Sampai dirumah, Gavin keluar terlebih dahulu dari mobil meninggalkan Kezia yang masih berada didalam. Kepala Kezia memutar melihat Gavin yang berjalan menuju teras rumah.
Dengan cepat Kezia menghampiri Gavin, "Lo marah kan sama gue?", Kezia menahan tangan Gavin sehingga mereka berdua berhenti didepan pintu utama yang masih tertutup.
Gavin menghela nafas melepas genggaman tangan Kezia, "I'm not angry", ucap pemuda yang ada dihadapan Kezia.
"Bohong, tadi kenapa lo ninggalin gue pas keluar mobil?. Trus lo pengen masuk duluan padahal gue masih ada diluar?", crocos Kezia.
Tangan kekar Gavin bergerak menggenggam tangan mungil Kezia dan menariknya, wanita itu tak bergerak. Ia hanya menatap Gavin dengan tatapan bingung, "Masuk", ucap Gavin.
Kezia pun menurut dan akhirnya masuk bersama dengan Gavin hingga menuju kamar, saat Gavin hendak membuka pintu kamar tiba-tiba saja Kezia melepas genggaman tangannya, "Vin, lo kalo marah bilang aja. Keluarin semua, gue salah, Vin. Gue keterlaluan, sebagai istri gue gada tanggung jawab sampe-sampe suami pulang malem tapi guenya gada dirumah, gue tau lo marah, Vin. Keluarin amarah lo", ucap Kezia dengan matanya yang sudah berkaca-kaca menahan tangis.
Gavin menghela nafas, ia mengecup singkan kening Kezia lalu tersenyum, "Saya ga marah sama kamu, saya ga marah. Sekarang kita masuk kamar ya?, kamu bersih-bersih dulu abis itu tidur, oke?", Gavin menatap dalam mata Kezia yang berair.
Kezia mengangguk kecil dan Gavin tersenyum, keduanya masuk kedalam kamar. Saat sudah didalam Kezia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian Kezia telah usai membersihkan tubuhnya, saat ia keluar dari kamar mandi Gavin terlihat sudah pulas diatas kasur, "I'm sorry, Vin", gumam Kezia.
Menggantung handuk yang setengah basah lalu naik keatas kasur, Kezia merebahkan tubuhnya disamping Gavin yang sudah terlelap.
Kezia menarik selimut yang membuat tubuhnya dan Gavin sama-sama didalam selimut yang hangat, baru saja Kezia ingin menutup matanya. Ia terkejut saat mendapat pelukan hangat dari Gavin.
Kezia membatu dan menahan nafasnya, wajahnya dan Gavin berjarak sangat dekat sehingga Kezia mampus merasakan deru nafas hangat dari Gavin.
Manik Kezia menatap wajah tenang Gavin saat tertidur, entah kenapa semakin hari ketampanan itu semakin bertambah. Kezia tersenyum, diam-diam ia mencium kening Gavin lalu menutup matanya menuju alam mimpi.
•÷•
Suara sendok dan garpu yang saling beradu terdengar yang bersumber dari ruang makan, seperti biasa. Sebelum Gavin berangkat ke kantor Kezia menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
"You know?, i had a very beautiful dream yesterday", ucap Gavin diselanya mengunyah nasi goreng buatan Kezia.
"Really?, what dream is it?", ujar Kezia yang fokus pada sepiring nasi goreng dihadapannya, keningnya mengerut.
"You kiss me while i sleep", bisik Gavin.
Kezia tersenyum, "Cuma mimpi", godanya, ia menyuap beberapa sisa sendok nasi goreng.
"Iya, sayangnya hanya mimpi", Gavin menyuap suapan terakhirnya dan minum teh hangat hingga habis, "Saya berangkat sekarang ya", izinnya kepada Kezia.
Kezia bergegas menyusul Gavin yang sudah berjalan melewati ambang pintu utama, "Waaiittt..., lo mau mimpi lo jadi nyata?", ucapannya membuat kening Gavin mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️