginya namun teleponnya diputus sepihak.

"Ada apa?" tanya Aludra. Matanya masih fokus untuk mengerjakan tugas tulis tangannya.

"Dia tanya kita ada di mana, gue jawab di markas. Tapi saat gue mau nanya ada hal apa, dia langsung matiin," jawab Ace.

"Gue rasa ada sesuatu yang mau disampaikan sih," duga Kai.

Ace menyetujui hal itu. Terdengar dari nada bicara di telepon, seperti ada sesuatu yang genting yang harus ia sampaikan kepada mereka. Mereka pun memutuskan untuk menunggu Rio di dalam sana.

Untuk Ace dan Kai, sebenarnya mereka sudah diliburkan karena tidak ada kegiatan lagi yang harus mereka lakukan di sekolah. Mungkin tersisa wisuda dan prom night yang harus mereka datangi. Ujian masuk universitas pun sudah mereka laksanakan dan hanya menunggu hasilnya saja. Mereka datang ke markas karena memang sedang bosan saja.

Rio datang dengan nafas yang terengah-engah. Ia menghempaskan dirinya di kursi. Disambarnya minum yang ada di atas meja itu tanpa tahu punya siapa itu.

"Itu punya gue ...." Ucapan Aludra sepertinya sudah tidak ada artinya saat Rio meneguk minumannya sampai habis.

Rio menaruh gelas itu sambil terkekeh, "Gue gak tahu," celetuknya.

Keenan memutar kursinya yang awalnya menghadap komputer, menjadi menghadap keempat temannya. Saat di sela permainannya, ia mendengar suara yang cukup gaduh dari mereka.

"Ada apa?" tanya Keenan langsung inti pembicaraan.

"Coba lo liat CCTV sekolah, ruang ekskul seni," suruh Rio. Ia yakin bahwa polisi sudah sampai disana.

Tanpa berlama-lama lagi, Keenan langsung mengalihkan pandangannya ke komputer untuk melihat CCTV sekolah. Ia sedikit terkejut dengan pemandangan disana. Banyak orang berseragam polisi dan forensik datang ke sekolahnya.

Mereka berempat pun langsung mendekat ke komputernya. Sedikit terkejut namun yang lebih ditampilkan adalah rasa penasaran.

"Ada apaan sih? Kok ada polisi segala?" tanya Kai.

"Gue menemukan sebuah tangan," jawab Rio.

Aludra mengerutkan keningnya. "Tangan? Manusia?" tanyanya tidak mengerti.

"Iya tangan manusia. Seorang mayat. Di dalam batu pahatan," ucap Rio.

Lagi-lagi mereka dikejutkan oleh penemuan Rio. Tangan manusia di dalam batu pahatan? Itu artinya pelaku memutilasi korbannya? Lalu dijadikan batu pahatan? Mereka tidak habis pikir dengan tingkah pelaku, apalagi kejadiannya di dalam sekolah mereka.

"Lo liat aja rekaman CCTV pada jam setengah lima."

Keenan dengan gesit memundurkan rekaman CCTV itu. Terdapat siswi yang tersungkur di lantai dengan gurunya. Rio yang menghampiri mereka dan memahat batu itu. Keenan memperbesar sedikit hasil temuan Rio. Benar yang dikatakan oleh Rio, itu adalah sebuah tangan. Mereka sedikit mendengar pernyataan dari Lora mengenai pemesanan batu itu.

"Jadi, yang melakukan ini siswa di sekolah kita?" terka Aludra.

Ace menggeleng. "Belum tentu. Siapa tahu sekolah kita cuma dijebak dan kebetulan aja sekolah kita sedang memesan batu pahatan," duganya. Ia bisa mengambil kesimpulan yang dikatakan oleh Lora dan Rio.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang