Sambungan video call telah terputus dan Gavin kembali fokus memperhatikan jalan, matanya mengitari taman bundaran mencari tukang bubur yang sedang mangkal.
Mata Gavin terpaku pada gerobak hijau yang berada disisi sebrang taman bundaran, ia pun menepikan mobilnya dan keluar untuk memesan bubur.
Gavin menghampiri pedagang, "Pak, bubur ayamnya satu ya, ga usah pake daun bawang", ucapnya.
"Siap, Den", ucap sang penjual.
Gavin duduk didalah satu kursi taman sambil menunggu pesanannya siap, tak lama. Bapak penjual bubur memanggilnya, Gavin berdiri mengeluarkan dompetnya yang cukup tebal, "Berapa, Pak?".
"Sepuluh ribu, Den", Bapak penjual bubur menyodorkan kantong berwarna putih yang berisi bubur yang ada didalam sterofom.
Gavin menyodorkan uang dua puluh ribu dan menerima sodoran bubur sang penjual, "Kembalinya ambil aja, Pak", ucap Gavin, ia kembali memasukan dompetnya kedalam saku.
"Allhamdulillah, makasih, Den", ucap sang penjual.
Gavin membalas dengan anggukan, ia melangkah menuju mobil dan kembali masuk kedalam. Gavin meletakkan kantong plastik dikursi penumpang.
Kali ini ia harus ke minimarket untuk membeli boba drink pesanan Kezia, sungguh. Ia merasa menjadi grab food, namun tak apa. Apapun untuk Kezia akan Gavin berikan.
Gavin sudah membeli boba drink juga snack yang ia pilih, kembali melajukan mobil hingga sampai dirumah. Memarkirkan mobil dihalam rumah dan masuk kedalam menghampiri Kezia.
Tanganua penuh dengan bawaan belanja, ia menaruh semua kantong diatas meja yang berada dihadapan Kezia. Baru saja Gavin mendaratkan pantatnya diatas sofa samping Kezia.
Wanita itu menjauh sambil menutup lubang hidungnya, "Ehm, kamu bau. Mandi sana", ucapnya.
Gavin mengendus aroma badannya sendiri, "Ga bau, sebelum pergikan aku mandi dulu sayang...".
"Ga, ga, ga!, kamu bau. Mandi atau aku ga mau deket-deket kamu", ancam Kezia.
Gavin menghela nafas, "Iya-iya", ucapnya dengan lesu.
Ia berlari menaiki tangga untuk mandi dan membersihkan tubuhnya, Gavin menyemprotkan parfum sebanyak mungkin agar Kezia tak mengatainya bau lagi.
Saat ia kembali menghampiri Kezia, buburnya tidak dimakan dan hanya ia letakkan diatas meja dengan kondosi sterofom yang sudah terbuka, "Loh, kok buburnya ga dimakan?", tanya Gavin berdiri disamping Kezia yang sedang sibuk memakan snack, "Boba drinknya juga kenapa ga diminum?".
"Buburnya ada ayamnya, boba drinknya ada bobanya. Aku ga mau", ucapnya acuh.
Gavin menghela nafas panjang, "Sayang...yang namanya bubur ayam pasti ada ayamnya, yang namanya boba drink pasti ada bobanya...".
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️