Setelah enam minggu selepas melahirkan, kini Kezia sudah bisa berjalan dengan normal namun tetap harus hati-hati dengan jaitanya.
Kezia menghampiri Gavin yang sedang bermain dengan Antares diruang tengah, ia tersenyum melihat suaminya yang terlihat sangat bahagia bermain oleh bayi kecilnya.
Ia ikut duduk disebelah Gavin, "Ares mimi cucu dulu yu, kamu pasti cape kan main sama Papa", ujar Kezia yang mengunyel-nguyel pelan pipi Antares.
"Papa juga cape nih", ucap Gavin melirik Kezia dengan senyuman miring.
Kezia mengambil Antares yang berada dipangkuan Gavin, "Kalo Papa mimi cucu ibu hamil aja sana, susu hamil Bunda masih tersisa tuh didapur", ucap Kezia.
Gavin mengerutkan bibirnya, Kezia mulai memberi asi kepada Antares. Anak itu terlihat sangat rakus meminum asi sang Bunda. Jari lentik Kezia memainkan tangan mungil Antares, melihat kuku kecilnya membuat ia gemas dan ingin menggigit.
"Udah dong, gantian sama Papa", Gavin menusuk-nusuk pipi Antares, tangannya dipukul oleh Kezia.
"Kamu ini!", sinis Kezia.
Gavin mengerut, ia bersandar pada punggung kiri Kezia. Perlahan, mata kecil Antares tertutup seiring dengan sedotannya pada asi sang Bunda.
Kezia mengelus-elus kening Antares agar anaknya itu cepat terlelap, asi terlepas. Dan kini sepertinya Antares sudah pulas, Gavin mengangkat kepalanya dari punggung Kezia karena wanita itu hendak bangun untuk menaruh Antares yang sudah terlelap tidur dikamar.
Kezia melangkah masuk kedalam kamar Antares, ia meletakkan anaknya dengan hati-hati diatas baby bed dan kembali menghampiri Gavin.
Saat ia sudah duduk disamping sang suami, Gavin langsung bergelendotan dipunggung Kezia. Wanita itu membawa kepala Gavin untuk rebahan diatas pahanya.
Ia membelai surai hitam Gavin yang tebal dan menatap wajah tampannya, "Kamu kenapa siii?", tanya Kezia.
"I also want to be pampered by you like you pamper Antares", cicit Gavin.
Kezia terkekeh saat mendengar ucapan Gavin, ia mendaratkan kecupan kecil pada bibir ranum Gavin, "You're jealous hm?, Antares kan anak kamu. Masih bayi juga, jadi harus aku manjain dong".
"I know that, but you also have to pamper me as your husband", ucapnya.
"Yaudah yaudah, ututu sini", Kezia merebahkan tubuhnya diatas sofa, ia memeluk erat tubuh kekar Gavin dan mengusap rambutnya dengan sangat lembut.
Gavin yang mendapat perlakuan itupun tersenyum lebar, ia mendongak dan mengecup bibir Kezia, "I miss this hug", ucap Gavin.
"Me too, now we hug to our heart's content", Kezia mempererat pelukannya, begitu juga dengan Gavin.
Keduanya rindu dengan posisi ini karena saat Kezia hamil, wanita itu enggan memeluk Gavin saat tertidur seperti biasanya. Mungkin karena pengaruh hamil dan bentuk perutnya yang membesar.
"I am thirsty", Gavin mendongak.
Kezia menunduk menatap manik Gavin, "Aku ambilin minum ya?".
"No, i want to drink what Antares drank earlier", ucapan Gavin lolos bergitu saja membuat Kezia membulatkan matanya.
"NOPE!, it has Antares!", tegas Kezia.
Gavin mengerutkan bibirnya lucu, "But it's mine first".
"Used to be, now have Antares".
"Okay, if it had Antares. Then this is mine", Gavin menyambar bibir Kezia.
Wanita itu terkejut saat tiba-tiba saja Gavin mencium bahkan sedikit melumat buah bibirnya, namun ia tidak menolak ataupun menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Jugendliteratur⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️