Author's POV
Flashback
"Sayang."
Dara merasa risih saat tangan Ardhi memeluknya dari belakang. "Mas, lepas. Aku lagi masak."
"Hm," timpal Ardhi makin menjadi, malah sekarang dengan sengaja dia menggelitik leher Dara yang bebas dengat rambut halus disekitar pipinya.
"Mas ih! Geli," ucap Dara sambil mencubit perut Ardhi.
"Aduh, sakit Ra," Ardhi meringis mengelus pinggangnya yang dicubit sang istri.
"Makanya kalau dikasih tau nurut."
"Kok istriku jadi galak sih? Semalam masih manja perasaan," bukannya kapok Ardhi lagi-lagi menggoda istrinya.
"Mas, ih. Ya Allah lepas."
Ardhi tidak peduli dia malah makin mengeratkan pelukannya pada Dara, wanita yang membuatnya jatuh hati hari demi hari.
"Sayang, aku sungguh mencintaimu."
Dara tersenyum mengelus lengan kekar Ardhi yang rekat di pinggangnya. "Aku juga sangat mencintaimu Mas."
Rutinitas Dara setelah shalat subuh adalah menyiapkan sarapan. Dara tau suaminya ini punya beban kerja yang banyak, selain bekerja sebagai staf PPIC, Ardhi juga membuka usaha. Maka dari itu Dara selalu memaksa suaminya untuk sarapan, satu hal yang jarang dilakukan Ardhi sebelum menikah dengannya, padahal keluarga Ardhi adalah orang berada dan cukup dikenal sebagi tokoh elite masyarakat.
"Sayang, aku boleh tanya?"
Dara mengangguk, mereka sudah kembali ke kamar. Kepala Ardhi kini berada di atas bahu Dara, pria itu memeluknya dari belakang. Sesekali Ardhi menciumi leher istrinya yang jenjang. Setahun terlewati, perasaan cinta Ardhi pada istrinya tidak sedikipun berkurang, malah semakin hari semakin membesar.
"Kamu bahagia?"
"Kenapa Mas nanyanya gitu?" Dara mengangkat bahunya membuat dagu Ardhi terlepas darinya.
"Maaf ya kalau aku belum bisa penuhi janji untuk beli rumah, uangnya aku pakai untuk tambah-tambah di bengkel. Aku nggak mau pakai uang orangtuaku, ini kehidupan kita, bukan mereka. Aku janji setelah terkumpul kita cari rumah impian kita ya?" Ardhi makin erat memeluk istrinya, dia begitu mencintai Dara.
"Mas, aku nggak keberetan untuk tinggal di sini. Asal kamu bersamaku, jadi jangan minta maaf ya? Aku sungguh bahagia Mas."
Ardhi tersenyum manis, lengkap dengan lesung pipit dikedua pipinya. "Makasih sayang, aku janji akan buat kamu bahagia sampai penghujung umur kita."
Dara terkekeh. "Gombal."
"Kok gombal sih? Aku serius."
Ardhi tak henti menciumi bagian leher istrinya membuat Dara kegelian bukan main karena gesekkan antar kulit yang ditimbulkan oleh bekas cukuran kumis, janggut dan jambang suaminya. "Nanda cerita ke aku, kemarin Umi marah sama kamu?"
Dara menggeleng. "Enggak kok Mas, kemarin Umi cuma menegur aku."
"Kamu bohong ya?" ucap Ardhi menciumi pipi istrinya, kini Ardhi membalik posisi Dara berhadapan dengannya.
"Enggak kok."
Cup... Sebuah kecupan Ardhi daratkan di bibir kecil Dara, candu manis yang begitu Ardhi sukai darinya. Dara sendiri tersipu malu, Ardhi yanh selalu bersikap romantis seperti ini membuat jantungnya bekerja ekstra dalam memompa darah ke setiap bagian tubuhnya. Ardhi selalu membuat Dara jatuh cinta, setiap hari, jam, menit dan detik, dia tidak memberi ruang untuk orang lain masuk ke hati Dara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Rujuk!
RomanceHanya sebuah cerita pesakitan dari dua entitas berwujud manusia. Mereka adalah Arshadara Bilqis dan Khalifah Fil Ardhi, dua insan yang bersatu dalam sucinya pernikahan. Awalnya, pernikahan terasa sangat membahagiakan bagi keduanya, tapi semua beruba...