Setelah diberikan kunci oleh ibu penjaga perpustakaan (yang mana sangat menyukai Felix karena menurutnya lelaki itu begitu imut), ia menyalakan senter dalam ponselnya karena ruangan ini dihiasi dengan penerangan, namun tampak seperti tidak. Tempat ini benar-benar tak terawat, debu dimana-mana, gelap seperti hampir tak ada lampu, juga jalan yang digenangi air bekas hujan. Ya Tuhan, kalau tidak demi kakaknya, ia tidak akan mau menginjakkan kaki ke tempat menjijikkan seperti ini.
Sebisa mungkin indra penglihatannya ia gunakan untuk menelusuri satu persatu kategori buku yang tertera pada kertas tebal di sekat rak. Rupanya terdapat banyak rak yang berjajar disini, tempat ini cukup luas, diluar perkiraannya. Rasanya sepuluh menit akan kurang untuk menemukan buku yang akan ia cari.
Langkahnya terhenti begitu ia melihat buku tahunan angkatan dua ribu sembilan belas. Ia tersenyum puas kemudian. Mengambil buku tersebut dari tempatnya, mengusap perlahan untuk menghilangkan debu dan kotoran yang melekat, dan mencari secepat mungkin nama yang akan ia tulis pada bukunya malam ini.
XII IPS 1
Rachelle Sonia Azalea
27 Agustus 2003
Jl. Mawar xxxGotcha! Felix rasanya mendapat jackpot hari ini. Ia mempunyai teman dan orang-orang baik yang selalu membantu aksinya secara tak langsung. Ah, Felix ingin berlutut dan berdoa untuk menyampaikan rasa syukurnya pada Tuhan.
Setelah mencatat data yang ia butuhkan pada buku catatannya, ia melirik jam putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Gawat, hanya beberapa detik saja sebelum pelajaran selanjutnya dimulai. Ia tetap berjalan keluar dengan tenang setelah menyapa ibu penjaga perpustakaan, memikirkan alasan yang akan ia ungkapkan untuk masuk kelas.
Syukurlah, ketika ia tiba disana, sang guru pengampu belum datang. Jadi ia duduk dan menikmati waktunya mengobrol dengan Sam yang sempat menanyakan Felix kemana. Laki-laki berambut sebahu itu kemudian mengangguk mengerti, Felix sangat rajin, batinnya.
"Btw Sam, kelas dua belas kok masih masuk ya? Bukannya mereka udah persiapan ke perguruan tinggi?"
"Kayaknya masih ngurus berkas-berkas gitu deh Lix. FYI, bapaknya Rachelle tuh oeang pentingnya sekolah gitu, makanya dia bisa keterima SNMPTN, karena nilai rapornya semua settingan."
"Kok bisa? Emangnya dia ngancem gitu ke kepala sekolah? Atau ke wali kelas?"
"Hmm nggak sih, nyogok aja," balas Sam.
Felix mengangguk paham. Licik juga ia.
"Oh, gurunya udah masuk Lix."
Rachelle memasukkan buku-bukunya dalam rak setelah berserakan karena ia tidak sempat merapikan kamarnya tadi pagi. Ia merasa lelah setelah menyapu, membersihkan, dan membereskan kamarnya. Gila, ibunya bisa marah besar setelah mengetahui kamarnya mirip kapal pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Demon
Fanfiction"Halo kak, lets play, shall we?" Davina Almeira merupakan seorang gadis yang tinggal bersama keluarganya sebagai anak tunggal. Ia tersiksa selama ini karena kedua orang tuanya memang tidak menginginkan kehadirannya. Ia akhirnya harus menerima fakta...