XXXIV [NISN (6)]

6.7K 1K 7
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Pelan-pelan anjir. Disini masih ada anak orang yang masih mau hidup," omel Keenan.

Sepertinya mereka salah harus ikut dengan Ace. Vano seperti membangunkan kukang yang sedang tertidur tenang. Inilah ketika Ace sedang mengebut, melewati beberapa mobil.

"Gak bakal gue lepasin dia," gertak Ace dengan wajah marahnya.

"Tapi bisa pelan 'kan? Kita tau lo marah, tapi kita bisa kenapa-kenapa kalo lo ngebut kayak gini. Vano tetap bisa kejar, toh dia gak tau apa-apa tentang penyelidikan kita," tenangkan Aludra sambil mengusap lengannya.

Entah sudah terhitung berapa kali Ace emosi seperti ini, tapi selalu membaik ketika ayahnya dan anak Cassiopeia memberinya petuah. Perlahan ia menurunkan kecepatannya.

"Udah."

Aludra rasa itu sudah cukup untuk menenangkannya. Setidaknya nyawanya sudah kembali aman daripada seperti tadi.

"Di depan kita ada mobil, nah depannya mobil Vano. Warna merah nyala." Keenan terus memantau pergerakan Vano.

Ace mengecek spion kanannya. "Ada Kai. Kasih tau dia untuk salip depan mobil Vano," ujarnya setelah melihat Kai menyusulnya dari belakang.

Aludra sama sekali tidak tahu rencana Ace sama sekali sampai ia benar-benar memelankan mobilnya. Membiarkan mobil di depannya beralih ke jalur kanan setelah Kai sudah lebih dulu di depannya.

Mobil Vano benar-benar berhenti ketika mobil Kai berhenti di depannya dalam posisi sedikit miring. Itulah kesempatan Ace untuk menghampiri Vano.

"Nan, lo pindah mobil mereka. Jangan ketahuan Vano. Al, ikut gue."

Ace lebih dulu keluar dari mobilnya, baru diikuti oleh Aludra yang mengejarnya dengan berlari kecil. Tanpa Ace menyuruhnya keluar, Vano sudah lebih dulu keluar karena ada yang menghalangi jalannya.

"Kalian ngapain ikutin gue?" tanya Vano kepada mereka berdua.

"Gue tahu lo orang yang sabotase komputer saat simulasi," ucap Ace.

"Buktinya apa? Kalau lo gak ada buktinya, lo gak bisa asal nuduh gue."

"Lo mau bukti?" tanya Ace. Ia merogoh sakunya dan menunjukkan benda tersebut. "Tindik lo jatuh di ruang ujian. Dan lo tahu, orang yang memakai semacam ini gak dibolehin masuk saat ujian," ucapnya.

Vano tersenyum miring. "Gimana kalau itu bukan punya gue? 'Kan banyak yang pakai tindik di sekolah," sanggahnya.

Aludra merebut paksa ponselnya dari dalam mobil Vano. Vano berusaha merebutnya, namun Ace menghalanginya. Kini Ace setuju untuk mengorek informasi Vano melalui ponsel tersebut.

Aludra tersenyum miring, "Ini." Ia menunjukkan sebuah chat bersama seseorang dimana Vano sedang membicarakan tentang rencana sabotasenya. Dari nama kontaknya, tertulis 'Firman (Sabotase)'. Vano terdiam saat chat tersebut ditemukan oleh Aludra.

"Perlu bukti lainnya?" tanya Aludra menantang Vano yang sejak tadi sudah terdiam.

"Lo sebenarnya siapa sih?" tanya Vano. 

"Gue?" Aludra menunjuk dirinya sendiri. "Kan lo udah tahu kalau gue temennya Dara," jawabnya seadanya.

"Ikut gue," paksa Ace.

Ace menarik paksa tangannya untuk masuk ke dalam mobilnya. Membiarkan mobil Vano dibawa oleh Rio. Yang penting mereka sekarang sudah bersama Vano dan akan membawanya ke suatu tempat. 

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang