XXXVII

6.8K 1K 1
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Baju udah."

"Sleeping bag udah."

"Jaket udah."

"Eum ...."

Aludra sedang mengabsen barang bawaannya yang akan ia bawa untuk berkemah. Hari ini adalah hari libur karena UN sedang dilaksanakan. Ia, Rio, dan Keenan berencana untuk pergi berkemah di area pegunungan. Hari libur seperti ini harus dimanfaatkan untuk berlibur dan bersantai setelah apa yang terjadi selama ini di sekolah.

Ia sudah menunggu di luar indekos dan sedang menunggu Rio datang. Namun Aludra masih merasa bahwa ada yang masih kurang dalam barang bawaannya. Tetapi ia lupa apa yang kurang, ia berpikir keras untuk mengingatnya.

"Ah.... senter." Aludra baru mengingat bahwa ia lupa membawa senter. Senter tersebut masih berada di laci mejanya.

Aludra berlari kecil menuju dalam indekosnya. Ia sudah berpamitan dengan ibu kos jika dirinya tidak akan berada di indekos selama dua hari. Setelah mendapatkan senter, ia keluar lagi.

Pas sekali saat ia keluar indekos, mobil Rio baru terparkir di pekarangan indekos. Rio dan Keenan turun dan membantu mengangkat barang miliknya. Tidak terlalu banyak, hanya ada dua tas saja. Tentunya satu tas miliknya berisi makanan.

Aludra masuk ke dalam mobil dan duduk di jok belakang. Memang sendirian, namun barang-barang bawaan pun menemaninya saat perjalanan. Rio menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.

Aludra menumpu kedua tangannya di kedua jok depan tersebut, "Gue penasaran sama reaksi mereka kalo dengar kita lagi kemah," ucapnya tersenyum penasaran. Mereka bertiga memang merencanakannya sembunyi-sembunyi tanpa memberitahu kedua orang itu.

Keenan membetulkan posisinya, ia menaikkan kakinya ke atas dasbor dengan tangan yang sedang bermain game dan mulutnya yang sedang mengunyah permen karet, "Gue tebak. Kai pasti bakal ngerengek ingin ikut kita," terkanya.

Rio melemparkan bantal ke arah kaki Keenan. "Turunin gak kaki lo?" ancamnya.

Keenan mendengkus kesal, ia menurunkan kakinya, "Mentang-mentang mobil baru, jadi gak mau rusak nih," sindirnya.

"Sembarangan. Bukan baru, cuma jarang dipake." Rio membenarkan perkataan Keenan. Mobil yang dihadiahi oleh ayahnya terlalu mahal sampai ia tidak tega untuk memakainya. Sekalipun ia memakainya, itu pun karena keperluannya.

"Rio," panggil Aludra.

"Apa?"

"Gue jadi mau lewatin rumah gue. Kita lewat sana ya," pinta Aludra.

Rio mengerutkan keningnya, "Lo yakin?" Ia takut jika Aludra menjadi histeris lagi saat melihat mamanya.

Aludra mengangguk yakin, "Lewat aja, jangan turun." Sudah sebulan ia tidak mendengar kabar dari mamanya. Bukannya ia merindukan cercaan yang dilontarkan olehnya, hanya saja ia khawatir jika terjadi sesuatu pada mamanya. Walaupun sifat mamanya ke Aludra sangat kelewatan, tetapi mamanya masih menjadi ibu kandungnya saat ini.

Rio menyetujuinya. Toh ia juga tidak bisa melarang dirinya untuk bertemu ibunya. Akhir-akhir ini sifat Aludra semakin stabil dan tidak perlu lagi dikhawatirkan. 

Aludra memberikan alamatnya kepada Rio. Beruntunglah arah gunung yang mereka tuju sejalan dengan kompleks perumahan Aludra.

Saat memasuki kompleks perumahan itu, ia menjadi merindukan lingkungan itu. Lingkungan di mana ia tumbuh sebagai gadis SMP yang ceria. Namun keceriaan itu tidak bertahan lama sampai pada saatnya wanita yang melahirkannya memukul dirinya. Untung saja ada tetangganya yang siap menolongnya.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang