Arshadara's POV
"Acute Myeloid Leukimia."
Kakiku lemas, hatiku rasanya hancur mendengar fakta yang baru saja kudengar. Setelah berjam-jam menunggu hasil uji darah dan pemeriksaan lumbal pungsi, Langit dinyatakan mengidap kelainan darah tepatnya kanker darah AML. Semuanya masuk akal sekarang, aku mulai menyadari kenapa Langit selalu terlihat mudah kelelahan dan pendiam untuk anak seumurannya. Jujur, sebenarnya sejak dulu Langit memang mudah sekali mimisan, yang membuatku panik tadi adalah volume darahnya yang tidak biasa.
Aku melirik Mas Ardhi yang duduk merosot sambil menjambak rambutnya sendiri, pipinya biru karena Dimas memukulnya begitu tau Langit dilarikan ke rumah sakit. Ibu dan Bapak juga ada di sini, Dimas tidak mau menutupi semuanya lagi. Dia membeberkan semua rahasia yang termasuk soal pernjanjianku dengan Mas Ardhi, Bapak dan Ibu nampak menunjukkan wajah kecewa, tapi kecemasan mereka terhadap Langit melebihi itu sehingga keduanya memilih untuk diam tidak membicarakannya, mereka menyemangatiku.
Karena Bumi dan Langit merupakan kembar identik, dokter menyarankan supaya melakukan uji darah lengkap terhadap putra sulungku. Kemungkinannya cukup tinggi kalau Bumi juga mengidap hal yang sama, jikalau penyebab kanker pada Langit adalah genetik. Aku dan Mas Ardhi sama-sama takut kalau Bumi juga mengalami hal yang sama, tapi beruntung, Allah maha baik. Putra sulungku sehat, walau sedikit merasa lega tetapi kekhawatiranku terhadap kondisi Langit tidak bisa dibendung oleh apapun.
"Apa yang harus saya lakukan dok?"
"Umumnya pengobatan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti kemoterapi, radioterapi, penggunaan obat dan transplantasi sumsum tulang belakang. Tapi saya sarankan untuk leukimia jenis ini supaya kita melakukan transplantasi."
"Apa saya bisa dok?"
Dokter itu mengangguk. "Perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dulu untuk melihat tingkat kecocokan. Kandidat yang paling punya kemungkinan terbesar adalah orangtua dan saudara kandung."
Dokter itu kembali berucap. "Untuk saat ini anak Ibu butuh transfusi golongan darah B positif, apa di anggota keluarga ada yang memiliki? Kami punya persediaan golongan darah O positif, tapi untuk situasi ini saya tidak menyarakan. Meski kemungkinannya kecil, reaksi darah dapat terjadi."
Aku menggeleng, golongan darahku A dan setauku hampir semua anggota keluargaku bergolongan darah sama. Saat kutanya Lani dia mengatakan kalau golongan darahnya O positif.
"Golongan darah saya B positif dok, ambil darah saya sebanyak mungkin," aku menoleh, ternyata putraku memperoleh golongan darah itu dari Ayahnya.
"Anda?"
"Saya Ayah kandungnya," aku menatap Mas Ardhi, ada perasaan bahagia dihatiku saat dia mengatakan itu. Tanpa pikir panjang dia melangkah masuk mengikuti dokter tersebut. Mata kami sempat bertemu, bibirku bergerak berucap banyak terima kasih.
***
Aku menghela napas melihat wajah Mas Ardhi yang kusam dan nampak kelelahan. Kantung matanya berlipat-lipat, sudah seminggu lebih dia di rumah sakit dan pulang hanya untuk mandi. Dia tengah memangku Bumi yang anteng bermain mainannya, sejak Langit masuk rumah sakit, dia tidak lagi mencoba menjauhi kedua putra kami.
Mataku menangkap ekor mata Mas Ardhi yang menatap Bumi dengan pilu. Bibirnya beberapa kali menyentuh pipi anakku, wajahnya begitu penuh dengan penyesalan. Satu tangannya terulur memegang mainan yang dimainkan oleh Bumi.
"Bumi main apa?"
"Apah Yah."
Aku hanya bisa tersenyum melihat interaksi keduanya, Mas Ardhi terlihat lebih kurus sejak pertama kami bertemu enam bulan lalu. "Mas, makan dulu ya? Bumi biar sama aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Rujuk!
RomansaHanya sebuah cerita pesakitan dari dua entitas berwujud manusia. Mereka adalah Arshadara Bilqis dan Khalifah Fil Ardhi, dua insan yang bersatu dalam sucinya pernikahan. Awalnya, pernikahan terasa sangat membahagiakan bagi keduanya, tapi semua beruba...