11; Kediaman Lee

870 138 2
                                    

Congratulations! You're unlocking new arc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Congratulations! You're unlocking new arc.

Chapter II:
Detective Sharon arc.

— Sharon —

Aku memijit pelipisku pening. Belum pernah dalam seumur hidupku, menemukan rumah sekumuh dan sekotor ini. Yah, apa yang kuharapkan dari bangunan tak berpenghuni selama lebih dari sepuluh tahun ini. Rumah ini terdaftar masih memiliki keluarga semenjak tahun 2012, entah sekarang kemana keluarga tersebut. Aku sudah mencoba bertanya pada tetangga-tetangga di sebelah tempat ini. Namun hasilnya nihil, begitu pula rekan kerjaku, ia juga tak menemukan informasi apapun.

Aku lupa untuk memperkenalkan diri, maaf. Untuk lebih singkat, panggil saja Sharon. Aku seorang detektif yang menjabat semenjak umur dua puluh tahun, dan kini usiaku sudah menginjak dua puluh lima. Omong-omong, aku mengambil kasus kediaman Lee karena aku tertarik. Begitu pula dengan Chris, rekan kerja yang kusebutkan sebelumnya. Ia memutuskan untuk mendedikasikan dirinya mencari tahu tentang rumah kosong ini bersamaku.

Belasan berkas, puluhan orang, dan kota-kota tak terhingga sudah kami jelajahi demi menguak kebenaran rumah itu. Tetapi tak ada hasil, atasan seringkali menyuruh kami berdua untuk menyerah saja dalam menyelidiki. Tetapi sekali lagi, aku tidak akan mengakhiri sepihak apa yang telah kumulai.

Langkah kakiku kuperlambat begitu mendengar deritan lantai kayu yang mengganggu indra pendengaranku, aku tidak mau tiba-tiba jatuh terperosok di ruang bawah tanah, itu akan menjadi mimpi buruk selamanya bagiku.

"Gimana?" Tanyaku.

"Ga ada apa-apa disini, Sharon."

Chris benar untuk kesekian kalinya. Meski begitu, kami tetap menjelajahi isi rumah ini. Jaring laba-laba memenuhi setiap ujung ruangan dan perabotan, barang-barang yang telah berdebu, beberapa bangkai hewan yang mati membusuk dan menebar bau menyengat, dan minuman tumpah yang mengering.

Untuk bagian luar, aku yakin kalian sudah cukup hafal bagaimana bentuk rumah hantu pada film-film horor yang mencekam. Pagar besi yang menjulang bernuansa hitam, tanaman rambat yang hampir memenuhi jendela sehingga tak tampak lagi apa yang ada di dalam, pohon besar tua yang sudah mulai membungkuk, dedaunan yang berserakan karena kencangnya angin. Tetapi bisa dibilang, bangunan ini cukup megah dengan tiga lantai.

Aku mulai menginjakkan kakiku ke atas, melewati tangga melingkar yang dipenuhi dengan kertas-kertas menguning. Atensiku teralih, terpaksa aku mengamati satu persatu lembaran itu.

Gambaran.

Mungkin salah satu dari anggota keluarga ini adalah seniman. Karena gambar serta lukisan yang baru saja kulihat tampak seperti seseorang yang paham betul soal seni. Ini bukan karangan biasa, seperti abstrak yang memiliki makna. Hanya saja, aku tak memiliki bakat disana, sehingga aku tidak terlalu mengerti. Kupungut saja kertas-kertas itu memasukkannya ke dalam tas kulitku.

Angelic DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang