Author's POV
Setiba di bandara, Ardhi memutuskan untuk mengajak Dara supaya mau melakukan cek kandungan. Intuisinya mengatakan kalau cintanya itu tengah mengandung anak mereka, didukung oleh Dara yang selama mereka berada di Lombok terus saja merasa mual. Ardhi yakin kalau Dara tengah mengandung buah cinta mereka.
Sebuah senyuman mengembang dari bibir Ardhi, wajahnya membuncah bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh orang di depannya. "Jadi, istri saya benar sedang hamil dok?"
Dokter itu mengangguk pelan sambil tersenyum pasif. "Betul, istri Bapak tengah mengandung. Usia kandungannya tujuh minggu, janinnya sehat."
"Alhamdulillah, makasih ya Allah," selepasnya Ardhi memeluk Dara dengan erat, sontak istrinya kaget sekaligus malu karena suaminya memperlihatkan kemesraan di depan orang lain.
"Mas, ih. Malu," ucap Dara seraya mencubit pelan pinggang suaminya.
Ardhi tidak peduli, dia malah tambah jail menciumi pipi Dara yang sudah masak karena malu. "Makasih sayang."
Melihat dua insan di depannya pamer kemesraan, sang dokter hanya menggeleng pelan sambil tertawa kecil. Tak lama dia menyerahkan resep obat untuk di minum oleh Dara.
"Apa kami masih boleh melakukan itu dok?" celetuk Ardhi dibalas pelototan dari mata Dara, sedangkan sang dokter terlihat biasa saja karena pertanyaan ini lumrah ditemui pada pasangan yang tengah mengandung.
Dokter itu berucap. "Sebenarnya tidak ada masalah jikalau mau berhubungan intim saat hamil muda, terlebih kondisi janin istri Anda sehat. Otot-otot yang mengelilingi rahim serta cairan ketuban di dalamnya membantu melindungi bayi saat pasangan berhubungan intim," tatapan Dokter itu tertuju pada Dara. "Malahan bagus untuk menaikkan mood istri," lanjutnya, tentu saja Ardhi tersenyum menang sedang Dara hanya menutup wajahnya yang sudah memerah padam karena kelakuan sang suami.
Begitu keluar dari ruangan, Dara tak henti memukuli Ardhi dengan kesal. Wajahnya dia buat seketus mungkin, lupa kalau dia masih berada di rumah sakit yang akhirnya drama tersebut menjadi tontonan orang di sana. Orang-orang di sana hanya menatap mereka sambil tersenyum penuh arti.
"Ra, udah. Malu diliat orang," cekal Ardhi menahan tangan Dara, istrinya itu kemudian memerah kembali saat mendapati orang-orang tertuju padanya. Dara memilih lari keluar area rumah sakit.
"Hey! Ya ampun, kamu tuh lagi hamil. Kenapa lari-lari?" tanya Ardhi yang ngos-ngosan begitu sampai di parkiran.
Dara mencebik, dia bergumam tidak jelas. "Tau ah gelap!"
Ardhi terkekeh. "Kita makan dulu ya? Dedenya laper katanya."
Semburat merah terlihat dari pipi Dara, dia hamil. Rasa bahagia memenuhi hatinya, dia tadi terlalu kesal pada Ardhi yang membuatnya malu di depan dokter sampai lupa dengan fakta bahwa dia tengah mengandung buah cintanya bersama pria yang amat dia cintai. Jemari dara terulur menyentuh permukaan perutnya.
"Tapi kok kamu bisa nggak sadar?"
Dara memilih tidak menanggapi pertanyaan Ardhi dan masuk ke dalam mobil. Dulu, saat dia hamil si kembar juga seperti ini. Dara baru sadar ketika usia kandungannya menginjak minggu ke delapan, dokternya saja sampai sinis karena Dara tidak tau siklus datang bulannya sendiri.
"Mau langsung pulang ke rumah atau makan Ra?" Ardhi bertanya begitu dia masuk ke dalam mobil.
"Pengen makan sop janda yang di Cikarang Barat Mas."
Mata Ardhi membulat. "Kejauhan sayang, kan besok pagi masih harus jemput Bumi sama Langit ke Bandung. Nanti kamu capek, kasian dedenya."
Dara mendengus. "Jadi kamu nggak kasian aku liat kelaperan gitu? Tega kamu Mas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Rujuk!
عاطفيةHanya sebuah cerita pesakitan dari dua entitas berwujud manusia. Mereka adalah Arshadara Bilqis dan Khalifah Fil Ardhi, dua insan yang bersatu dalam sucinya pernikahan. Awalnya, pernikahan terasa sangat membahagiakan bagi keduanya, tapi semua beruba...