Lombok

28.6K 1.8K 21
                                    

Author's POV

Terpaan angin pantai menerjang wajah cantik Dara. Pandangannya mengarah pada hamparan luas air laut yang membentang seluas mata memandang. Dara merasa amat kecil, dia bukan apa-apa selain hanya mahluk yang tak patut disandingkan dengan yang maha sempurna, sang pencipta. Matahari mulai tenggelam, cahaya meredup digantikan temaran langit yang mulai nampak gelap, titik-titik cahaya mulai terlihat dari beberapa rumah yang dia pandangi dari atas balkon hotel.

Sepasang tangan tiba-tiba melingkari tubuh Dara yang mungil, perhatiannya teralihkan melihat siapa yang tengah merengkuhnya. Dara tersenyum, ternyata Ardhi yang tengah memeluknya. Suaminya itu sesekali menciumi bagian belakang tubuh Dara dengan sayang.

"Kamu betah ya?" tanya Ardhi. "Lain kali kita ke sini lagi ya, sama anak-anak," lanjunya.

Dara menggeleng pelan. "Mas."

"Hm?" Ardhi makin mengeratkan pelukannya.

"Aku kangen anak-anak," Dara berucap seraya mengelus lengan Ardhi, pandangan keduanya tertuju ke arah laut.

Sudah tiga hari mereka pergi berlibur berdua, meninggalkan Bumi dan Langit dalam asuhan Kakek dan Neneknya. Sejak hari pertama di sini, Dara selalu terpikir kedua anaknya, terlebih Langit yang memang membutuhkan perhatian lebih. Namun, Ardhi selalu meyakinkan kalau kedua putra mereka baik-baik saja di sana.

"Kita kan baru tiga hari di sini, masih sisa empat hari lagi."

Dara menarik napasnya pelan, dia memang sudah berjanji akan mengabulkan apapun permintaan Ardhi di ulang tahun suaminya itu. Hanya saja, Dara tidak menyangka kalau permintaan suaminya itu adalah untuk memintanya berlibur berdua ke Lombok. Ardhi beralasan, kalau liburan ini sebagai ajang honeymoon karena sejak awal menikah dulu mereka belum pernah berpergian jauh berdua.

Terhitung, sudah satu tahun terlewati sejak Dara memutuskan kembali membangun rumah tangga bersama suaminya. Ardhi benar-benar menjalankan peran suami dan Ayah idaman bagi Dara dan kedua anak mereka. Salah satu alasan lain Ardhi memintanya untuk berlibur berdua adalah sebagai pancingan supaya Dara bisa hamil lagi.

"Semoga cepet isi," tangan Ardhi mengelus perut Dara yang masih terlihat datar.

Dara takut Ardhi kecewa, dia tidak mau kejadian yang dulu terulang kembali. "Mas, jangan berharap banyak."

Ardhi tersenyum pada istrinya, menampilkan sepasang lesung pipit yang begitu menarik perhatian. "Berharap dan usaha itu wajib, apapun hasilnya aku bersyukur."

"Kalau aku nggak bisa hamil lagi gimana Mas?"

Ardhi memanyunkan bibirnya, sekejap Dara terkekeh melihat tingkah suaminya yang meniru Bumi kalau sedang rewel. "Mas ih!"

"Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya. Kamu nggak boleh berpikiran kayak gitu, harus yakin, ikhtiar."

"Aku cuma nggak mau kamu kecewa nantinya Mas, kamu keliatan sangat berharap, kita juga selama ini udah ikhtiar kan?" Dara berbalik, dia menatap Ardhi yang sedang menatapnya masih dengan dua sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Mungkin usahanya kurang? Kayaknya kita harus nambahin durasi pacaran deh atau em... Frekuensinya, maybe?" ucap Ardhi seraya mengerlingkan kedua matanya dengan alis naik turun, alhasil Dara mencubit pingganya sampai membuat dia mengaduh.

"Aw, aw.... Sakit Ra."

"Rasain, dasar mesum!"

Bukannya kapok, Ardhi malah gemas tambah ingin menjahili istrinya. "Tapi masuk akal kan masukan aku?"

Dara memutar bola matanya. "Enak di kamu."

Ardhi terkekeh geli. "Jadi selama ini kamu nggak menikmati?"

Ayo Rujuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang