Sinar matahari mengusik tidur indah Kezia, ia berusaha membuka matanya lebar-lebar. Kezia merasakan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
Ia menunduk dan mendapatkan Gavin yang masih tidur nyenyak dengan wajahnya yang tenggelam di dadanya.
"Vin...", Kezia menggusar rambut Gavin, "Bangun, Vin".
Pria itu tidak terusik sama sekali, Kezia membangunkannya dengan segala secara. Hingga pada cara ke 3, Gavin mulai terusik dan sedikit meregangkan pelukan, "Hm", guman Gavin dengan mata yang masih tertutup rapat.
Kezia menghela nafas, ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Gavin. Ia membiarkan suaminya itu untuk kembali tidur, Kezia fikir. Gavin kecapean karena lembur semalam.
Kezia hendak bangun dari posisi tidurnya, namun tubuhnya tidak bisa bergerak karena pelukan Gavin pada pinggangnya belum terlepas, "Gue mau bikin sarapan", Kezia berusaha melepaskan lingkaran tangan Gavin.
"Nanti aja...", suara berat Gavin terdengar.
Helaan nafas lagi-lagi terdengar dari Kezia, ia mengalah dari Gavin dan kembali merebahkan tubuhnya. Gavin menyamakan pelukannya dan kembali menenggelamkan wajahnya pada dada Kezia.
Tangan lentik Kezia mengelus lembut rambut Gavin yang menutupi sebagian wajah tampan pria itu, Kezia merasa. Gavin agak manja pagi ini.
Apa mungkin efek lembur semalam?, atau...Gavin memang sengaja agar Kezia terus memperlakukannya seperti bayi. Entah lah, Kezia pun tak keberatan.
Kezia mempuk-puk punggung belakang Gavin, semakin nyenyak pria besar itu tidur. Terlebih rasa hangat yang tercipta saat dia memeluk Kezia.
Sungguh, posisi seperti ini sangat candu dan menjadi favorit Gavin. Karena sewaktu kecil dulu, Gavin selalu tidur dengan seperti ini dengan sang Bunda.
"Honey..", suara serak Gavin menelusup masuk ke dalam indra pendengaran Kezia.
Wanita itu menunduk melihat wajah Gavin yang tenggelam, "Hm?", dehamnya.
"Can I ask something?", tanyanya.
"What's that?", tangan Kezia terus menepuk punggung Gavin.
"Call me Mas, and get used to talking as aku and kamu, don't lo and gue. That's very rude for a married couple", suara serak Gavin terpendam.
Kezia tersenyum, apa ini?. Kenapa sangat lucu, "Yes, I will give it a try".
Didalam sana, Gavin tersenyum dengan matanya yang terpejam, "Thanks, honey", ucap Gavin.
Pria itu kembali diam dan melanjutkan tidur indahnya, ingin sekali Kezia memakan pria yang ada diperlukannya ini. Dia terlihat seperti bayi besar dimata Kezia.
Sungguh, Kezia tidak menyesal dengan pernikahannya dengan Gavin. Dari awal bertemu dan berkenalan, Gavin sangat baik dan begitu soft kepadanya.
Andai saja Kezia tidak melaksanakan saran dari Michaela, pasti ia tidak akan menikah dengan pria seperti Gavin.
Kepala Gavin mendusel pelan, perlahan terangkat dan menatap Kezia, "Laper...", katanya.
Kezia menunduk menatap mata Gavin yang menyipit, "Yang nyuruh gausah masak siapa?".
Gavin terkekeh, "Kita pesan saja lewat aplikasi, kamu gausah cape-cape masak".
"Boros uang dong?", kening Kezia mengerut.
"No, I have a lot of money in the bank. No need to worry", ucap Gavin dengan enteng.
Kezia terkekeh, suaminya ini sedang melantut atau bagaimana?, "Yaudah, yang pesen Mas atau aku?", tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Roman pour Adolescents⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️