XVII

8.4K 1.1K 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Kenapa tiba-tiba semuanya nerima Aludra?"

Mereka memutuskan untuk berdiskusi satu sama lain tanpa sepengetahuan Aludra. Memutuskan keputusan yang sempat tertunda karena lama sekali untuk mendapatkan kasus pertama untuknya.

Yang awalnya Rio dan Keenan tidak setuju, berubah menjadi setuju tanpa alasan yang Ace terima. Sedangkan Kai semakin setuju memasukkan Aludra ke dalam timnya.

"Kalian gak ada maksud tertentu 'kan untuk terima dia di sini?" yakinkan Ace.

"Pikiran lo kejauhan. Alasan gue simple, dia cepat ambil keputusan walaupun sedikit agak lelet mikirnya," jawab Rio. Mewajarkan sikap Aludra karena baru pertama kali berhadapan dengan kasusnya, ia pun pernah di posisi itu.

Ace termangut. "Kalo lo, Nan?" Sejujurnya ia lebih penasaran dengan jawaban Keenan. Bagaimana bisa seorang Aludra bisa merubah pernyataan Keenan secepat itu?

"Masih sedikit ngerepotin, tapi gue maklumin." Ia terdiam, membuat mereka menunggu kata selanjutnya. Alisnya tertaut. "Udah itu aja. Gak ada alasan lain," jawabnya yang membuat mereka kecewa dengan alasannya.

Mau dipaksa pun, sikap Keenan akan terus seperti itu. Akan bicara jika ia ingin. Ace sudah mengenal mereka satu sama lain dan tidak ingin mengungkit masalah pribadi ke dalam sana.

"Gue gak ditanya?" Kai bahkan sudah muncul di depan Ace bahwa Kai hadir di dalam pertemuan itu.

"Gak usah. Pasti alasannya lo udah terlanjur nyaman kalo ada Aludra disini. Maunya Aludra gabung di tim kita sampai kita berdua lulus. Itu 'kan?"

Kai menutup mulutnya dengan satu tangannya dengan pupilnya yang ikut melebar. "Gimana lo bisa tau? Lo bukan cenayang 'kan?" tanyanya yang masih separuh terkejut.

Ace memukul bahunya cukup keras. "Enak aja. Ketahuan dari sikap lo dari kemarin. Kalo gue cenayang, lebih mending gue jadi dukun daripada sekolah," timpalnya.

"Pak Carlos, ini anaknya mau jadi dukun, Pak, daripada sekolah," lapor Keenan sambil mendongakkan kepalanya, berharap Pak Carlos mendengarnya walaupun jaraknya jauh dari ruang kepala sekolah.

"Cepu terus." Ace memberikan tatapan tajam kepada Keenan agar berhenti membocorkan apa pun kepada ayahnya. "Berarti kalian udah sepakat untuk terima Aludra disini?" tanyanya sekali lagi.

Mereka mengangguk cepat. Setidaknya Ace sudah meyakini mereka sekali lagi sebelum memberitahu Aludra dan ayahnya.

Karena sudah malam, ia memutuskan untuk pulang. Mengambil tasnya yang masih tergeletak bebas di sofanya dan menyelempangkannya di salah satu bahunya.

"Terus alasan lo sendiri apa? Gak mungkin lo terima karena gue gak pernah ribut sama Al." Semenjak Rio tahu tentang keadaan Aludra, tidak sedikit pun ia ingin mencari ribut dengannya.

Jawaban Rio tidak kunjung dijawab, justru hanya mendapat gedikkan bahu dan senyuman khasnya. Seperti ada alasan yang tidak bisa diceritakan kepada mereka dan memilih memendam sendiri.



***



"Betah banget ya lo disini, mentang-mentang gue izinin untuk kesini."

Aludra menghiraukan ucapan Kai, memilih melihat atas langit yang menjadi jalan bagi para burung untuk terbang bebas. Beruntunglah cuacanya masih tidak terlalu terik, sehingga ia bisa melihatnya tanpa diganggu cahaya matahari.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang