Davina berhasil melarikan diri dari rumahnya sendiri. Tubuhnya bergetar, tetesan air matanya masih mengalir deras, langkahnya terseok-seok, dan nafasnya tersengal-sengal. Otaknya tak dapat bekerja dengan baik untuk menghubungi siapa pun saat ini. Kecuali satu nama pada ponselnya, Regina. Tubuhnya jatuh terduduk pada jalan raya yang luas, sebelum seorang pria memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, dan menghampirinya dengan penuh hati-hati.
"Ada apa ini?"
"O-orang tua saya... mereka dalam bahaya pak.!
"Tenang dulu, ayo cerita pelan-pelan."
Laki-laki itu tampak familiar, namun bukan itu yang ada dalam pikirannya saat ini. Ia hanya was-was terhadap apa yang selanjutnya Felix lakukan pada keluarganya. Pemuda itu menuntun Davina pada mobilnya, masuk, dan duduk di kursi penumpang. Rasa curiganya hilang, mungkin karena seragam dan interior mobil sang pemuda yang menunjukkan bahwa dirinya bekerja di kepolisian.
"Tunggu, kamu Davina Almeira, bukan?"
Ia mengangguk dengan cepat, alisnya bertaut, wajahnya masih sembab karena tangisan non-stop yang sedari tadi ia lakukan.
"A-adik saya pak... mau bunuh keluarga saya..."
"Whoa, tuduhan kamu terhadap Felix Lee sangat berat, Davina. Cerita pelan-pelan, saya siap mendengarkan," balasnya hangat, mengelus pucuk kepala sang gadis perlahan, berusaha menenangkan.
Davina sempat melihat tanda nama pada ujung kiri seragam sang pemuda, benar dugaannya, Detektif Chris, pria dengan logat aneh yang hadir saat kematian Detektif Sharon itu kini ada di hadapannya, menenangkannya. Hatinya menghangat, tangisannya semakin lama semakin reda, dan penuturan kalimatnya lebih tenang.
"F-Felix pak... Saya punya beberapa bukti kalau dia penyebab murid di Akademi Journey of Knowledge terbunuh, termasuk orang tua saya yang sedang dalam bahaya..."
"Menurut kamu, apa motif adikmu melakukan hal itu?"
"Karena mereka orang-orang yang sudah menyakiti saya pak! Felix terobsesi dengan saya, dia melakukan apa saja untuk saya, agar orang-orang yang membuat saya sengsara menerima karma langsung! Kalau bapak ingin b-bukti, bapak bisa berbicara dengan Regina Athalia, dia korban lumpuh yang dilakukan oleh Felix!"
Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan gopoh, menunjukkan list nama pada buku harian yang dicoret dengan darah segar. Chris membelalak, namun ia tak terkejut akan berita ini, sudah dari lama ia menyimpulkan bahwa lelaki itu memiliki gangguan mental.
"Davina, kamu tau latar belakang Felix yang selama ini belum saya sampaikan pada siapa pun?"
"Apa pak?"
Ia menghela nafas panjang, seolah akan menceritakan kisah panjang. Tetapi tangannya disambi dengan berkutat oleh nomor kepolisian untuk menuju alamat rumah Davina, menghentikan Felix sebelum lelaki itu menjadi semakin gila. "Rumah di Rosemary Boulevard, itu milik Felix. Dengan Owen, Anastasia, dan Olivia Lee sebagai penghuni rumah, atau bisa disebut dengan keluarga asli Felix. Dan memang, Owen tak pernah menunjukkan keberadaan Felix pada orang lain. Hanya mereka bertiga yang mengetahui keadaan Felix sebenarnya. Hipotesis saya dengan Lily selama penyelidikan kasus keluarga Lee, adalah bahwa mereka sebenarnya melakukan hal keji pada anak perempuannya, namun Felix yang membela adiknya. Sebab mereka takut akan Felix yang menyebarkan berita pada reporter mengenai perbuatan sesungguhnya orang tua Felix terhadap Olivia, dan reputasinya akan hancur sebagai seorang pengusaha. Berdasarkan pengamatan saya dengan Dokter Narendra, sering ditemukan Olivia dengan luka yang berbeda-beda pada setiap foto keluarga. Tidak mungkin kan, kalau itu cuma kecelakaan atau kebetulan?"
Semuanya masuk akal, itu mengapa Felix mengatakan kalimat yang ia dengar tadinya.
"KARENA AKU PUNYA ADIK, DAN ADIKKU JUGA MENGALAMI HAL YANG SAMA SEPERTI KAK DAVINA!"
"Detektif Chris, Felix mengatakan kalimat yang persis seperti hipotesis anda dengan Detektif Lily."
Pemuda itu menyodorkan berkas-berkas biodata mengenai Keluarga Lee yang tadinya ia ceritakan. Davina dengan sabar membaca satu persatu kalimat yang ada di sana, persis seperti orang tuanya, orang tua Felix yang asli adalah penjilat lebih andal terhadap media, mereka selalu mengatakan hal-hal baik agar dicap baik oleh masyarakat, dan tentunya itu akan sangat menguntungkan dirinya.
"Owen Lee sangat hati-hati dalam berbicara di ranah publik, itu membuat tuduhan semakin kuat atas apa yang ia sembunyikan untuk melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri, Olivia. Dan jika kamu perhatikan di foto ini, Felix mirip sekali kan dengan Owen? Rambut pirang alami, dan bintik-bintik pada wajahnya."
Dilihatnya perhiasan yang ada pada kalung gadis kecil itu, kalung itu persis seeprti yang ditunjukkan pada ibu penjaga panti asuhan.
Liontin itu bukan milik ibunya, melainkan milik Olivia.
Itu berarti Felix berbohong.
Kepalanya malah semakin pening saat ini.
"Saya tidak punya cukup bukti untuk menangkap Felix atas tuduhan pembunuhan, karena pertama, dia di bawah umur. Kedua, saya tidak memiliki apa pun yang konkret untuk menjerat Felix dalam sel. Dan ketiga, tuduhan pembunuhan adalah kasus yang sangat berat, sehingga mengharuskan Felix untuk dihukum mati."
Membayangkan adiknya yang selama ini membelanya dengan niat baik namun perbuatan yang salah untuk masuk ke penjara... Membuat hatinya teriris, ia tak sanggup harus menjalani kehidupan kembali seperti semula tanpa kehadiran Felix.
"Kamu tidak sanggup kan, membayangkan adikmu masuk dalam bui?"
Benar, itu semua benar, sejahat apa pun perlakuan Felix pada orang lain, ia tetap menjadi adik terbaik yang Davina punya.
"Davina, Felix itu adik dan saudara yang baik, saya tidak tega untuk memasukkannya dalam penjara. Karena perlakuannya semata-mata demi alasan yang baik. Tetapi emosinya masih sangat tidak stabil, dia belum dapat berpikir secara matang dan rasional."
Davina mengangguk, namun ia juga tak mau hal buruk terjadi pada kedua orang tuanya, meski setelah apa yang ia alami.
"Regina... teman kamu itu sudah sempat melapor pada kantor polisi berkat koneksi dari ayahnya, dan rekan detektif, termasuk saya, dengan sigap menanggapi kasus itu. Karena kami mengerti, ada banyak hal aneh dalam Keluarga Lee. Tetapi dalam folder Felix, tidak ada pertanda bahwa dia pernah melakukan ini sebelumnya. Kamu adalah keluarga pertama yang berhasil mengadopsi dia, benar?"
Lagi-lagi, Davina hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Saya sudah pernah ke Panti Asuhan Suara Hati pak, tempat pertama kali saya dan keluarga saya mengadopsi Felix, saya bertanya-tanya mengenai Felix pada ibu penjaga panti asuhan. Tetapi tidak satu pun dari pertanyaan di otak saya dapat terjawab. Kata ibu itu, Felix berada disana bukan karena panti asuhan atau polisi menemukannya, tetapi Felix sendiri yang mendatangi tempat itu. Felix anak orang kaya, dan perhiasan milik Olivia yang ada di foto, sempat ia bawa ke panti asuhan, ditinggal disana. Ibu panti asuhan juga bilang kalau Felix datang berlumuran darah, karena mengalami kecelakaan mobil yang menewaskan satu keluarga..."
Pupil Chris membola sempurna mendengar tuturan sang gadis.
"F-Felix bohong, Davina. Keluarganya tidak kecelakaan."
"Maksudnya?"
"Kendaraan Keluarga Lee masih lengkap, berada di Rosemary Boulevard."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Demon
Fanfiction"Halo kak, lets play, shall we?" Davina Almeira merupakan seorang gadis yang tinggal bersama keluarganya sebagai anak tunggal. Ia tersiksa selama ini karena kedua orang tuanya memang tidak menginginkan kehadirannya. Ia akhirnya harus menerima fakta...