OFFICIAL

722 30 1
                                    

Bel rumah berbunyi, Kezia yang sedang mengambil minum didapur langsung menaruh kembali gelasnya dan bergegas membukaan pintu.

Pintu terbuka dan mendapatkan dua sejoli dengan buah tangan yang dibawa, "Michael?, Bima?", ucap Kezia sedikit terkejut, "Kok kalian bisa barengan kesini?", herannya.

"Hehe", keduanya terkekeh kikuk.

Kezia menatap menyidik, "Kalian janjian ya?!".

"That's how it is", Michaela mengidikan bahu.

"Dasar anak muda, ayo masuk", Kezia menggiring kedua sejoli itu masuk kedalam rumahnya dan duduk diruang tamu.

Gavin yang baru saja turun dari kamarnya langsung menghampiri dan ikut duduk, "Ada tamu rupanya, kok bisa barengan kesini?. Janjian?", mata Gavin tertuju pada Bima.

"Iya lah, gue juga bisa kaya lo. Ya ga, Chael", Bima menyenggol lengan Michaela, wanita itu hanya tersenyum. Ia masih ragu dengan 'status' hubungannya dengan Bima.

"Eh, Zi. Gue sama Bima ada bawain sesuatu buat lo sama Gavin", Michaela menyodorkan sebuah paper bag berwarna coklat dengan bertuliskan brand food tempatnya membeli makanan.

Kezia menerimanya, "Tadi mah ga usah repot-repot bawa, Chael, Bim. Kalian kesini aja kita udah seneng kok".

"Gapapa, buat bumil sama pakmil", Bima terkekeh melirik Gavin.

"Heh!, saya ga hamil", Gavin menatap pemuda didepannya dengan tajam.

Michaela yang tadinya duduk disebelah Bima kini berpindah menjadi disebelah Kezia, tangan Michaela mengelus lembut perut Kezia yang sudah membesar, "Keponakan aunty, cepet keluar ya sayang. Nanti main sama aunty, oh iya, jenis kelaminnya baby nya apa, Zi?", Michaela beralih menatap Kezia dengan penasaran.

"Cowo", ucapnya.

"Yahh, padahal gue udah nandain baju yang ada di baby store. Asli, bajunya lucuuu banget, lo juga pasti gemes sendiri liatnya".

"Sama!, gue juga kemarin ngeliat baju lucu. Tapi sayangnya baju cewe".

"Mau apapun jenis kelaminnya, itu tetap anugerah dari Tuhan. Yang penting anaknya lahir dengan sehat dan bisa tumbuh jadi anak yang berbakti, bertakwa, dan berpendidikan", ucap Gavin panjang lebar.

"Ustadz Gavin bersabda", Bima menunjuk Gavin dengan kedua tangannya. Kezia serta Michaela terkekeh.

•÷•

Usai menjenguk Kezia, Bima kembali menghantarkan Michaela untuk pulang. Diam-diam wanita itu mencuri pandangan kepada pria yang sedang fokus menyetir disebelahnya.

Bima yang menyadari dirinya sedang dipandangi pun tersenyum miring, "Kenapa ngeliatin mulu?, naksir?", kekehnya.

Michaela memutar bola matanya, ia menghembuskan nafasnya perlahan, "Bim", panggilnya dengan ragu.

"Hm?", Bima menoleh sebentar lalu kembali fokus kedepan.

"Ucapan lo di chat tadi...beneran?", tanyanya dengan ragu.

Dengan cepat, Bima langsung menoleh dan mengerutkan keningnya, "Mau lo gimana?", bukannya menjawab, Bima malah melempar balik pertanyaan kepada Michaela.

Michaela berdecak sebal, "Gue nanya serius!, lo beneran atau ga?!".

Bima terkekeh melihat raut wajah lucu wanita disebelahnya, "Iya beneran, lo nerima gue ga?", Bima melirik Michaela dengan senyum.

Jantung Michaela seketika berdetak lebih kecang, ia tak mampu menahan senyumnya. Ia memalingkan wajah agar Bima tidak bisa melihat wajahnya yang kini sudah seperti udang rebus, "Jawab, bukannya senyaman senyum".

"Dih, siapa yang senyam senyum", sinisnya.

"Yaudah, terima atau ga?. Bima ganteng kaya gini masa ga diterima", ucapnya dengan penuh percaya diri.

"Ya...lo maunya hubungan kita gimana".

"Gue mau, lo jadi milik gue. Dan gue, jadi milik lo", ucap Bima dengan yakin.

"Yaudah sama", balas Michaela malu-malu, suaranya sengaja ia kecilin agar Bima tak mampu mendengarnya padahal pria itu tetap bisa mendengar cicitannya namun berpura-pura tidak dengar.

"Apa?, ga denger", Bima mendekatkan telinganya ke Michaela.

"IYA GUE TERIMA", pekiknya, namun tidak sampai membuat telinga Bima menjadi pengang.

Bima tersenyum, tangannya bergerak menggusar pucuk kepala Michaela dengan gemas, "Good girl", ia kembali fokus menyetir dan tidak menyadari wajah memerah Michaela akibat perbuatannya kepada wanita itu.

Wajah Michaela kembali memanas saat mendapat perlakuan lembut dari Bima, "Ini..serius kita langsung pulang?".

Bima menoleh, "Mau kemana emangnya?".

"Ya kemana kek gitu, masa abis jadian gini-gini doang", Michaela memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Yaudah, ayang Michaela maunya kemana hm?".

Michaela memukul pelan lengan kiri Bima, "Ih, apaan si ayang, ayang. Geli tau".

"Sok sok an geli, itu muka lo merah kaya tomat!", Bima mencolek ujung hidung Michaela.

"Engga...gada pipi gue merah", Michaela memalingkan wajahnya, Bima terkekeh melihat wanita yang kini sudah menjadi pacarnya.

GAVIN STORY (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang