Gavin terlonjak kaget saat mendapatkan kasur disebelahnya kosong, ia langsng turun dari kasur dan mencari keberadaan sleep buddy, bukan hanya sleep buddy, but playmates at night if you want.
Saat menuruni tangga, ia langsung melihat Kezia yang kesana-kemari membereskan serta merapihkan semua sudut dan perabotan rumah.
Gavin melangkahkan kakinya menghampiri Kezia yang sedang membereskan sofa diruang tamu, "Kamu ngapain beres-beres si?, nanti kamu kecapean", Gavin menarik pinggang Kezia hingga terduduk diatas pahanya.
"Lepaass..orang aku lagi beres-beres rumah. Nantikan Bunda sama Papa mau kesini", ujar Kezia berusaha melepaskan kukungan Gavin.
"Rumah kita udah rapih sayang...udah ah. Nanti kamu cape..aku ga mau kamu kecapean", Gavin mengambil paksa kemoceng yang ada didalam genggaman Kezia dan menaruhnya diatas meja yang ada disamping sofa.
Beralih dari kemoceng, Gavin memutar tubuh Kezia menjadi menghadapnya. Ia memberikan morning kiss untuk kedua pipi Kezia. Wanita yang ada dipangkuannya saat ini mendaratkan kepalanya diatas dada bidang milik Gavin.
Tangan kecil Kezia memeluk bahu besar dan kekar Gavin dengan nyaman, "Aku takut deh", gumam Kezia.
Gavin menunduk dan mengerutkan keningnya, "Takut kenapa honey?", ia menyingkirkan anak rambut Kezia yang menutupi mata cantik sang istri.
"Kalo Bunda sama Papa nanyain cucu gimana?", Kezia mengangkat kepalanya dan menatap pria tampan yang ada dihadapannya.
"Kita bikin nanti malam", perkataan yang lolos dari mulut Gavin membuat jantung Kezia berdetak kencang.
Tangan kecil Kezia memukul pelan lengan kekar Gavin, "Jangan ngadi-ngadi lu jamal!".
Gavin terkekeh melihat wajah panik Kezia, disela perbincangan random pasutri muda itu. Suara bel menyela keduanya, "Bunda sama Papa?", Gavin menatap Kezia dengan penuh tanya.
"Aku yang bukain pintu", Kezia langsung turun dari pangkuan Gavin dan berlari kecil membuka pintu utama rumahnya.
Dan benar saja, Elena dan Rendra berada dibalik pintu, "Bundaaa", seru Kezia dengan girang, ia mencium punggung tangan Elena dan wanita paruh baya itu memeluknya.
"Papa ga disalimin?" ujar Rendra dengan raut wajah yang dibuat-buat.
Kezia terkekeh, ia mencium punggung tangan Rendra. Tangan kekar Rendra yang sudah mengeriput mencolek ujung hidung Kezia.
"Suami kamu didalam, Nak?", tanya Elena.
Kezia mengangguk kecil, "Iya, Bun. Gavin ada didalam".
Ketiganya pun masuk kedalam rumah, Gavin bangkit dan langsung menyalami kedua orang tuanya yang sudah lumayan lama tak bertemu, "Bunda kangen banget sama kamu..", Elena memeluk putra semata wayangnya.
"Gavin juga kangen sama Bunda..", Gavin mencium singkat pipi sang Bunda dengan penuh rasa rindu, "Papa gimana kabarnya?, baik?", ujarnya dengan senyam senyum.
"Kamu ini!, kemarin kan kita baru bertemu dikantor", keduanya terkekeh.
"Oh iya, Gavin. Tadi Bunda sama Papa udah belanja bahan-bahan disuper market, tolong kamu bawa kedapur ya?, semuanya ada dibagasi", titah Elena.
"Bunda ngapain belanja?, persediaan bahan makanan masih banyak kok Bun", ujar Kezia.
"Gapapa sayang, yu kedapur. Kita masak-masak", Elena merangkul pundak Kezia hingga dapur sedangkan Gavin dan Rendra mengambil semua belanjaan yang ada dibagasi mobil.
Semua belanjaan sudah ada diatas kitchen set, Kezia bersama Ibu mertuanya itu langsung sibuk dengan bahan-bahan serta alat masak didapur.
Gavin dan Rendra yang kerjaannya tinggal makan hanya menunggu diruang tengah dengan obrolan kecil dengan topik perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Novela Juvenil⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️