"Kok saya deg degan ya?, takut jawaban anak-anak menjatuhkan ekspetasi saya", ucap Rendra yang memegang dadanya merasakan dekul jantungnya yang sangat cepat.
"Stay calm, kita kasih kepercayaan kepada mereka. Apapun keputusan mereka kita harus menerima", Pram menepuk-nepuk punggung Rendra yang berada disampingnya.
Kini keempat manusia baya itu sedang menunggu Gavin dan Kezia disalah satu restoran yang dijadikan tempat pembicaraan oleh Gavin, pemuda itu sengaja menyuruh orangtuanya datang terlebih dahulu sebelum dirinya dan Kezia agar merasa penasaran.
20 menit berlalu, kini Gavin dan Kezia datang secara bersamaan dan langsung duduk disalah satu kursi yang masih kosong, "Kalian kemana saja?, Papa nunggu lama disini", tanya Rendra.
Gavin terkekeh pelan, "Maaf, Pa. Tadi Gavin nunggu Kezia make up dulu, itu juga Gavin nunggunya sampe 1 jam", ujap Gavin melirik Kezia dengan senyuman meledeknya.
"Dih mana ada satu jam?!", ujar Kezia tak terima.
"Maklumi lah, Vin. Perempuan make up lama juga kan demi pasangannya", sambung Elen seakan membela calon menantunya. Kezia tersenyum melirik Elen yang berada disebrangnya.
"Tuh!, dengerin!", sewot Kezia.
Pram terkekeh melihat tingkah lucu kedua remaja itu, "Udah-udah, go to the topic you want to talk about. Kasian tuh Papa Rendra, dari tadi udah nungguin jawaban dari kalian", Pram menunjuk Rendra dengan dagunya.
Perdebatan kecil itu pun berhenti dan kini suasana berubah menjadi sangat tegang, Gavin berdeham, "Oke, jadi disini Gavin sama Kezia akan memberitahu perihal perjodohan. Gavin dan Kezia...", Gavin sengaja menggantung perkataannya agar jiwa manusia baya yang ada dihadapannya menggebu-gebu.
"Jeng, jeng, jeng, jeng, jeng, jeng", ujar Kezia yang cosplay menjadi suara dram agar suasananya semakin tegang.
"Gavin dan Kezia...menerima perjodohan ini", 1 detik setelah ucapan Gavin, Rendra berdiri dan menggebrak meja dengan semangat, beruntung mereka sudah memboking restoran jadi hanya ada mereka dan pelayan disana.
Pram dan Rendra berpelukan sangat gembira atas keputusan dari kedua anaknya, "KITA AKAN PUNYA CUCU!!!", pekik Pran girang.
Hanya mereka berdua yang heboh, Kezia dan Gavin hanya melongo menyaksikan reaksi Papanya yang terlalu senang, "Gavin, Kezia. Papa ucapkan terimakasih untuk kalian, Papa sudah berhadapan sekali kalian menerima perjodohan ini. Dan Papa harap, kalian berdua hidup dengan bahagia, aman, nyaman, dan sentosa", ucap Pram.
Rendra menyapu bulir air mata yang keluar dari sudut matanya, "Papa ga bisa berkata-kata lagi...".
"Lho?, kamu nangis, Mas?", Elen terkekeh melihat suaminya saat ini.
"Papa lebay", ujar Gavin.
"Terserah kamu mau ngatain Papa apa, intinya Papa sangat senang kalian menerima perjodohan ini. Jadi, kapan akadnya?", ucapan Rendra membuat Gavin meneguk ludahnya dengan kasar, baru juga bilang, langsung nanya kapaj akadnya.
"Pa, pelan-pelan. Jangan langsung trobos aja, masalahnya Gavin yang jalanin, bukan Papa", ujar Gavin.
"Sorry, sorry, i'm too excited", Rendra sedikit terkekeh melihat wajah Gavin.
"Papa harap secepatnya kalian menikah, kalian tidak perlu pusing. Biar Papa dan Papa Rendra yang mengurus semuanya", sambung Pram.
"Udah selsai kan?, sekarang pesen makanan dong. Laper nih", ujar Kezia yang menepuk-nepuk perutnya yang sudah mulai berbunyi.
Dengan sigap Gavin langsung memanggil pelayan, keluarga besar itu pun mengakhiri pembahasan dengan makan ria didalam restoran yang seakan milik pribadi.
•÷•
"Menurut gue nih ya, mending secepatnya deh lo nikah", ujar Micahela.
Kezia menghelas nafas, "Lo ngomong secepatnya, secepatnya", sinisnya.
"Ya terus mau kapan, Zii???", deretan gigi Michaela terlihat.
"Dianya udah siap belum buat ngucap ijab kabul", tanya Kezia yang menatap serius mata Michaela.
"YA KALO LO MAUNYA SEKARANG JUGA DIANYA BAKAL SIAP KEZIA", pekik Micahela tepat didepan telinga Kezia, sang empu mengelus telinganya yang terasa panas dan sakit akibat pekikanya dari teman laknatnya itu.
"Nanti gue coba konsultasi sama dia deh", pasrah Kezia.
"Konsultasi lo kita dokter?", ujar Michaela melirik aneh kearah perempuan cantik yang ada disebelahnya.
Ternyata masalah Kezia masih panjang, saat persetujuan perjodohannya sudah selsai. Kini ia harus mempersiapkan untuk ijab kabulnya, belum lagi prewedding, terlebihs saat memiliki anak.
•÷•
"Lo seriusan udah nerima, Bos?", tanya Bima, alisnya terangkat.
Gavin yang baru saja selsai solat ashar membuka sarung dan merapikan sajadahnya, ia gantung diatas sandaran kursi belajar yang ada disamping kasur.
"Ya iya, ngapain saya bohong?", ujar Gavin yang duduk dipinggir kasur empuknya.
Bima menggeleng tak menyangka, "Congrast, terus. Kapan ijab kabulnya?".
"Ck, perasaan ucapab kamu selalu sama kaya Papa. Belum tau, nanti saya coba tanyakan kepada Kezia", ujar Gavin, tangannya terulur mengambil handphone yang tergeletak ditengah kasur.
Karena ditinggal sholat, satu notifikasi masuk tak terdengar dan baru saja dibaca oleh Gavin, pesan itu dari Kezia.
(nama kontaknya kaku banget, Vin😓).
"Woi", Bima melemparkan penghapus yang ada diatas meja belajar Gavin dan mengenai hidung mancungnya, "Dari tadi gue ngomong lo malah sibuk liat hape".
"Sorry, Kezia chat me", Gavin meletakkan handphonenya diatas nakas.
"Hah, chat apa dia?", tanya Bima dengan rasa keponya yang mendewa.
"Dia nanya ke saya besok free atau tidak, dia mau membicarakan tentang pernikahan", tangan Gavin menumpu badannya diatas kasur, pundaknya terasa pegal. Ingin rebahan, tetapi tidak sopan karna ada Bima dikamarnya.
Ya walaupun itu kamar Gavin tetap saja tidak sopan, karna sedang ada tamu. Itulah yang diucapkan Bunda Elen kepada Gavin.
"Ck, ck, ck, gue tebak minggu depan kalian nikah", ujar Bima menjentikkan jarinya.
"Ga usah sotoy", Gavin menatap Bima dengan malas.
Bima mengangkat sudut bibirnya, "Kalo misalnya bener, lo harus traktir gue direstoran favorite Om Rendra".
"Oke".
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Fiksi Remaja⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️