XLVIII [Roccia (10)]

6K 944 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Mobil Ace sampai di rumah Kai. Di depan rumah, sudah terlihat Resha yang sedang menenangkan Bu Vera. Mereka segera keluar dari mobil dan menyusul mereka berdua.

"Lo ngapain disini, Sha?" tanya Ace.

Mata Resha yang sendu itu menatap Ace. "Saya khawatir dengan keadaan Kai. Karena itu saya kemari untuk menanyakan keberadaan Kai. Tapi Bu Vera tidak tahu Kai berada dimana," jelasnya.

Resha mempererat pelukannya dengan Bu Vera sambil mengelus punggungnya. Bu Vera baru mendengar berita itu dari mulut Resha. Ia takut jika Kai seperti dulu lagi, bahkan bisa bertindak lebih.

Rio mensejajarkan tubuhnya dengan Bu Vera yang sedang terduduk di tangga depan rumahnya. "Bunda tau tempat yang biasa Kai kunjungi?" tanyanya lembut.

Bu Vera menggeleng lemah. "Bunda ... Bunda tidak tahu tempatnya. Bunda sangat jarang pergi dengan Kai," ucapnya.

Aludra berpikir keras untuk mengetahui tempat tersebut. Tempat favorit Kai. Berada di sekolah.

"Rooftop," gumam Aludra.

Semuanya menoleh ke arah Aludra. Pasalnya mereka tahu jika kawasan rooftop itu sangat dilarang untuk dikunjungi. Selain ada hantu disana, terdapat pula plang di depan pintunya.

"Gimana lo bisa tahu? Bukannya rooftop gak pernah didatangi siswa karena ada isu mengenai 'hantu' itu?" tanya Keenan.

Aludra menggeleng. "Itu semua ulah Kai. Dia sengaja membuat itu semua karena rooftop adalah tempat favoritnya dan tidak boleh ada seorang pun disana," beritahunya. "Gue bisa tahu karena gue pernah ketahuan berada disana," tambahnya.

"Tapi gue gak lihat mobil Kai disana." Ace tidak melihat mobil Kai di parkiran.

"Mau kita cek sekarang?" tawar Aludra.

Mereka pun menyetujui saran Aludra untuk ke rooftop. Resha pun ikut dengan mereka dan berpamitan dengan Bu Vera. Ace segera menyetir mobilnya menuju sekolah.



***



Aludra membuka pelan-pelan pintu tersebut supaya tidak menimbulkan suara. Sinar matahari menyambut kulit dan wajahnya. Terpaan angin yang tidak terlalu kuat menerpa rambutnya yang di kuncir kuda.

Ia melihat sosok yang sedang tiduran menghadap langit-langit dengan lengannya yang menutupi matanya. Sudah Aludra tebak bahwa Kai berada disana. Tidak ada suara yang ditimbulkan darinya, ia pun jadi mendekat ke arahnya.

"Kai," panggil Aludra.

Kai menyingkirkan lengannya dari wajahnya, sedikit terkejut dengan orang yang berada di rooftop. Keempat temannya dan satu orang yang spesial baginya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Lo gapapa?" tanya Keenan menepuk bahu Kai.

Kai mengangguk. "Iya gue gapapa. Emangnya ada apa?" tanyanya balik.

Mereka terheran, apa mungkin Kai belum mengetahui berita tersebut? Kenapa wajahnya sangat tenang sekali seperti tidak tahu apa-apa?

"Lo gak tahu tentang berita–"

"Tentang masa lalu gue? Gue udah tahu," sela Kai santai. Ia menyenderkan tubuhnya di sofa itu dan bersedekap dada. "Gue udah duga kalo rahasia gue yang ini yang akan diungkap ke publik. Awalnya gue sempat was-was setelah dengar kalau orang ini sebarin rahasia kita. Tapi sekarang gue mau bersikap biasa aja, membiarkan orang ini menang," paparnya.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang