12; Keluarga Lee

735 132 1
                                    

Aku mengamati berkas-berkas yang diberikan oleh Lily, hasil tes dari dua anak yang disebutkan tersebut ditahan olehnya untuk diberikan padaku. Mataku menulusuri satu persatu baris tulisan Lily. Memang benar, ada sesuatu yang tidak beres dengan dua anak ini. Jawaban mereka tidak seperti anak-anak pada umumnya. Terutama untuk Felix.

"Felix ini... Kayak punya obsesi sama kakaknya, ini agak nggak sehat, Ly. Tapi kita nggak boleh nuduh dulu, kita tanya baik-baik sama anaknya."

"Itu yang saya pikirkan kak. Felix ini sejak awal ini seperti... Suka sama kakaknya. Sebelum kejadian itu, saya juga sempat mengamati perilaku Felix setelah pembunuhan Georgio. Dia jadi semakin manja sama sang kakak."

Aku diam sejenak, sempat berpikir bahwa kemungkinan itu kecil sekali, mungkin dia hanya khawatir akan apa yang terjadi pada kakaknya. Sementara aku membaca dokumen Davina Almeira, kakaknya itu sempat dibully di akademi itu dan tidak ada yang bertindak. Wajar saja perilaku Felix seperti itu. Tetapi untuk pembunuhan, kurasa itu beda konteks. Tidak mungkin juga siswa SMP melakukan kejahatan, paling-paling mereka mencuri atau tawuran.

Mataku beralih dari berkas milik Felix ke Hades. Pemuda itu sepertinya mengidap kecemasan berlebihan dan antisosial apabila kudengar dari mixtapenya.

Ini sepertinya harus ditindaklanjuti, tetapi aku takut akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi mereka dan keluarga mereka apabila kerap menginterogasi keduanya. Aku memutuskan untuk meminta kontak mereka saja. Dan untungnya, mereka memiliki sosial media.

Hades dan Felix sangat berbeda. PaytonH, tidak memiliki postingan dan foto profil, dua puluh tiga pengikut, dan mengikuti sebanyak lima puluh yang diisi anggota keluarganya dan temannya sendiri serta selebriti. LeeFelix, memiliki lebih dari seribu pengikut dan hanya mengikuti sebanyak tiga ratus orang. Kebanyakan postingannya adalah mengenai masakan, ia juga memosting salah satu foto kakaknya. Mereka tampak belajar bersama, dengan tulisan 'my pretty sister' di bawah postingan itu.

leefelix

❤️ 769 likes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️ 769 likes

My pretty sister<3

72 comments.

meira.dav hei aku jelek banget disitu T_T

samhwang bagi nomer kakak lo lix😬

skykim adek kaka goals banget gila

javierlee sabi kali gue sama kakak lo

rereeectk ih aku juga mau dipost gitu, Felix sweet banget😭💗

_shotaroo_ kawaii!

Aku berhenti stalking pada postingan terakhir itu. Felix tampak seperti seseorang yang akrab dengan siapa saja dan memiliki banyak teman. Namun kecurigaanku tidak berkurang. Aku tetap harus menyelidiki lelaki itu.

Tumpukan berkas itu kubawa begitu aku mengetuk ruangan Chris, setelah ia memberi izin untuk masuk, aku segera menyerahkan kertas-kertas itu. Raut wajahnya tampak terkejut begitu ia membuka lembaran pertama. Wajar saja, seorang laki-laki yang baru akan menginjak lima belas tahun dapat berkata seperti itu bukan hal yang normal. Kalau kulihat dari air mukanya, sepertinya Chris terlalu keras pada dirinya lagi. Ia memang suka dan cinta pada pekerjaannya hingga berada pada titik tidur hanya selama tiga jam. Aku sudah sering menasehatinya kok, ia hanya tidak mau mendengarkanku, padahal aku lebih tua beberapa bulan.

"Kok bisa dia ngomong gini... Davina sama Felix ini adik kakak kandung?"

"Bukan, tiri."

"Kalo gitu, ada kemungkinan dia suka sama kakaknya sendiri, Sha."

Aku mendadak diam memikirkan jawaban yang diberikan Chris, ada benarnya juga. Tapi rasanya aku menolak percaya hal itu. Entah kenapa, menyukai saudara walau tidak ada hubungan darah sangat terdengar aneh di telingaku.

"Bentar... Dia marga Lee? Felix Lee?" Tanyaku heran, seolah baru menyadari setelah beberapa menit aku sudah memeriksa dokumentasi miliknya.

"Aku ngerti yang kamu pikirin, dia anak dari keluarga kediaman Lee kan? Tapi kalau itu emang dia, rasanya nggak mungkin. Tujuh tahun yang lalu, Felix bakal masih umur delapan tahun, dan jarak antara kota ini ke kediamannya aja dua jam, Sha. Dia mau naik apa? Jalan? Sedangkan orang tua dan adeknya aja nggak ada. Kemungkinan terbesar adalah mereka semua udah pindah, tapi anehnya, penduduk setempat nggak ada yang tau," balas Chris.

"Setelah apa yang kita selidikin, mereka nggak ngelakuin hal aneh-aneh kayak pesugihan, mereka kaya karena bapaknya emang pengusaha. Dan dua anak itu diurus dengan baik, setauku."

"Ini filenya," ia menyerahkan satu map biru dari loker yang baru saja ia buka. Aku membacanya dengan teliti.

"Rumah kediaman Lee itu cuma diisi empat orang, Owen Lee, ayahnya. Anastasia Lee, ibunya. Olivia Lee, adik kembarnya. Dan nama laki-laki itu? Nggak diketahui. Ada yang ngomong kalo anak itu adalah anak emas keluarga Lee, karena itu dia sama sekali nggak boleh keluar rumah, bahkan sekolahnya aja home schooling, beda sama Olivia. Anak itu dispesialkan. Aku udah coba tanya sama guru-guru di sekolah terdekat, mereka nggak ada yang kenal sama kakak Olivia, bahkan mereka ada yang baru tau kalo Olivia punya saudara. Aku juga coba cek lemari satu persatu buat nemuin salah satu identitas, mungkin kartu keluarga, atau kartu tanda penduduk, tapi satu aja nggak ada, keluarga Lee terlalu private," jelas Chris panjang lebar.

"Dan lagi, inget ga sama penduduk yang bilang kalo keluarga Lee itu kaya dan dermawan? Rasanya ga mungkin kalo mereka pindah tanpa beritau dan kasih jamuan pesta buat para tetangga. Mereka hilang tanpa sebab, penduduk aja sampe heran. Kalau mereka dibunuh, kita gak nemuin sesuatu yang aneh dan bau bangkai, kebanyakan dari mereka karena hewan. Setelah itu, semuanya kelihatan normal," lanjutnya lagi.

Rasanya ini terlalu kompleks untuk kucerna, informasi-informasi ini membuat kepalaku pusing. Aku tidak sanggup lagi. Tetapi sekali lagi, ingin keluar dari kasus ini pun aku tidak bisa. Aku sudah terlanjut terjun ke dalamnya. Mau tidak mau, aku harus segera menyelesaikannya.

"Kamu istirahat dulu deh Chris, kantong mata kamu hitam banget. Yang lain biar aku deh yang urus, sekaligus kasus Havidson sama Azalea. Bapak ibunya bisa mencak-mencak dateng kesini lagi, dilabrak kayak waktu itu kita dikatain ga becus."

Ia terkekeh hingga matanya menyipit, menampilkan lesung pipit manis pada kedua pipinya. Kemudian duduk di sebelahku. "No worries, aman kok. Kita kerjain bareng-bareng aja. Kamu butuh istirahat juga, Sha."

"Eh iya," ujarku tiba-tiba, teringat sesuatu.

"Hm?"

"Tadi waktu aku ke kamar Olivia, kasurnya itu kayak ada bercak ungu dan merah, entah itu apa. Tapi sempat aku foto kok, dan udah aku kasih ke Kak Brian juga."

"Bagus deh, biar sekalian Kak Brian yang selidikin, semoga ketemu itu apa. Kalo polanya udah diketahui, kita jadi semakin gampang buat menguak keluarga Lee sebenarnya ada dimana. Great job, Sha."

"Thanks Chris, you too!"

Angelic DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang