Hari demi hari berganti hingga telah sampai dimana hari Gavin dan Kezia terikat pada sebuah pernikahan suci.
Pernikahan tersebut benar-benar sangat mewah dan begitu ramai dihadiri oleh kerabat dari keluarga Alvarendra dan Pramana serta teman dari Gavin dan juga Kezia, tak lupa dengan beberapa karyawan Rendra dan juga Pram.
Seluruh tamu undangan memberikan selamat kepada pasangan muda yang terduduk apik diatas pelaminan. Gavin tampak sangat tampan dan berwibawa mengenakan jas hitam dan putih, dan juga Kezia yang terlihat seperti seorang putri dari kerajaan fantasi mengenakan gaun putih dengan corak bunga disekitar.
Senyuman tak luput dari keduanya, menyambut ramah ucapan dan salaman dari para tamu. Usai memberi ucapan, seluruh tamu menikmati hidangan yang telah disiapkan.
Aneka makan serta minum tersedia ditempat prasmanan, acara terus berlangsung dan kini kedua pasangan muda siap melemparkan sebuket bunga yang mengarah kepada para tamu yang siap untuk menangkap.
Dengan bersemangat, Kezia dan Gavin melempar buket kearah belakang ditangkap oleh Michaela dan Bima secara serentak membuat semua yang melihatnya bersorak ramai.
Keduanya tersipu, Bima melepaskan buket tersebut dan menyerahkannya kepada Michaela. Beralih dari kejadian yang ada, Kezia dan Gavin kembali duduk diatas pelaminan.
Kedua saling menatap penuh arti, Gavin memandang setiap sudut wajah cantik Kezia yang terpoles make up natural namun membuat wanita yang sudah berstatus menjadi istrinya itu menjadi sangat cantik, "Kamu sangat cantik mengenakan gaun ini", bisik Gavin membuat pipi Kezia berubah warna seperti sebuah tomat yang baru saja matang dari pohonya.
Kezia menyembunyikan wajahnya yang memerah, Gavin tau akan hal itu, ia hanya terkekeh kecil. "Michaela sama Bima kayanya bakal jodoh", ujar Kezia yang melirik Bima dan Michaela sedang makan satu meja dan mengobrol.
Gavin mengikuti arah pandang Kezia, "Mereka cocok", ujarnya.
Mata Kezia beralih menatap pria tampan yang ada disebelah kanannya, terasa mimpi saat ia sudah sah menjadi milik orang lain. Terasa bermimpi saat dirinya kini berstatus menjadi istri seorang pemuda tampan bernama Gavin Alvarendra.
Gavin yang menyadari dirinya sedang dipandang langsung membuka suara, "Jangan dipandang terus, nanti jatuh hati", ucapnya tanpa melirik Kezia.
"Biarin aja jatuh hati, sama suami sendiri", ucapab Kezia membuat Gavin tersenyum. Diam-diam, tangan Gavin bergerak mendekati tangan Kezia dan menggenggamnya dengan sangat erat seakan ia takut jika ada seseorang yang akan mengambil wanitanya dari genggamannya.
•÷•
Setelah melewati acara yang begitu panjang, dipagi harinya Gavin dan Kezia pindah kerumah baru yang dibantu oleh supir pribadi Pram dan Rendra untuk membawakan barang-barang keduanya.
Gavin membuka pintu rumah besar tersebut, mata Kezia berbinar melihat kemewahan yang ada didalam rumah tersebut, "Ini seriusan rumah kita?", tanya Kezia yang matanya menelusuri isi rumah serba putih dan emas.
"Iya, ini akan menjadi tempat berlindung kita berdua", ucap Gavin yang tangan kanannya bergerak melingkar pada pinggang ramping Kezia.
Keduanya masuk saat supir telah selesai memasukkan semua barang kedalam rumah, Gavin menutup pintu saat kedua supir tersebut melenggang pergi.
"Gue beresin baju-baju diatas ya, lo bersih semua ini dari debu", titah Kezia yang langsung menyeret dua koper besar berisi bajunya dan Gavin.
"Saya bantu bawa koper ini sampe atas", ucap Gavin yang langsung mengambil alih koper yang ada ditangan Kezia.
Kezia telah sampai didepan pintu kamarnya, setara dengan pintu rumahnya. Rumah ini 3 kali lipat lebih besar dari rumahnya.
Tangannya bergerak memutar knop pintu, matanya kembali berbinar melihat besarnya kamar setara dengan ruang keluarga dirumahnya, "I-ini kamar kita?, really?", ujar Kezia yang melihat barang-barang dan serta kasur yang sudah tertata dengan rapih. Namun tertinggal beberapa debu disana.
"Iya, ini kamar kita. Yang akan menjadi tempat dimana buah hati kita diproses", bisik Gavin yang langsung mendapatkan lirikan tajam dari Kezia, "Kidding, saya kebawah untuk merapihkan beberapa barang", Gavin bergegas menuju tangga.
Kezia melangkah masuk dan membuka lemari besar yang ada disudut kamarnya, menata dengan rapih baju-baju miliknya dan Gavin.
Setelah memakan waktu 5 jam untuk membereskan rumah, itupun tak seluruh ruangan. Kezia dan Gavin beristirahat diatas sofa empuk diruang tengah.
Nafas Kezia berderu usai menyapu ruangan yang benar-benar besar dan luas, "Cape ya?", tanya Gavin yang mengelap peluh yang membasahi kening Kezia dan anak rambutny.
"Laper", ujar Kezia.
"Didapur belum ada bahan masakan, kita ke supermarket untuk membelinya mau?", Kezia mengangguk semangat. Gavin tersenyum melihat eskpresi lucu dari wajah Kezia.
•÷•
"Vin, aku beli ini boleh?", tanya Kezia yang memperlihatkan sekotak sereal dihadapan Gavin.
Gavin mengangkat alisnya yang asing mendengar perkataan Kezia, "Hm?".
Kezia menghela nafas, "Aku boleh ga beli ini?", tanyanya ulang.
"Aku?", guman Gavin.
Kezia berdecak, "Masa gue ngomong sama lo didepan banyak orang dengan lo gue sedangkan setatus kita suami istri", bisik Kezia yang jinjit karna tak sampai untuk mencapai telinga Gavin.
Gavin tersenyum, "Bolehh, kamu mau borong semuanya juga boleh", ujarnya.
Kezia bersorak dengan semangat, ia memasukan 5 kotak kedalam troli belanjaan dan lanjut mencari bahan makanan untuk stok makanan dirumah.
3 troli belanja sudah penuh, sudah saatnya Gavin dan Kezia melakukan pembayaran kepada kasir. Menghitung semua belanjaan Gavin membuat antrean panjang dibelakang sana sehingga harus pindah pada kasir sebelah.
Menyebutkan besarnya jumlah belanjaan Gavin, pemuda itu mengeluarkan black card sebagai pembayaran.
Dengan susah payah membawa semua belanjaan masuk kedalam bagasi mobil, keduanya tampak seperti telah memborong seisi supermarket.Usai menata semua belanjaan didalam bagasi, keduanya kembali menuju rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️