"Tapi kalau memang saya bukan saudara kandung Felix, kenapa sampai sejauh itu perbuatan dia terhadap teman-teman saya?"
"Seperti apa yang kita simpulkan dan ketahui sebelumnya, Davina. Adik kandung Felix telah diberi perlakuan kekerasan oleh orang tuanya, kemungkinan itu yang membuat dirinya tidak lagi ingin kehilangan seorang saudari. Dan kamu adalah satu-satunya keluarga yang dia punya. Sepertinya, dia juga mempercayakan kamu kepada Sam."
Benar juga, seluruh keluarga Felix telah tiada, satu-satu harapan lelaki itu hanyalah dirinya. Tetapi Davina tidak mengetahui fakta bahwa ia masih kerabat Felix, mengapa ia tak pernah ingat bahwa ia pernah menghadiri acara keluarga itu? Apa ayah dan ibunya sengaja membuatnya lupa?
Terjawab sudah, itu mengapa tak ada keluarga yang berhasil mengadopsi Felix pada awalnya, itu mengapa Felix memiliki sikap protektif berlebihan, dan itu juga mengapa Sam tidak pernah mencurigai Felix.
Namun tak ingin berlama-lama membahas hal ini, gadis itu mengalihkan topik ke penyelidikan semula.
"Detektif Chris, sepertinya mayat kedua orang tua Felix ada di sini."
Itu benar, sebab aroma tak sedap menguar masuk ke indra penciuman keduanya. Setelah menaruh folder-folder itu kembali ke tempatnya, Chris bergegas untuk mendobrak pintu kayu dengan gagang besi yang terdapat di sebelah sofa. Sebenarnya Davina hendak membantu, namun tak diperbolehkan oleh yang lebih tua karena tubuhnya masih sakit akibat kejadian tadi.
Matanya terpejam erat begitu pemandangan yang tersaji di hadapannya. Davina bahkan tak ingin melihatnya, karena dengan dibukanya pintu itu saja, ia sudah hendak muntah. Keduanya; Owen dan Anastasia meninggal dalam keadaan terduduk dengan kaki yang diselonjorkan, tubuhnya penuh luka lebam dan jahitan, leher Owen setengah putus, sehingga bila dipindah saja mayatnya, mungkin kepalanya akan lepas. Kulit kedua kakinya mengelupas hebat, menampilkan daging busuk yang telah menghitam, kedua belah bibirnya dijahit, sehingga membentuk warna biru keunguan. Beralih pada sang wanita, yang malah lebih mengerikan, mulutnya terbuka lebar, menandakan rahang patah yang lidahnya telah terbelah menjadi dua. Lebih mengerikannya lagi, adalah bahwa kedua mayat mereka dikerubungi oleh tikus hitam dan semut kecil.
Tentu saja ini bukan kali pertama Chris melihat korban pembunuhan, namun ia bisa mengatakan jika ini sangat parah untuk seorang anak di bawah lima belas tahun. Tak terbesit dalam otaknya bahwa seorang Lee Felix akan melakukan hal sekeji itu.
Davina tampak penasaran, namun sandi tangan Chris yang menitahkannya untuk tetap duduk diam, membuatnya menghentikan aktivitasnya untuk berdiri melihat. Tetapi yang jelas, Chris pasti membutuhkan bantuan dari rekan-rekan kepolisiannya. Ia meletakkan tangan kirinya di pinggang sementara tangan kanannya sibuk dengan ponselnya.
"Chris dari Departemen Detektif Kepolisian. Saya membutuhkan Divisi Satu dan Dua ke Rosemary Boulevard, Rosecliff. Ya, Kediaman Lee."
"Ditemukan dua mayat-Owen dan Anastasia Lee. Baik, saya akan kembali ke sana."
Setelah menutup sambungan telepon, Chris kembali berbalik dan menatap Davina yang sudah melihatnya terlebih dahulu dengan tatapan meminta penjelasan. "Mereka minta kita kembali, mereka juga sudah menangkap adik kamu, Davina. Tetapi permintaan terakhirnya sebelum dimasukkan ke rumah sakit jiwa adalah melihat kamu."
Hatinya rasanya seperti diremas, ia tidak membayangkan bila harus menjalani kehidupan seperti dulu lagi. Dimana orang tuanya senang menganiaya dirinya, menjadikannya budak suruhan. Tetapi dengan hadirnya Felix juga membahayakan orang di sekitarnya.
"Ayo kembali, Detektif Chris."
Ia jatuh terduduk begitu melihat kondisi kedua orang tuanya di ruang bawah tanah, persis seperti apa yang tadi ia lakukan di rumah Felix. Semuanya sudah terlambat, saat polisi datang kemari, kemungkinan Felix sudah membunuh kedua orang tuanya. Darah itu berada dimana-mana, tergores di lantai seolah Felix telah menyeret mayat mereka. Felix pun begitu, ia menangis semakin keras begitu melihat sosok kakaknya.
"Kakak..."
Lantas, gadis itu menghampirinya, kedua polisi yang menahannya kini membiarkan keduanya memiliki momen mereka. Ia mendekap yang lebih muda dalam pelukannya, tentu saja dengan kondisinya yang memar, luka-luka, dan goresan pada sekitar wajahnya.
"Maaf..."
Semakin sakit perasaannya kala ia mendengar rintihan itu keluar dari saudara tirinya. Orang tuanya telah tiada, dan Felix diharuskan untuk pindah ke rumah sakit. Lantas dengan siapa nanti ia akan tinggal? Terlebih, ia masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Kakak nggak akan pernah marah sama kamu, Lixie. Bisa kan nanti hidup sendiri tanpa kakak? Kamu bakalan dirawat disana-"
"Nggak mau! Lixie gak mau..."
"Nurut ya sama kakak? Nanti kalau sudah waktunya, Lixie bisa ketemu kakak lagi. Tapi nggak sekarang, Lixie masih butuh bantuan, kakak janji kamu dirawat dengan baik disana."
Lelaki itu masih sesenggukan, terutama dengan digendongnya ia oleh kedua polisi itu. Dan sebelum mereka benar-benar pergi, Felix memandang kakaknya yang berada di samping mobil bersama Detektif Chris. Ia lantas melambaikan tangannya.
"See you again, adek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Demon
Fanfic"Halo kak, lets play, shall we?" Davina Almeira merupakan seorang gadis yang tinggal bersama keluarganya sebagai anak tunggal. Ia tersiksa selama ini karena kedua orang tuanya memang tidak menginginkan kehadirannya. Ia akhirnya harus menerima fakta...