XX [La Pittura (1)]

8.3K 1.1K 8
                                    

Tit ... tit ... tit ...

Suara alarm berbunyi mengganggu pendengaran seorang laki-laki yang sedang tertidur nyenyak. Terlalu berat untuk membuka matanya sekarang, tangannya meraba keberadaan alarm itu. 

Karena ketenangan sudah kembali di dalam kamar itu, laki-laki itu kembali tertidur. Menaruh bantal di atas kepalanya untuk menghalangi cahaya remang-remang yang masuk ke dalam retina matanya. 

BRAK!

"KAIDEN BANGUN!!"

Mimpinya kembali terusik karena suara gebrakan dan suara omelan dari orang yang ia cintai. Tidak ada pergerakan darinya, memilih berpura-pura tidur. 

"Kai, ini udah jam sepuluh. Mau jam berapa kamu bangunnya?" omel seorang wanita sambil menyibakkan selimutnya.

Selimut itu ditarik kembali olehnya. "Ini hari libur, Bun," ucapnya malas. 

"Bukannya ibadah, malah tidur." Bundanya memukul Kai dengan bantal yang tidak terpakai olehnya. "Kamu itu tidur atau simulasi mati?" sindirnya. Setahunya semalam Kai tidur lebih awal.

Kai mengubah posisinya menjadi duduk. Raut wajahnya yang merajuk mengucek matanya agar bisa terbuka sempurna. "Gak gitu juga, Bunda. Ini Kai udah bangun," beritahunya

Bundanya – Bu Vera melemparkan handuk sampai handuk itu mendarat di pucuk kepala Kai. "Sekalian mandi. Jangan mentang-mentang libur, kamu jadi pemalas," ucapnya.

Vera tertawa kecil saat melihat ekspresi Kai yang merasa terganggu di hari liburnya. Bagaimana pun ia tidak ingin Kai menjadi pemalas. Saat ia ingin keluar dari kamarnya, ekor matanya menangkap sesuatu yang menarik. 

Terlihat ada sebuah foto yang ditempelkan pada dinding di atas meja belajarnya. Foto anaknya bersama seorang keempat anak lainnya. Ia tidak merasa asing dengan ketiga cowok tersebut karena mereka sering bertemu dengannya, namun ia merasa asing dengan keberadaan perempuan di antara mereka.

Bu Vera menunjuk foto itu. "Itu siapa, Kai?" tanyanya penasaran.

Kai menyipitkan matanya untuk melihat foto itu. "Bukannya Bunda udah kenal?" Rasanya tidak mungkin bundanya tidak mengenali mereka. 

"Tapi Bunda belum kenal sama perempuan yang di foto itu."

"Ah.... dia anggota baru," jawab Kai seadanya.

Vera membulatkan mulutnya sebagai tanda mengerti. Ia memerhatikannya dengan lekat sambil tersenyum, "Cantik," ucapnya tulus.

Kai tersenyum tipis. "Emang."

"Kamu menyukainya?" tanya Vera.

"Tidak. Kai anggap dia kayak adik sendiri," jawabnya.

"Lain kali, kamu harus bawa dia kesini untuk bermain," tawar Vera. Ia sangat ingin berkenalan dengan gadis yang berada di foto itu.

Langkah Kai terhenti saat ingin masuk ke kamar mandi. "Pasti. Dia juga akan senang jika bertemu dengan Bunda," ucapnya tersenyum.



***



Seusainya mandi, Kai langsung duduk di meja makan untuk makan pagi – ralat, maksudnya makan siang. Sudah tersedia banyak jenis makanan yang sangat menggugah selera, apalagi dimasak oleh bundanya sendiri. Itulah mengapa ia sangat senang jika makan di rumahnya. Ia mengambil sepiring nasi dan beberapa lauk di piringnya, lalu ia memakannya dengan lahap.

Bu Vera duduk di sebelahnya sambil membawakan jus jeruk. Kai merasa bahwa ada seseorang yang kurang disana, ayahnya.

"Bun, Ayah kemana?" tanya Kai.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang